31 Des 2013
Arab Saudi Larang Perayaan Tahun Baru dan Valentine
Kepolisian Syariah Arab Saudi memperingatkan warga di Negeri Kerajaan tersebut untuk tidak merayakan Tahun Baru. Hal tersebut dilakukan berdasarkan keputusan Mutawa -- Komisi Kebijakan dan Pencegahan Kejahatan -- yang melarang perayaan pergantian tahun.
Larangan tak sampai di situ, Mutawa juga meminta sejumlah toko untuk tidak menjual aksesori, termasuk bunga dan boneka. Sejumlah petugas akan diterjunkan untuk menindak toko yang masih menjual barang tersebut.
Rayuan Sang Ahli Tajwid Pada Istrinya
Dik, saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah... hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar...
Aku di matamu mungkin bagaikan Nun Mati di antara idgham Billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada...
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang...
Jika Mim Mati bertemu Ba disebut ikhfa Syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta...
Aku di matamu mungkin bagaikan Nun Mati di antara idgham Billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada...
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang...
Jika Mim Mati bertemu Ba disebut ikhfa Syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta...
Makna Topi Tahun Baru = Topi Simbol Muslim Murtad?
Tahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniup terompet dan memakai topi kerucut tersebut.
Tetapi, Muslim yang ikut-ikutan merayakan itu, tahukah mereka makna topi dan terompet tahun baru? Ternyata, topi tahun baru berbentuk kerucut sama dengan bentuk topi Sanbenito.
29 Des 2013
Studi Kritis Penemu Benua Amerika
Tidak kita sangkal lagi bahwa penulis sejarah adalah kelompok
pemenang. Sejarah-sejarah peradaban Islam banyak ditulis di masa Dinasti
Abbasiyah sebagai pemenang di periode pertengahan sejarah peradaban
Islam. Dan di era modern ini sejarah ditulis oleh Barat sebagai pihak
pemenang dan menguasai berbagai media informasi.
Namun sejarawan di masa Abbasiyah sangat jauh berbeda dengan sejarawan Barat di era modern ini. Di masa Abbasiyah sisi objektivitas dan keotentikan sejarah lebih dikedepankan daripada sejarawan Barat. Barat yang menguasai hegemoni abad modern nyaris menutupi kelemahan mereka di abad pertengahan dan tingginya peradaban Islam di masa tersebut.
Namun sejarawan di masa Abbasiyah sangat jauh berbeda dengan sejarawan Barat di era modern ini. Di masa Abbasiyah sisi objektivitas dan keotentikan sejarah lebih dikedepankan daripada sejarawan Barat. Barat yang menguasai hegemoni abad modern nyaris menutupi kelemahan mereka di abad pertengahan dan tingginya peradaban Islam di masa tersebut.
26 Des 2013
Sekolah yang Lulusannya Bergelar 'Nabi'
Di Negeri Zionis ada sekolah yang lulusannya bakal mendapat gelar ‘nabi’.
Sekolah bernama ‘Cain and Abel School for Prophet’ itu menarik biaya 200 shekel (sekira 53 dolar AS) bagi siapa saja yang berniat memiliki gelar nabi. Gilanya, untuk mendapatkan gelar Nabi, para siswanya hanya perlu mengikuti 40 kelas singkat.
Sekolah bernama ‘Cain and Abel School for Prophet’ itu menarik biaya 200 shekel (sekira 53 dolar AS) bagi siapa saja yang berniat memiliki gelar nabi. Gilanya, untuk mendapatkan gelar Nabi, para siswanya hanya perlu mengikuti 40 kelas singkat.
Kerudung Muslimah Masa Kini di Mata Seorang Kristen
Ini adalah salah satu tulisan seorang Kristen mengenai sudut pandangnya tentang jilbab Muslimah masa kini. Semoga menjadi pelajaran bersama.
Hari ini gue pergi ke sebuah mall bergengsi di kawasan Jakarta Pusat untuk ketemuan sama temen kuliah gue. Jarang-jarang gue pergi ke mall itu di akhir minggu kayak hari ini, karena asumsi gue: pasti rame. Asumsi gue bener. Hari ini, mall itu penuh banget sama bule-bule. Gue ketemu sama temen kuliah gue, ngobrol sambil makan, terus gue pulang. Gue pulang lewat toko buku yang liftnya ngehubungin mall dengan salah satu gedung perkantoran dan gedung itu lebih deket ke halte busway. Pas gue lagi nunggu lift, gue ngeliat ada cewek pake hijab modifikasi yang menurut gue bikin dia keliatan kayak pake sarang lebah. Bayangin aja dia pake hijab dua rangkap, rangkap pertama dibikin jadi kayak rambut, rangkap kedua modelnya agak transparan gitu warna biru tua terus dililit-lilitin di kepalanya dengan aksen berantakan. Buat gue sih keliatannya jadi kayak sarang lebah.
Sepanjang perjalanan pulang, gue terus mikirin fenomena hijab ini, sampe gue sempet ngetwit beberapa pendapat gue. Tapi kayaknya kok nggak afdol ya kalo cuma disampein lewat Twitter, enaknya kalo nyerocos panjang lebar sekalian di blog. Jadilah gue berusaha mengingat poin-poin apa yang mau gue tulis di blog malam ini. Semoga bisa jadi refleksi buat kalian semua, pembaca blog gue yang berhijab atau mau pake hijab.
Hari ini gue pergi ke sebuah mall bergengsi di kawasan Jakarta Pusat untuk ketemuan sama temen kuliah gue. Jarang-jarang gue pergi ke mall itu di akhir minggu kayak hari ini, karena asumsi gue: pasti rame. Asumsi gue bener. Hari ini, mall itu penuh banget sama bule-bule. Gue ketemu sama temen kuliah gue, ngobrol sambil makan, terus gue pulang. Gue pulang lewat toko buku yang liftnya ngehubungin mall dengan salah satu gedung perkantoran dan gedung itu lebih deket ke halte busway. Pas gue lagi nunggu lift, gue ngeliat ada cewek pake hijab modifikasi yang menurut gue bikin dia keliatan kayak pake sarang lebah. Bayangin aja dia pake hijab dua rangkap, rangkap pertama dibikin jadi kayak rambut, rangkap kedua modelnya agak transparan gitu warna biru tua terus dililit-lilitin di kepalanya dengan aksen berantakan. Buat gue sih keliatannya jadi kayak sarang lebah.
Hijab, antara perkembangan mode dan makna kesucian
Sepanjang perjalanan pulang, gue terus mikirin fenomena hijab ini, sampe gue sempet ngetwit beberapa pendapat gue. Tapi kayaknya kok nggak afdol ya kalo cuma disampein lewat Twitter, enaknya kalo nyerocos panjang lebar sekalian di blog. Jadilah gue berusaha mengingat poin-poin apa yang mau gue tulis di blog malam ini. Semoga bisa jadi refleksi buat kalian semua, pembaca blog gue yang berhijab atau mau pake hijab.
25 Des 2013
Makna Seorang Teman
Islam sangat menaruh perhatian besar dalam masalah sosial, di
antaranya dalam masalah pergaulan atau pertemanan. Islam menekankan agar
seseorang memilih teman-teman yang baik, agar pengaruh baiknya membekas
pada dirinya.
Ketika seseorang berteman dengan seseorang yang shaleh, maka ia akan melihat adab-adab yang mulia, perkataan-perkataan santun dan baik, dan nasihat-nasihat pun akan keluar dari mulut sang teman apabila temannya yang lain melakukan sesuatu yang tidak diridhai Allah. Perumpamaan pertemanan seperti ini telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
Dari Abu Musa radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata,
Ketika seseorang berteman dengan seseorang yang shaleh, maka ia akan melihat adab-adab yang mulia, perkataan-perkataan santun dan baik, dan nasihat-nasihat pun akan keluar dari mulut sang teman apabila temannya yang lain melakukan sesuatu yang tidak diridhai Allah. Perumpamaan pertemanan seperti ini telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
Dari Abu Musa radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata,
24 Des 2013
Natal dan Perbincangan yang Tak Pernah Usai
Setiap tahun menjelang Natal, selalu muncul perdebatan yang tidak pernah jauh dari masalah toleransi. Aparat kepolisian akan sibuk mengamankan gereja-gereja, dan selalu ada saja berita tentang ormas kepemudaan Islam yang begitu bersemangat dan sukarela ikut menjaga gereja. Dan, tentu saja, akan ada saja perdebatan tentang boleh-tidaknya seorang Muslim terlibat dalam seluruh kegiatan seputar Natal, mulai dari mengucapkan selamat Natal hingga ikut betul-betul dalam perayaannya.
Toleransi beragama senantiasa menjadi bara dalam sekam, barangkali karena memang ada yang sengaja memelihara bara itu. Indonesia memang sebuah paradoks besar; ia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di Indonesia, tapi identitas keislaman selalu mengalami tekanan. Orang dapat melihat wajah Budha dari imej Borobudur yang selalu dijadikan ikon Indonesia. Wajah Hindu dapat terlihat jelas dalam promosi-promosi pariwisata Bali. Menjelang Natal, semua mall menghias dirinya dengan pohon-pohon Natal dan aksesoris khas Sinterklas.
Tapi di negeri ini, mengenakan pakaian yang sempurna menutup aurat sesuai aturan Islam saja harus bersusah payah. Bertahun-tahun lamanya para penghulu dakwah di Indonesia memperjuangkan agar para siswi di sekolah-sekolah umum boleh mengenakan jilbab, dan perjuangan itu baru berhasil di akhir era Orde Baru. Sekarang pun perjuangan jilbab belum menemukan hasil sempurna. Kasus jilbab di kalangan polwan menjadi salah satu buktinya.
18 Des 2013
Bincang-Bincang Muslimah bersama Oki Setiana Dewi
Ahad, 15 Desember 2013, BPPI FEB UNS mengadakan Bincang-Bincang Muslimah spesial, dengan narasumber seorang aktris muslimah dan penulis buku, Oki Setiana Dewi.
Acara yang dilangsungkan di aula FEB UNS ini mengambil tema "Wanita Surga, Bidadari Dunia." Oki Setiana Dewi sebagai pembicara memaparkan hal-hal terkait dunia kemuslimahan, seperti ciri-ciri bidadari surga, hijab muslimah, keadaan wanita sebelum dan sesudah Islam datang, panduan akhlak muslimah, dan lain sebagainya.
Acara yang dilangsungkan di aula FEB UNS ini mengambil tema "Wanita Surga, Bidadari Dunia." Oki Setiana Dewi sebagai pembicara memaparkan hal-hal terkait dunia kemuslimahan, seperti ciri-ciri bidadari surga, hijab muslimah, keadaan wanita sebelum dan sesudah Islam datang, panduan akhlak muslimah, dan lain sebagainya.
14 Des 2013
Kerajaan Islam Gorontalo
Gorontalo adalah provinsi baru yang letaknya di
Sulawesi bagian utara. Daerah ini punya jejak zaman kepemimpinan di masa
dulu, termasuk kepemimpinan dalam kerajaan Islam.
Sebelum berdiri kerajaan Islam, di Gorontalo ada banyak kerajaan-kerajaan kecil. Hingga pada 1385, sejumlah 17 kerajaan kecil tersebut sepakat membentuk sebuah serikat kerajaan. Diangkatlah Maharaja Ilahudu untuk memimpin serikat kerajaan yang disebut dengan Kerajaan Hulondalo.
Sebelum berdiri kerajaan Islam, di Gorontalo ada banyak kerajaan-kerajaan kecil. Hingga pada 1385, sejumlah 17 kerajaan kecil tersebut sepakat membentuk sebuah serikat kerajaan. Diangkatlah Maharaja Ilahudu untuk memimpin serikat kerajaan yang disebut dengan Kerajaan Hulondalo.
Menyebut Hulondalo, berarti sama artinya dengan Gorontalo. Hulondalo
berasal dari kata Hulonthalangi dari istilah Huta Langi-langi,
yang dalam bahasa setempat artinya genangan air. Orang Belanda menyebutnya
dengan Holontalo, yang apabila ditulis dalam abjad latin menjadi
Gorontalo.
Nilai budaya yang dianut adalah yang berbasiskan pandangan harmoni dengan mengambil pelajaran yang ditunjukkan oleh alam. Ini berarti penduduknya menganut kepercayaan animisme. Kemudian, Islam mulai masuk ke Gorontalo.
Peneliti sejarah sosial dari Universitas Negeri Gorontalo, Basri Amin, menjelaskan mengenai masa-masa ketika Islam masuk ke Gorontalo. "'Sekitar 1525, Islam mulai masuk dalam wilayah kerajaan ini. Islam dibawa oleh sang raja saat itu, Raja Amai," ujarnya kepada Republika, pekan lalu.
Islam kala itu masuk melalui jalur perkawinan. Raja Amai menikahi putri dari kerajaan Palasa, bernama Owutango. Kerajaan Palasa ini berada di Teluk Tomini dan rajanya sudah Islam. Sang putri sendiri punya hubungan keluarga dengan pihak kerajaan di Ternate, yang telah lebih dahulu mengenal Islam.
Dari sini bisa terlihat, pihak kerajaan memahami Islam dan ingin menjalankan kerajaan sesuai tuntunan Islam. "Karena Islam, maka bentuk kerajaannya pun menjadi kesultanan," ujarnya.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh guru besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta, Prof Dien Majid. Menurutnya, bentuk kerajaan tetap bisa dipertahankan meski rajanya telah Islam.
Dalam bentuk pemerintahan dulu, ia menjelaskan, dikenal bentuk kerajaan yang bersifat tradisional. Mulai abad ke-13, ketika Islam mulai masuk nusantara, maka dikenallah sistem pemerintah yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu kesultanan.
Nilai budaya yang dianut adalah yang berbasiskan pandangan harmoni dengan mengambil pelajaran yang ditunjukkan oleh alam. Ini berarti penduduknya menganut kepercayaan animisme. Kemudian, Islam mulai masuk ke Gorontalo.
Peneliti sejarah sosial dari Universitas Negeri Gorontalo, Basri Amin, menjelaskan mengenai masa-masa ketika Islam masuk ke Gorontalo. "'Sekitar 1525, Islam mulai masuk dalam wilayah kerajaan ini. Islam dibawa oleh sang raja saat itu, Raja Amai," ujarnya kepada Republika, pekan lalu.
Islam kala itu masuk melalui jalur perkawinan. Raja Amai menikahi putri dari kerajaan Palasa, bernama Owutango. Kerajaan Palasa ini berada di Teluk Tomini dan rajanya sudah Islam. Sang putri sendiri punya hubungan keluarga dengan pihak kerajaan di Ternate, yang telah lebih dahulu mengenal Islam.
Dari sini bisa terlihat, pihak kerajaan memahami Islam dan ingin menjalankan kerajaan sesuai tuntunan Islam. "Karena Islam, maka bentuk kerajaannya pun menjadi kesultanan," ujarnya.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh guru besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta, Prof Dien Majid. Menurutnya, bentuk kerajaan tetap bisa dipertahankan meski rajanya telah Islam.
Dalam bentuk pemerintahan dulu, ia menjelaskan, dikenal bentuk kerajaan yang bersifat tradisional. Mulai abad ke-13, ketika Islam mulai masuk nusantara, maka dikenallah sistem pemerintah yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu kesultanan.
"Meski demikian, masih ada yang tetap
menggunakan nama kerajaan, namun jabatan pemimpinnya disebut dengan
sultan," ujarnya.
Salah satunya, ia mencontohkan adalah kerajaan di Aceh, namanya tetap kerajaan, namun pemimpinnya bergelar sultan. Hal yang sama terjadi juga di Gorontalo.
Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo, Mohammad Karmin Baruadi, juga menjelaskan sejarah kerajaan Gorontalo dalam tulisannya yang berjudul Sendi Adat Dan Eksistensi Sastra: Pengaruh Islam Dalam Nuansa Budaya Lokal Gorontalo.
"Tokoh yang sangat berperan dengan pemikirannya yang religius Islami adalah istri Amai sendiri yang bernama putri raja Palasa," tulisnya.
Awalnya, saat Raja Amai ingin meminangnya, sang putri yang berasal dari kerajaan Islam di Sulawesi Tengah inipun mengajukan beberapa persyaratan.
Pertama, Sultan Amai dan rakyat Gorontalo harus diislamkan, dan yang kedua adat kebiasaan dalam masyarakat Gorontalo harus bersumber dari Alquran. "Dua syarat itu diterima oleh Amai. Di sinilah awal Islam menjadi kepercayaan penduduk Gorontalo," tulisnya.
Sebelum menikah Raja Amai mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja Amai dengan terang-terangan mengumumkan diri telah memeluk agama Islam secara sah dan kemudian meminta seluruh pengikutnya untuk melakukan pesta meriah.
Pada pesta tersebut Raja Amai meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan sumpah adat. Saat pendeklarasian sumpah tersebut, adalah hari terakhir rakyat Gorontalo memakan babi.
Usai proses sumpah adat, Raja Amai kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Ia sendiri kemudian mengganti gelarnya dengan gelar raja Islam, yaitu sultan.
Prinsip hidup baru ini, mudah diterima oleh masyarakat Gorontalo saat itu, yang tidak tersentuh oleh Hindu-Buddha. Masyarakat merasakan tidak ada pertentangan antara adat dan Islam, namun justru memperkuat dan membimbing pelaksanaannya.
Pada 1550, Sultan Amai digantikan oleh putera mahkotanya, Matolodula Kiki. Sultan kedua kesultanan Gorontalo ini menyempurnakan konsep kerajaan Islam yang dirintis oleh ayahnya.
Ia pun melahirkan rumusan adati hula-hula'a to sara'a dan sara'a hula-hula'a to adati, yang artinya adat bersendi syarak, syarak bersendi adat. Islam dan adat, saling melengkapi.
Islam resmi menjadi agama kerajaan ketika kesultanan Gorontalo ada di bawah pemerintahan Sultan Eyato. Konsepnya pun berubah, mirip dengan prinsip masyarakat Minangkabau, adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Di bawah kepimpinannnya, Kesultanan Gorontalo mencapai puncak kejayaan.
Bagi masyarakat Uduluwo limo lo Pohalaqa Gorontalo (serikat kerajaan di bawah dua kerajaan Gorontalo dan Limboto), syarak kitabullah dipahami bahwa hukum dan aturan-aturan yang berlaku bersumber dari kitab suci Alquran dan hadis Rasulullah SAW.
Beberapa perubahan
Pada masa itu, beberapa perubahan dilakukan, menjadi lebih Islami. Sistem pemerintahannya kini didasarkan pada ilmu akidah atau pokok-pokok keyakinan dalam ajaran Islam.
Dalam ilmu akidah tersebut diajarkan dua puluh sifat Allah SWT, untuk itu Eyato mewajibkan sifat-sifat itu menjadi sifat dan sikap semua aparat kerajaan mulai dari pejabat tertinggi sampai dengan jabatan terendah. Sumpah-sumpah dan adat istiadat yang dipakai, bersumber pada Islam.
Penerapan sistem budaya Islam pada sikap dan perilaku pejabat tersebut telah mengawali pemantapan karakteristik budaya Islam dalam kehidupan masyarakat Gorontalo.
Eyato sendiri awalnya memang seorang ahli agama dan cendekiawan. "Sebelum menjadi raja, Eyato merupakan seorang hatibida'a yang tergolong ulama pada masa itu," tulisnya.
Struktur pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas tiga bagian dalam suasana kerja sama yang disebut Buatula Totolu, yaitu Buatula Bantayo yang dikepalai oleh Bate yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan dan garis-garis besar tujuan kerajaan, Buatula Bubato yang dikepalai oleh Raja (Olongia) dan bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha menyejahterakan masyarakat, dan Buatula Bala yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Salah satunya, ia mencontohkan adalah kerajaan di Aceh, namanya tetap kerajaan, namun pemimpinnya bergelar sultan. Hal yang sama terjadi juga di Gorontalo.
Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo, Mohammad Karmin Baruadi, juga menjelaskan sejarah kerajaan Gorontalo dalam tulisannya yang berjudul Sendi Adat Dan Eksistensi Sastra: Pengaruh Islam Dalam Nuansa Budaya Lokal Gorontalo.
"Tokoh yang sangat berperan dengan pemikirannya yang religius Islami adalah istri Amai sendiri yang bernama putri raja Palasa," tulisnya.
Awalnya, saat Raja Amai ingin meminangnya, sang putri yang berasal dari kerajaan Islam di Sulawesi Tengah inipun mengajukan beberapa persyaratan.
Pertama, Sultan Amai dan rakyat Gorontalo harus diislamkan, dan yang kedua adat kebiasaan dalam masyarakat Gorontalo harus bersumber dari Alquran. "Dua syarat itu diterima oleh Amai. Di sinilah awal Islam menjadi kepercayaan penduduk Gorontalo," tulisnya.
Sebelum menikah Raja Amai mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja Amai dengan terang-terangan mengumumkan diri telah memeluk agama Islam secara sah dan kemudian meminta seluruh pengikutnya untuk melakukan pesta meriah.
Pada pesta tersebut Raja Amai meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan sumpah adat. Saat pendeklarasian sumpah tersebut, adalah hari terakhir rakyat Gorontalo memakan babi.
Usai proses sumpah adat, Raja Amai kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Ia sendiri kemudian mengganti gelarnya dengan gelar raja Islam, yaitu sultan.
Prinsip hidup baru ini, mudah diterima oleh masyarakat Gorontalo saat itu, yang tidak tersentuh oleh Hindu-Buddha. Masyarakat merasakan tidak ada pertentangan antara adat dan Islam, namun justru memperkuat dan membimbing pelaksanaannya.
Pada 1550, Sultan Amai digantikan oleh putera mahkotanya, Matolodula Kiki. Sultan kedua kesultanan Gorontalo ini menyempurnakan konsep kerajaan Islam yang dirintis oleh ayahnya.
Ia pun melahirkan rumusan adati hula-hula'a to sara'a dan sara'a hula-hula'a to adati, yang artinya adat bersendi syarak, syarak bersendi adat. Islam dan adat, saling melengkapi.
Islam resmi menjadi agama kerajaan ketika kesultanan Gorontalo ada di bawah pemerintahan Sultan Eyato. Konsepnya pun berubah, mirip dengan prinsip masyarakat Minangkabau, adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Di bawah kepimpinannnya, Kesultanan Gorontalo mencapai puncak kejayaan.
Bagi masyarakat Uduluwo limo lo Pohalaqa Gorontalo (serikat kerajaan di bawah dua kerajaan Gorontalo dan Limboto), syarak kitabullah dipahami bahwa hukum dan aturan-aturan yang berlaku bersumber dari kitab suci Alquran dan hadis Rasulullah SAW.
Beberapa perubahan
Pada masa itu, beberapa perubahan dilakukan, menjadi lebih Islami. Sistem pemerintahannya kini didasarkan pada ilmu akidah atau pokok-pokok keyakinan dalam ajaran Islam.
Dalam ilmu akidah tersebut diajarkan dua puluh sifat Allah SWT, untuk itu Eyato mewajibkan sifat-sifat itu menjadi sifat dan sikap semua aparat kerajaan mulai dari pejabat tertinggi sampai dengan jabatan terendah. Sumpah-sumpah dan adat istiadat yang dipakai, bersumber pada Islam.
Penerapan sistem budaya Islam pada sikap dan perilaku pejabat tersebut telah mengawali pemantapan karakteristik budaya Islam dalam kehidupan masyarakat Gorontalo.
Eyato sendiri awalnya memang seorang ahli agama dan cendekiawan. "Sebelum menjadi raja, Eyato merupakan seorang hatibida'a yang tergolong ulama pada masa itu," tulisnya.
Struktur pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas tiga bagian dalam suasana kerja sama yang disebut Buatula Totolu, yaitu Buatula Bantayo yang dikepalai oleh Bate yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan dan garis-garis besar tujuan kerajaan, Buatula Bubato yang dikepalai oleh Raja (Olongia) dan bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha menyejahterakan masyarakat, dan Buatula Bala yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang pertahanan dan keamanan.
http://www.republika.co.id
12 Des 2013
The Last Great Caliph
Throughout
Islamic history, one of the uniting aspects of the Muslim world was the
caliphate. After the death of Prophet Muhammad ï·º, his close companion, Abu Bakr, was elected as the first
khalifah, or caliph, of the Muslim community. His job as leader combined
political power over the Muslim state as well as spiritual guidance for
Muslims. It became a hereditary position, occupied at first by the Umayyad
family, and later by the Abbasids. In 1517, the caliphate was transferred to
the Ottoman family, who ruled the largest and most powerful empire in the world
in the 1500s.
The
Ottoman Empire in 1878
For
centuries, the Ottoman sultans did not place much emphasis on their role as
caliphs. It was an official title that was called in to use when needed, but
was mostly neglected. During the decline of the empire in the 1800s, however, a
sultan came to power that would decide to revive the importance and power of
the caliphate. Abdülhamid II was determined to reverse the retreat of the Ottoman
state, and decided that the best way to do it was through the revival of Islam
throughout the Muslim world and pan-Islamic unity, centered on the idea of a
strong caliphate. While Abdülhamid’s 33-year reign did not stop the
inevitable fall of the empire, he managed to give the Ottomans a final period
of relative strength in the face of European encroachment and colonialism, with
Islam being the central focus of his empire.
11 Des 2013
Serba-Serbi Kerajaan Syiah Terbesar
Pembahasan
mengenai Daulah Fatimiyah adalah pembahasan yang menarik, karena kontroversi
yang ditimbulkan oleh daulah ini cukup menggegerkan dunia Islam. Ada yang
mengatakan kerajaan ini memiliki sumbangsih besar mengenalkan umat Islam pada
ilmu pengetahuan, karena merekalah yang membangun Universitas al-Azhar. Di sisi
lain, kerajaan ini dikatakan sebagai kerajaan ekstrim yang intoleran, menindas
muslim Sunni atau Ahlussunnah wal Jamaah. Sejarah kerajaan yang dipenuhi dengan
penindasan, penipuan, dan penyimpangan dari ajaran Islam juga menjadi sisi lain
yang perlu diangkat dan diketengahkan.
Wilayah kekuasan Daulah Fatimiyah di masa keemasannya
Akidah
Syiah Ismaailiyah
Sebelum
membahas kekuatan politik Daulah Fatimiyah, terlebih dahulu kita membahas
ideologi kerajaan ini, karena inilah yang melandasi gerakan politiknya. Daulah
Fatimiyah adalah sebuah kerajaan yang berideologi Syiah, lebih tepatnya Syiah
Ismailiyah. Syiah Ismailiyah adalah sekte Syiah yang meyakini bahwa Ismail bin
Ja’far adalah imam ketujuh, adapun mayoritas Syiah (Syiah Itsna Asyriyah)
meyakini bahwa Musah bin Ja’fa-lah imam ketujuh setelah Ja’far ash-Shadiq.
Perbedaan dalam permasalahan pokok ini kemudian berkembang ke berbagai prinsip
ajaran yang lain yang semakin membedakan ajaran Syiah Ismailiyah dengan Syiah
arus utama, Syiah Itsna Asyriyah, sehingga ajaran ini menjadi sekte tersendiri.
10 Des 2013
Natal Bersama = Bukti Toleransikah?
Menjelang perayaan Hari
Natal, 25 Desember, ada sebagian kalangan kaum Muslim yang kembali menggugat
fatwa MUI tentang “haramnya seorang Muslim hadir dalam Perayaan Natal Bersama.”
Ada yang menyatakan, bahwa yang melarang Perayaan Natal Bersama (PNB) atau yang
tidak mau menghadiri PNB adalah tidak toleran, eksklusif, tidak menyadari
pluralisme, tidak mau berta’aruf, dan sebagainya. Padahal orang Islam
disuruh melakukan ta’aruf (QS 49:13). Banyak yang kemudian berdebat
“boleh dan tidaknya” menghadiri PNB, tanpa menyadari, bahwa sebenarnya telah
banyak diciptakan mitos-mitos seputar apa yang disebut PNB itu sendiri.
Pertama
9 Des 2013
Menyibak Kabut Kontroversi Sultan Mughal Keenam, Aurangzeb Alamgir
Turki Utsmani? Sudah banyak yang telah menceritakan mengenai kesultanan tersebut. Padahal di era tersebut, bukan hanya Turki Utsmani saja kesultanan Islam yang memiliki pengaruh besar di dunia. Salah satu kesultanan Islam selain Turki Utsmani yang juga memiliki pengaruh besar adalah Kesultanan Mughal (Moghul).
Mughal adalah kesultanan Islam di
anak benua India, dengan Delhi sebagai ibu kotanya, berdiri antara tahun 1526
-1858 M. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur. Di antara
raja-raja Mughal yang membawa kerajaan ini mencapai masa keemasannya adalah
Aurangzeb Alamgir yang memerintah 1658 – 1707 M. Dalam sejarah, ia terkesan
sebagai sosok yang kontroversial, seorang raja yang agamis, namun di sisi lain
sebagian sejarawan mengatakan kebijakan-kebijakannya sangat bertentangan dengan
apa yang ia yakini; seperti intoleran, merusak tempat-tempat ibadah agama lain,
dsb. Begitulah saat kita membaca sejarah, selalu ada kubu yang pro dan yang
kontra.
Para sejarawan membaca rekam jejak
pemerintahan Islam di India, maka perspektif mereka sangat membentuk opini
mereka dalam menyajikan sejarah. Sebagian orang melihat seorang tokoh sejarah
sebagai tokoh besar yang menginspirasi, namun sebagian yang lain bisa jadi
malah menganggap tokoh yang sama sebagai seorang tiran.
6 Des 2013
Kristen yang Shalih dan Gereja At Taqwa. Penggunaan Istilah Keagamaan [2]
Tahun 1999, muncul kelompok Kristen yang menamakan dirinya
kelompok ’Iman Taqwa Kepada Shirathal Mustaqim’ (ITKSM) yang melakukan
kampanye agar kaum Kristen menghentikan penggunaan lafaz Allah.
Kelompok ini
kemudian mengganti nama menjadi Bet Yesua Hamasiah (BYH). Kelompok ini juga
menerbitkan Bibel sendiri dengan nama Kitab Suci Torat dan Injil yang pada
halaman dalamnya ditulis Kitab Suci 2000.
Kitab Bibel versi BYH ini mengganti kata "Allah"
menjadi "Eloim", kata "TUHAN" diganti menjadi
"YAHWE"; kata "Yesus" diganti dengan "Yesua",
dan "Yesus Kristus" diubah menjadi "Yesua Hamasiah".
Berikutnya, muncul lagi kelompok Kristen yang menamakan dirinya "Jaringan
Gereja-gereja Pengagung Nama Yahweh" yang menerbitkan Bibel sendiri dengan
nama "Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan ini".
Kelompok ini menegaskan, "Akhirnya nama "Allah"
tidak dapat dipertahankan lagi." Problem penyebutan nama Tuhan atau nama
nabi seperti dalam agama Kristen tersebut, tidak dijumpai dalam Islam. Sebab,
Islam memiliki Al-Quran yang teksnya, cara membacanya, dan maknanya terjaga
sepanjang zaman. Di sinilah terjadi perbedaan dalam soal penggunaan
istilah-istilah keagamaan antara Islam dan Kristen. Para ulama Islam selama
berabad-abad dikenal memiliki tradisi yang kuat dalam penggunaan istilah-istilah
keagamaan. Banyak ulama yang secara khusus menulis kamus dan kitab tentang
definisi-definisi (ta’rifat).
Sebagian kalangan Kristen bahkan sengaja menggunakan
istilah-istilah yang khas dalam Islam. Sebagai contoh adalah penerbitan
sejumlah buku dan brosur Kristen yang menggunakan judul-judul Islam. Misalnya,
buku-buku karangan Pendeta R. Mohammad Nurdin yang berjudul: ”Kebenaran Yang
Benar (Asshodiqul Mashduq)”, ”Keselamatan Didalam Islam”, ”Selamat Natal Menurut Al-Qur’an”, ”Rahasia
Allah Yang Paling Besar”, ”Ya Allah Ya Ruhul Qudus, Aku Selamat Dunia
dan Akhirat”. Juga buku ”Upacara Ibadah Haji” karya H. Amos, dan buku-buku
karya Pendeta A. Poernama Winangun yang berjudul seperti ”Riwayat Singkat Dan
Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad”, dan buku ”Ayat-ayat Al-Qur’an Yang
Menyelamatkan”.
Dalam buku ”Riwayat Singkat Dan Pusaka Peninggalan Nabi
Muhammad”, disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan hadits Nabi Muhammad saw,
bahwa beliau meninggalkan dua perkara yang harus dipegang teguh oleh umat
Islam, adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bukan Al-Quran dan Sunnah.
”Ada juga yang menggunakan brosur-brosur yang menggunakan nama-nama Islam,
seperti Brosur: Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama, Yang dikeluarkan
oleh Dakwah Ukhuwah (P.O. BOX 1272/JAT Jakarta 13012). Ada juga sebuah buku
Kristen berjudul ”al-Haqiqah al-Makhfiyah Dakhilul Quranil Karim” (Kebenaran
Tersembunyi dalam Al-Quran al-Karim). Buku ini berisi kumpulan ayat-ayat
Al-Quran yang dihimpun dan disusun oleh Pendeta Markus Agung.
Dalam masalah penggunaan istilah keagamaan ini, kiranya
lembaga-lembaga keagamaan perlu bertemu untuk merumuskan kode etik dalam
penggunaan istilah. Yang menjadi masalah memang lebih banyak bagi umat Islam,
sebab penggunaan istilah dalam Islam sangat ketat. Idealnya, setiap pemeluk
agama memiliki displin dalam penggunaan istilah agamanya masing-masing dan
tidak mencampur aduk penggunaan istilah masing-masing agama.
Tetapi, tantangan yang lebih besar bagi umat Islam sekarang
dalam soal penggunaan istilah justru datang dari kalangan umat Islam sendiri,
khususnya yang sudah terasuki oleh pemikiran Barat sekular-liberal.
Mereka-mereka inilah yang sekarang rajin memasukkan istilah-istilah dari
tradisi Yahudi dan Kristen ke dalam khazanah Islam kontemporer, seperti penggunaan
istilah Islam Liberal, Islam fundamentalis, Islam skripturalis, Islam pluralis,
Islam inklusif, Islam Ortodoks, dan sebagainya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, misalnya, menulis
satu naskah pengantar buku berjudul ”Muhammadiyah: Islam Protestan.” Buku itu
sendiri oleh penulisnya diberi judul: ”Muhammadiyah Pintu Gerbang Protestanisme
Islam”.
Dalam buku ini penulisnya menggunakan istilah yang campur aduk
antara istilah Islam dan Kristen yang sebenarnya memiliki akar sejarah dan
konsep yang berbeda. Misalnya, ditulis dalam buku ini: “Etika protestan puritan
(protestan calvinis) atau reformasi protestan sepenuhnya bersandar
kepada pembacaan perjanjian lama dan perjanjian baru sebagaimana Muslim puritan
Muhammadiyah (Muhammadiyah calvinis) atau reformasi Muhammadiyah
bersandar pada sumber asli Qur’an dan Sunnah. Ia (Protestan Dahlanis) sebagai
pedagang-pedagang yang jujur dalam bertransaksi… Ia dikenal sebagai Muslim
reformis-puritan yang asketis…
Seorang pejabat Belanda yang bertugas di Indonesia waktu itu
1913 menilai bahwa Ahmad Dahlan adalah sebagai “prototipe warga Indonesia yang
memiliki etika calvinis: tekun, militan, dan cerdas.” (hal. Vi-vii).
Masuknya istilah-istilah asing yang mengacaukan konsep-konsep
pokok dalam pandangan hidup Islam disebut oleh Prof. Al-Attas sebagai
”de-Islamization of language”.
Masuknya istilah-istilah dan konsep-konsep asing yang merusak
’Islamic worldview’ inilah, menurut al-Attas, yang menyebabkan
kekacauan dalam pemikiran kaum Muslim. Dan saat ini, tantangan ’de-Islamisasi
bahasa’ yang dihadapi oleh umat Islam, jauh lebih berat dan lebih kompleks
daripada yang dihadapi oleh umat Islam di zaman Imam Ghazali, ketika beliau
menerbitkan bukunya, Tahafut al-Falasifah. Dalam kerusakan istilah dan konsep
Islam ini, al-Attas menyebut contoh masuknya penggunaan metode hermeneutika
untuk menafsirkan Al-Quran, menggantikan Ilmu Tafsir, yang di Indonesia telah
menjadi kurikulum wajib di berbagai Perguruan Tinggi Islam.
Semoga kita termasuk yang berhati-hati dan selamat dalam
menggunakan istilah-istilah keagamaan kita, sehingga kita tidak terperosok
dalam kekeliruan berpikir, apalagi kemudian membanggakan dan aktif menyebarkan
kekeliruan, sadar atau tidak! Amin.
Sumber: http://mustanir.net
5 Des 2013
Kristen yang Shalih dan Gereja At Taqwa. Kajian Tentang Penggunaan Istilah Keagamaan
Belum lama ini, di deretan kios buku-buku bekas di
sekitar perempatan Senen Jakarta, saya menemukan sebuah buku berjudul
“Beriman dengan Taqwa” terbitan satu penerbit Katolik di Yogyakarta.
Buku ini merupakan buku serial Pustaka Teologi dalam agama Katolik. Bagi
orang Muslim, judul buku semacam ini tentulah tidak asing, karena
kata-kata iman dan taqwa memang merupakan kosa kata resmi dalam agama
Islam. Kata ’iman’ memiliki makna khusus, tidak bisa diganti dengan
istilah lain. Orang yang beriman kepada hal-hal yang wajib diimani,
dalam istilah Islam disebut sebagai orang ’mukmin’.
Karena itu, kata
’iman’ sebagai istilah khusus, tidak sama dengan kata ’percaya’. Kalimat
”Saya percaya kepada Presiden” tidak bisa kita ganti dengan kalimat
”Saya beriman kepada Presiden”. Begitu juga kata ’taqwa’ dalam agama
Islam, memiliki makna khusus, yang bukan sekedar makna bahasa (lughawi).
Secara umum, orang-orang Islam yang taat kepada Allah, yang
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya,
disebut sebagai orang-orang yang bertaqwa (muttaqun).
4 Des 2013
Siapa Bilang Adam dan Hawa Telanjang di Surga?
Dalam tiga agama samawi besar, yaitu
Islam, Nasrani, dan Yahudi, sudah bukan rahasia lagi mengenai sepenggal kisah
Nabi Adam dan istrinya, Hawa. Tentang penciptaan Adam hingga diturunkannya
beliau berdua dari jannah (surga).
Namun begitu, banyak hal terkait
Nabi Adam dan Hawa yang dipahami secara salah oleh umat Islam. Kesalahpahaman
yang sangat mungkin dimulai karena interaksi umat Islam dengan umat Nasrani dan
Yahudi hingga menimbulkan percampuran persepsi. Apa itu?
3 Des 2013
Pekan Kondom Nasional Dibatalkan!
Panitia Penyelenggara akhirnya memutuskan untuk membatalkan kegiatan
sosialisasi pemakaian kondom melalui Pekan Kondom nasional 2013.
Derasnya tekanan komunitas agama, termasuk dari dua organisasi utama muslim Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, diakui menjadi faktor kuat dibalik keputusan pembatalan itu.
Derasnya tekanan komunitas agama, termasuk dari dua organisasi utama muslim Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, diakui menjadi faktor kuat dibalik keputusan pembatalan itu.
1 Des 2013
Cegah AIDS dengan Bagi-Bagi Kondom
Demi
menyelematkan masyarakat dari serangan penyakit AIDS, pemerintah melakukan
sebuah gebrakan yang belum pernah dilakukan para pendahulu negeri ini. Dengan mengusung
tema “Protect Yourself, Protect Your Partner”, Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional (KPAN) bersama DKT Indonesia dan Kementrian Kesehatan akan menggelar
Pekan Kondom Nasional (PKN) pada tanggal satu hingga tujuh Desember. Disebutkan,
akan ada pembagian kondom gratis pada acara tersebut.
Kemal
Siregar selaku Sekretaris KPAN menilai bahwa PKN memiliki efektivitas yang
baik, terutama untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya penggunaan
kondom bagi kesehatan masyarakat. Karena itu, untuk meningkatkan
efektivitasnya, cakupan sasaran perlu diperluas.
Jalan-jalan ke Dubai
Mungkin masih ada di benak kita, bila kata 'Arab' disebutkan, akan terbayang gambaran gurun pasir sejauh mata memandang, rumah penduduk yang terlihat sederhana dengan bentuknya yang rata-rata balok dengan atap datar, atau sekelompok Arab Badui yang hidup nomaden yang menghabiskan malam di tenda yang terbuat dari kulit binatang dari malam ke malam.
Namun sayangnya pemandangan tersebut nampaknya hanya menjadi sepenggal romantisme Arab pada beberapa dekade lalu. Kini, negara-negara di Jazirah Arab sudah banyak berubah, dengan menjulangnya gedung-gedung pencakar langit dan kehidupan layaknya metropolis pada umumnya, seperti yang kita dapati di Dubai.
Dubai (dalam bahasa Arab:
دبيّ,
Dubaīy)
adalah satu dari tujuh emirat (negara bagian) dan kota terpadat di Uni Emirat
Arab (UEA). Uni Emirat Arab sendiri adalah negara yang berada di semenanjung Arabia bagian timur, berbatasan dengan Teluk Persia di utara dan Kerajaan Saudi Arabia di barat dan selatan. Terletak di sepanjang pantai selatan Teluk Persia
di Jazirah Arab.
Kotamadya
Dubai kadang-kadang disebut Kota Dubai untuk membedakannya dari emirat.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)