19 Jun 2014
Tidak Sampai Seujung Kuku?? Dilema Seorang Aktivis Dakwah
Kadangkala kita berpikir betapa susahnya kita membawa amanah kebaikan, tetapi ujung-ujungnya hanyalah kekecewaan. Pernah kita berpikir, apa yang sudah kita persembahkan demi jalan kebaikan ini berujung pada kesia-siaan. Betatapun kita mencoba tetapi hasilnya sama saja. Apa yang kita harapkan terwujud hanyalah menjadi angan-angan tak berujung.
Siapa yang patut dipersalahkan?? Marilah sejenak kita melihat betapa naifnya ketika kita saling mempersalahkan hanya demi perasaan tak menentu. Merasa dikecewakan karena usaha kita tidak ada ujungnya. Maka sejenak lihat sekitar kita. Terkadang penilaian kita hanya tertuju pada lingkup pemikiran yang sempit. Maka luaskan wawasan kita tentang jalan kebaikan ini. Bagaimana dahulu pemegang amanah kebaikan ini berjuang dengan gigihnya. Patutlah kita berkaca pada para pendahulu. Yaa inilah jalan dakwah. Jalannya panjang, pendukungnya sedikit, dan banyak rintangannya. Dan saya yakin penderitaan yang kita rasakan, kegalauan yang kini menyelimuti hanyalah perkara yang biasa dibandingkan dengan para pendahulu dakwah.
Teringat kisah Sumayyah binti Khabath seorang wanita pertama yang mati syahid karena keteguhan hatinya membela agama Allah. Betapapun beliau disiksa, ditindih batu besar di bawah panas teriknya lautan pasir Mekkah, hingga akhirnya mengalami kesakitan yang sangat, namun beliau tetap meninggikan kalimat Allah dan menolak segala jenis upaya menggoncangkan aqidah. Allahuakbar. Rentetan kisah ini sungguh tiada akhirnya. Harta, keluarga, bahkan nyawa menjadi harga mati yang dipertaruhkan demi membela agama Allah. Tiada kata kecewa, lelah, ataupun takut di benak mereka, karena keyakinan yang kuat akan janji Allah SWT.
Terkadang ketika logika kita berpikir, bagaimana ya kalau dahulu Rasulullah itu galau dalam perjuangan dakwahnya. Dilempari kotoran, dijuluki sebagai tukang tenung atau penyihir, bahkan dilempari batu, terus Rasulullah ngambek gitu. Ya Allah. Justru dengan kerasnya perlawanan kaum kafir justru itu menjadi pijakan penyemangat bagi diri Rasulullah untuk menyebarkan panji-panji Islam ke pelosok negeri. Hebatnya adalah tanpa perasaan galau, marah ataupun jengkel Rasulullah tetap meneruskan perjuangannya meskipun perlawanan yang dilancarkan semakin keras.
Bagaimana dengan kondisi kita?? Marilah kita memohon ampunan kepada Allah atas perasaan ini. Karena yakinlah perjuangan kita ini tidak sampai seujung kuku jika dibandingkan dengan perjuangan Rasulullah dan sahabatnya. Dasarkan pemikiran kita pada kondisi umat terbaik, jangan sebaliknya. InsyaAllah ini menjadi amalan yang mampu membawa kita menuju gerbang keselamatan.
Dilema Penutupan Dolly ??
Masyarakat kini dihadapkan pada problematika Penutupan Dolly yang dicanangkan pemerintah. Analisis pro dan kontra menyeruak terkait penutupan Dolly yang akan segera dieksekusi. Lagi-lagi masyarakat kini di uji. Diuji tentang bagaimana memutuskan baik dan buruk. Diuji bagaimana bisa memposisikan dirinya sebagai hamba dunia atau hamba Allah Yang Menciptakan Dunia.
Dalih ekonomi menjadi alasan kuat yang digunakan untuk menolak penutupan. Dan dalih syariat menjadi alasan yang kuat demi menutup Dolly. Selain itu secara perundang-undangan memang kegiatan asusila seperti Dolly ini dilarang menurut Undang-Undang. Sebagai seorang muslim kita pilih yang mana??
Allah mengingatkan dalam surat Al-Baqarah: 216:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Alasan Hak Asasi Manusia kini juga diutarakan. Nasib para pekerja seks komersial, serta gembong-gembongnya dibawa kemana?. Malah justru sebaliknya, ketika Dolly itu masih ada, maka Hak Asasi Manusia bagi para PSK itu yang dirampas. Kehormatannya hanya ibarat satu koin, dua koin, dan seterusnya. Padahal dalam Islam kedudukan wanita sangatlah mulia. Keberadaannya ibarat sebuah tiang dalam bernegara, Dialah guru bangsa. Ketika wanita itu sudah lalai dalam membina dirinya dan anaknya, maka nasib bangsa juga akan terlalaikan dengan belaian kemaksiatan.
Dalih dunia hanyalah tipuan. Hakikat dunia ini juga hanyalah tipuan. Penjara bagi orang-orang yang beriman dan surganya bagi orang kafir. Tidaklah kita pantas menyetarakan kedudukan dunia dengan akhirat, karena jauh, jauh sekali. Oleh karenanya syariat itu kedudukannya jauh di atas ke fanaan dunia. Tinggal bagaimana kemudian sudut pandang Islam itu kita gunakan. Islam ini juga menyandarkannya sesuai dengan akal pikiran manusia.
Yakinlah kita adalah orang-orang yang diberikan kecerdasan dalam berpikir. Kita adalah hamba yang pintar dalam mengambil pelajaran. Janganlah dunia ini menyilaukan mata kita. Arahkan arah berpikirmu sesuai dengan Islam.
#TutupDolly
#SuroboyoTutupDolly
Langganan:
Postingan
(
Atom
)