Dalam tiga agama samawi besar, yaitu
Islam, Nasrani, dan Yahudi, sudah bukan rahasia lagi mengenai sepenggal kisah
Nabi Adam dan istrinya, Hawa. Tentang penciptaan Adam hingga diturunkannya
beliau berdua dari jannah (surga).
Namun begitu, banyak hal terkait
Nabi Adam dan Hawa yang dipahami secara salah oleh umat Islam. Kesalahpahaman
yang sangat mungkin dimulai karena interaksi umat Islam dengan umat Nasrani dan
Yahudi hingga menimbulkan percampuran persepsi. Apa itu?
Siapa yang Salah?
Sudah jamak kita ketahui, bahwa asal
muasal pengusiran Adam dan Hawa dari jannah adalah bujukan setan yang menjelma
menjadi ular. Setan membujuk Hawa agar memakan buah terlarang. Hawa pun
tergoda. Bagian selanjutnya, Hawa juga membujuk Adam memakannya. Karena
perbuatan mereka yang melanggar aturan, akhirnya diusirlah Nabi Adam dan Hawa
dari surga.
Di sisi lain, beberapa pihak menilai
bahwa fase menstruasi dan sakitnya melahirkan yang dirasakan kaum wanita,
adalah sebab karena kesalahan Hawa yang membujuk Adam memakan buah terlarang,
sehingga hukuman tersebut juga diwariskan kepada kaum wanita setelahnya.
Masih terkait Adam dan Hawa. Dalam
memvisualisasikan mengenai kehidupan mereka berdua, tak jarang kita dapati
lukisan dua orang manusia yang telanjang, yang hanya menggunakan dedaunan untuk
menutupi aurat besar mereka.
Adam dan Hawa dalam
Islam
Dalam kacamata Islam, ada beberapa
kesalahan terkait masalah tersebut. Pertama, tak pernah dijelaskan dalam Al
Qur’an bahwa Hawa lah yang pertama kali makan buah terlarang.
Konsep ‘Hawa yang membujuh Adam’
adalah dari Yahudi dan Nasrani, sebagaimana yang tertulis dalam kitab
Perjanjian Lama, kitab Kejadian, “3:1 Adapun ular 1 e ialah yang paling cerdik dari segala
binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada
perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman f ini jangan kamu makan buahnya,
bukan?" 3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu:
"Buah pohon-pohonan dalam taman g ini boleh kami makan, 3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di
tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu,
nanti kamu mati. h " 3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan
i itu: "Sekali-kali kamu tidak akan
mati 2 , 3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu
kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah 3 , j tahu tentang yang baik dan yang
jahat." 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati
k karena memberi pengertian. Lalu ia
mengambil 4 dari buahnya dan dimakannya dan
diberikannya juga kepada suaminya l yang bersama-sama dengan dia, dan
suaminyapun memakannya 5 .
Sedangkan dalam Islam, tak ada
konsep semacam itu. Hal ini terlihat dalam firman-Nya dalam Surah Al A’raf ayat
22, “Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu)
dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga.
Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu
berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, ‘Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’”
Yang kedua adalah masalah
ketelanjangan. Bila kita membahas mengenai kisah Nabi Adam dan Hawa, sangat
kerap ditampilkan dua gambar manusia dalam keadaan telanjang dan hanya ditutupi
oleh dedaunan, itupun hanya aurat besar mereka.
Padahal itu sama sekali tidak benar.
Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman Allah di surah Thaha ayat 117 sampai
118, “Maka Kami berkata, ‘Hai
Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka
sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka.
Sesungguhnya kamu
tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang.’”
Keadaan telanjang yang dialami Nabi
Adam dan Hawa hingga mereka harus menutupi tubuh mereka dengan dedaunan jannah terjadi
setelah mereka memakan buah terlarang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Thaha ayat 121, “Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
(yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.”
Dari sini dan ayat sebelumnya, kita
dapat mengetahui bahwa Adam dan Hawa tidaklah telanjang di jannah seperti yang
kerap tergambar dalam beberapa lukisan.
Terus apa masalahnya? Perbedaan
konsep ini nyatanya menimbulkan perbedaan besar.
Benua Eropa, tatkala gereja masih
memiliki pengaruh dominan di segala sendi kehidupan masyarakat Eropa kala itu,
memiliki pandangan yang sangat merendahkan wanita. Wanita dilarang untuk
menyentuh Perjanjian Baru (Kitab Suci Umat Kristen), bahkan sampai diadakan
perkumpulan yang membahas, apakah wanita digolongkan manusia atau bukan.
Kesimpulannya,
wanita adalah juga manusia, namun diciptakan untuk melayani lelaki dan juga
kering dari ruh penyelamat. Namun mereka memberi pengecualian kepada Bunda Maria.
Lebih jauh, bahkan frasa “femina”
sebenarnya adalah gabungan dari dua kata, “fe” atau “fide” dan “minus” yang
bila digabung menjadi “kurang imannya.”
Kesimpulan
Memang beberapa konsep dalam Islam
mirip dengan agama lain, seperti masalah Adam dan Hawa yang sekilas mirip
dengan konsep milik Yahudi dan Nasrani.
Akan tetapi sebagai Muslim, kita
juga harus selalu rajin dalam mengaji Al Qur’an, agar kita semua dapat
membedakan mana yang memang benar ajaran Islam dan mana ajaran yang ‘mirip’
dengan Islam.
0 comments :
Posting Komentar