OPEN RECRUITMENT BPPI FEB UNS 2017

Ayo ikut bersama Kami. Menjadi Mahasiswa Muslim yang Proaktif dan Inspiratif. BPPI 2017

RAMADHAN 1438 H

Ramadhan Awesome! Raih Ramadhan dengan Penuh Berkah, Mencari Taqwa. Ramadhan di Kampus.Coming Soon!!

One Step 2017

Jalan-Jalan, Penuh Pembelajaran, Home Stay, Games, Fun, Keakraban dan Islami. Coming Soon yak!

Ukhuwah Islamiyah

Karena ikatan ukhuwah begitu berharga.

Islam pasti akan menang!

Jangan bertanya,"Kapan Islam kembali berjaya?", karena cepat atau lambat Islam pasti menang. Tapi bertanyalah,"Apa peranmu dalam menyongsong kemenangannya?"

26 Nov 2016

Mencintai Allah dan Rasul dengan Sederhana


                Malam siang bergantian setiap harinya mengawal kehidupan manusia . Manusia hidup kemudian mati lalu kembali hidup , begitu terus hingga kematian yang sesungguhnya menjemput . Aktivitas-aktivitas yang dilakukan semua bermuara pada tujuan yang bermacam-macam . Jalan yang ditempuh oleh umat manusia dalam berusaha pun tidak kalah berwarnanya. Ada yang berdagang , ada yang bertani , ada yang berdasi sambil menenteng koper ,juga  ada yang membawa kecrekan serta sekantong plastik bekas permen kopi .
                Begitulah manusia setiap harinya, waktunya dihabiskan hanya untuk beraktivitas kerja , kerja dan kerja . Malah ada kondisi dimana mereka semua sibuk mengumpulkan tapi lupa untuk menikmati . Sikut kanan dan sikut kiri untuk mengejar kebutuhan yang dia sendiri pun tidak punya waktu untuk menikmatinya . Mungkin memang benar dunia adalah tempat yang sibuk sedangkan istirahat yang abadi hanyalah kampung akhirat .
                Benarkah hidup hanya sekadar kerja, kerja, dan kerja? Allah menciptakan manusia lebih dari sekedar untuk bekerja . Mereka pun ada yang sehari-harinya hanya berdiam diri di masjid dan beribadah mengaku cinta kepada Allah dan rasulnya tapi kebutuhannya sendiri tidak dapat dipenuhi . Apakah Allah menciptakan hanya untuk beribadah ? Kalau itu saya setuju . Tetapi perlu ada sedikit perbaikan dari pola pikir dua titik ekstrim ini .
Dikisahkan tentang tiga pemuda yang tercantum dalam suatu hadis berikut,
Dari Anas ia berkata, “Ada tiga orang yang datang ke rumah istri-istri Nabi shallAllahu ‘alaihi wa sallam untuk bertanya tentang ibadah Nabi shallAllahu ‘alaihi wa sallam. Saat mereka diberitahu, maka sepertinya mereka menganggapnya sedikit, lalu mereka berkata, “Bagaimanakah keadaan kami dibanding Nabi shallAllahu ‘alaihi wa sallam yang telah diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.” Salah seorang dari mereka berkata, “Adapun saya, maka saya akan shalat malam selama-lamanya.” Yang lain berkata, “Saya akan berpuasa selama-lamanya dan tidak akan berbuka.” Sedangkan yang lain lagi berkata, “Saya akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya.” Maka datanglah Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka dan bersabda, “Kalian yang berkata begini dan begitu. Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling takwa kepada-Nya. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku tidur, dan aku menikahi wanita. Barang siapa yang tidak suka sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah tidak menghendaki orang-orang yang berlebihan dalam beragama . Berlebihan berarti menambah-nambah sesuatu yang tidak ada pada asal awalnya . Tidak sesuai dengan ajaran yang disampaikan baginda Nabi Muhammad SAW.  Allah juga melarang hamba-hambanya untuk mengejar ambisi duniawi . Memperturutkan syahwat yang sebelumnya fitrah berubah menjadi fitnah .
merupakan hal yang hina ketika manusia , yang tercipta untuk menjadi khalifah di muka bumi hanya bekerja dan bekerja tanpa memikirkan akhiratnya . Merugi lah orang yang seperti itu , berlaku layaknya robot .
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (Al Baqarah :212)
Maka sudah  seharusnya mengambil langkah bijak menyikapi dua titik ekstrim tersebut . Orang yang bijak tidak akan melupakan akhiratnya dalam pencarian dunianya
 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash: 77).
Apabila kita membaca sejarah-sejarah yang telah lalu , bagaimana Abu Bakar RA ingin menyedekahkan seluruh amalnya apabila beliau tidak memiliki perdagangan yang menghasilkan harta . Lalu bagaimana kebijakan Nawaib –pembebanan pajak yang tinggi kepada muslimin yang kaya- pada perang tabuk dapat dijalankan dan akhirnya membiayai jalannya perang tersebut apabila umat muslim pada saat itu tidak memiliki harta yang banyak ? Lalu bagaimana seorang mustahik dapat mendapatkan bagiannya apabila diantara umat muslim semuanya adalah orang-orang yang “alim” dan “mengejar akhirat?”

Maka kita dituntut mampu memahami hakikat diri kita . Kita harus mampu memahami hak-hak lain yang terdapat pada diri kita . Hak Allah untuk disembah karena Ia telah memberikan segala anugrahnya yang tidak putus-putus , Hak Rasulullah untuk kita doakan karena Ia telah membimbing kita dari gelapnya kejahilan menuju indahnya cinta kasih islam , Hak orang tua kita yang telah membesarkan kita dengan susah payah , Hak pekerjaan kita yang karena kita sudah memilih dan mendapatkan upah dari sana , serta hak-hak lain yang melekat pada diri kita .

Orang - Orang Kesayangan


Diriwayatkan oleh Ibnu Jauzi dari Ikrimah dan Yazid bin Abi Ziyad bahwasannya Rasulullah SAW, keluar bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Abdurrahman bin Auf mendatangi rumah Ka’ab bin Asyraf dan seorang Yahudi dari bani Nadhir untuk menagih pembayaran diat (denda) atas mereka. Tuan rumah mempersilahkan rombongan Rasulullah layaknya seorang tamu agung. Mereka berkata, “Baik, silakan duduk hingga kami hidangkan makanan kepada kalian dan kami berikan apa yang kalian maksud.” Kemudian Rasulullah SAW duduk. Lalu berkatalah Hay bin Akhtab kepada teman-temannya, perkataan yang tak mungkin keluar dari mulut seorang mukmin kecuali ia memang orang yang membenci orang kesayangan Allah, Rasulullah SAW. “Tidakkah kalian melihat Muhammad sangat dekat,” bisik Hay bin Akhtab kepada teman-temannya, “Lemparkanlah kepadanya batu dan bunuhlah dia sehingga kalian tidak akan melihat kesulitan lagi selamanya.” Kemudian, mereka bergegas mengambil batu besar untuk dilemparkan kepada beliau.
Namun, sepertinya mereka lupa atau memang tidak tahu dengan siapa mereka berhadapan. Nabi yang terutus oleh Allah, pemilik seluruh kerajaan langit dan bumi, untuk umat sedunia,  sesempurna-sempurnanya ciptaan Allah, dan manusia yang dijaga kesuciannya dari hitamnya dosa-dosa.  Allah SWT menahan dari apa yang mereka lakukan dan mengirimkan malaikat Jibril untuk memberitahu Rasulullah agar beliau segera bangkit dari tempat duduknya. Lalu, turunlah ayat ke 11 dari surat Al Maidah,
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal.”
Menjadi orang-orang kesayangan merupakan dambaan bagi manusia. Anak kesayangan bagi orangtuanya, karyawan kesayangan bagi bosnya, atau mahasiswa kesayangan bagi dosennya. Menjadi kesayangan berarti ada sesuatu yang tak sama. Melebihkan usaha dan melangitkan doa-doa.  
Betapa menenangkan dan menentramkan menjadi orang-orang kesayangan Allah, ketika hidup dan mati telah dijamin oleh-Nya. Tiada keraguan dan ketakutan yang menyelimuti usia yang kian hari kian menua.  Betapa agung kehidupan di dunia ketika diri sudah ridha kepada Allah sebagai Rabbnya dan Allah pun ridha kepada mereka. Betapa nikmatnya hidup kian terasa ketika Islam menjadi Diin hingga akhir hayatnya dan Baginda Muhammad menjadi Nabinya.
Menjadi kesayangan orang yang disayangi oleh Allah juga tak kalah membahagiakan. Menjadi umat kesayangan Baginda Rasulullah. Bagaimana tidak sayang sosok suri tauladan umat sepanjang masa ini kepada umatnya. Saking sayangnya, ketika ajal menjemput bukan nama Khadijah, Fatimah, atau Aisyah yang disebut, melainkan kita, “Ummati... Ummati...Ummati...” Betapa sayangnya pribadi yang penuh cinta tersebut kepada diri ini yang sama sekali tidak pernah hidup di masanya bahkan melihat wajahnya pun kami tak sempat tapi kecintaan dan kasih sayangnya terus mengalir hingga sekarang.
Malu rasanya ketika melihat diri ini terjerembab dalam kelalaian. Malu rasanya ketika Rasulullah amat menyayangi diri ini tapi diri ini justru mengabaikannya. Malu rasanya semisal diri ini mendapat kesempatan bertemu dengan beliau, apa yang hendak diri ini sampaikan? Mengucap shalawat cinta sebagi bukti rasa sayang dan rindu kepada beliau pun jarang. Lalu, masih pantaskah diri ini disayang oleh pribadi yang disayang oleh Yang Maha Penyayang?
Terhanyut dalam nukilan tulisan gurunda Ustadz Salim A. Fillah berikut,
Apa kiranya perasaan Ash Shiddiq saat Nabiï·º bersabda, “Andai kuambil kekasih di antara insan; pasti kujadikan Abu Bakr sebagai Khalilku”?
Apa kiranya perasaan ‘Umar, saat dia berpamit ‘umrah & Nabiï·º bersabda padanya, “Jangan lupakan kami dalam doamu duhai saudara tersayang”?
Apa kiranya perasaan Thalhah saat Nabiï·º bersabda, “Siapa yang ingin melihat syahid yang masih berjalan di atas bumi, lihatlah Thalhah”?
Apa kiranya perasaan Mu’adz ibn Jabal, di saat RasuluLlahï·º bersabda padanya, “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku benar-benar mencintaimu”?
Apa kiranya perasaan para sahabat semuanya, yang mereka berjumpa Nabiï·º pada petang & pagi, berjalan mengiringi, beroleh senyum & doanya?
Terisak ketika diri kelak bertemu dengan beliau. Tersedu ketika Rasulullah memberi salam dan bersabda,
“Kaliankah orangnya, yang telah membuatku menangis karena rindu, yang telah membuat para sahabatku cemburu”? 
“Kaliankah orangnya; yang beriman kepada apa yang kubawa meski kita tak berjumpa; yang mengucap shalawat atas namaku meski tak bertemu?”
Akankah kita sanggup menjawabnya?
“Ini kami Ya Rasulallah; yang rindu tapi malu, membaca shalawat dengan lidah kelu; adakah kami layak jadi ummatmu, & beroleh syafaa’atmu?”
“Ini kami Ya Rasulullah;yang rindu tapi malu, akankah kau sambut kami di telagamu, masihkah kami layak menjadi orang-orang kesayanganmu dan akan membersamaimu?”
Ya Rabbanaa. Selama perjalanan kami menapaki bumi, semoga selama itu pula kami mampu menjalankan kewajiban-Mu, menjauhi larangan-Mu dan mengabdi kepada-Mu.
Ya Rasulullah. Selama perjalanan kami menapaki bumi, semoga selama itu pula kami mampu menyimak sabdamu, meneladani akhlak muliamu, dan mengikuti sunnahmu.
Ridha-Mu atas kami Ya Rabb, jadikan kami bersama mereka, himpunkan kami dengan mereka.


Bersabarlah dan Kuatkan Kesabaran


Gunungan Masalah
Ada kala dimana kita merasa jenuh dan bosan dengan apa yang kita lakukan setiap hari. Semua terasa menjemukan. Ada waktu dimana kita merasa tidak bisa leluasa untuk melakukan apa yang benar-benar kita inginkan. Pernah kita ingin dimana kita benar-benar bebas dari belenggu pekerjaan yang makin mengikat erat. Ujian datang bertubi-tubi dan masalah kian hari kian menggunung tinggi.
 “Hidup macam apa ini? Diuji tiada henti.”  
Berhentilah mengumpat atau mengutuk keadaan. Ujian datang bukan untuk melemahkanmu justru ia datang untuk menguatkanmu. Ujian tidak selamanya karena Dia membencimu justru Dia sangat mencintaimu. Jangan senang dulu jika hidupmu lempeng-lempeng saja, mengalir lembut tanpa pernah ada ujian yang mendera. Jangan senang dulu, bisa jadi Allah justru sedang mengujimu dan patut direnungi,
“Jangan-jangan Allah tidak memperhatikanku dan Dia membiarkanku begitu saja.”
 Hanyalah seonggok daging yang berjalan kesana kemari tanpa diketahui pasti kemana ia pergi dan kemana ia harus pulang kembali. Selama kita masih menjadi manusia, selama itu pula ujian akan dikirimkan olehNya kepada kita. Allah telah menyebutkan dalam surat Muhammad ayat 31,
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”
Ujian yang Allah berikan ragam bentuknya, bahkan untuk sesuatu yang kau cintai.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”(Al-Anbiyâ : 35).

Ada Cinta Dibalik Duka
Ada cinta dibalik duka. Tidak selamanya duka membawa nestapa tetapi ia bisa membawa cinta bersamanya.
Bersyukurlah bagi kalian yang sedang diuji. Itu pertanda Allah masih mencintaimu. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya. Bagaimana jika saat ini Allah tengah mengujimu? Ku rasa kau tau jawabannya.
Bersabar dan bersyukurlah ketika ujian berat menimpamu. Tidakkah ingat dengan sabda Rasulullah bahwa sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian dan barang siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya.  Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.
MasyaALlah, indah sekali bukan?
Jika sudah begini, masih menggerutu jika Allah mengujimu?
Nikmati saja setiap buliran keringat dan tetesan air mata. Mainkan saja peranmu sebaik mungkin. Mainkan peranmu sebagai hamba yang bersabar ketika Allah mengujimu dan mainkan peranmu sebagai hamba yang bersyukur ketika Allah mengangkatmu ke derajat yang lebih tinggi.

Bersabar dan Kuatkan Kesabaran
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (Ali Imran:200).
Bersabarlah ketika kau diuji dengan maksiat. Ketika kau dihadapkan dengan hal-hal yang membuat Dia tak lagi cinta atau ketika godaan-godaan syetan makin menggila saja. Minta kepada Allah agar dikuatkan di titik terkuat kita dan minta perlindungan dan penjagaan di titik terlemah kita.
Bersabarlah ketika diuji dengan musibah atau kesusahan, karena bisa jadi dari musibah itu syetan akan menggiring kita ke lembah kemaksiatan.
Terkadang manusia apabila ditimpa ujian berupa musibah, ia masih sanggup untuk bersabar. Namun, ketika diuji berupa kenikmatan dan kesenangan, hanya sedikit yang lolos dari ujian. Maka, kita juga meminta untuk senantiasa dikuatkan kesabarannya. Dikuatkan kesabaran dalam taat kepadaNya, untuk tetap teguh menjalankan perintahNya hingga Allah sendiri yang akan mengistirahatkan kita di peristirahatan hakiki, di surgaNya nanti.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs Al Baqarah : 153).

Itulah mengapa sabar tiada berbatas, karena ketika aku bersabar, Allah bersamaku dan aku tidak ingin membatasi kebersamaanku denganNya.