Di
Dalam Pake Hijab, Di Luar Kagak…
Fenomena
yang kadang membingungkan beberapa pegiat dakwah, saat di sekre alias markas
dakwah, pake hijab. Namun saat di luar, ternyata yang ikhwan dan akhwat nampak
bicara begitu saja tanpa hijab. Gimana nih? Untuk masalah ini, ada beberapa alasan.
Menjaga pergaulan dengan lawan jenis sering terkendala dengan 'bebas'-nya suasana di lingkungan pergaulan umum
Pertama, keadaan di luar kan gak
memungkinkan adanya hijab. Di jalan, di lapangan, dan tempat lain yang
cenderung terbuka jelas sangat sulit dikasih hijab sebagai pembatas laki-laki
perempuan. Dalam kasus ini, ya hendaknya pihak-pihak terkait ‘sadar diri’. Kalau
merasa dirinya laki-laki, ikhwan, ya jaga batas-batas dengan lawan jenis. Begitu
pula sebaliknya. Terus, gimana bentuk ‘menjaga batas’ dengan lawan jenis?
Saling melihat?
Imam Nasa'i
meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
–semoga Allah meridhai-Nya-
bahwa seorang wanita dari Khats'am meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaih wa salam pada waktu haji
wada' dan al-Fadhl bin Abbas (sepupu Nabi) pada waktu itu membonceng
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa salam.
Kemudian Imam Nasa'i menyebutkan kelanjutan hadits itu, “Kemudian al-Fadhl melirik wanita
itu, dan ternyata dia seorang wanita yang cantik.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa salam lantas memalingkan wajah al-Fadhl ke arah
lain.”
Campur baur? Istilah
kerennya Ikhtilat. Sedangkan
makna ikhtilat secara bahasa berasal dari kata ikhtalatha-yakhtalithu-ikhtilathan, maknanya bercampur dan berbaur.
Maksudnya bercampurnya laki-laki dan wanita secara kolektif dalam suatu aktifitas
bersama, tanpa ada batas yang memisahkan antara keduanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa salam pernah keluar dari masjid dan pada
saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata, “Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan, bagian kalian adalah
pinggir jalan.” (HR. Abu Dawud). Jadi, beri ‘jarak’
antara laki-laki dan perempuan.
Kedua, di ruangan tertutup kan peluang ‘saling melirik’
ikhwan akhwat bertambah besar daripada di luar. Kalo di dalam ruangan, kita seolah
‘terisolasi’ dari dunia luar. Fokus perhatian kita juga lebih terpusat dengan
hal yang ada di dalam ruangan tersebut. nah, jika yang di dalam ruangan
tersebut campur laki-laki perempuan, sudah ketebak kan? Saling ‘memperhatikan’
lawan jenis menjadi sesuatu yang nggak bisa dihindari, terlebih remaja
merupakan saat ‘panas-panasnya’ tertarik dengan lawan jenis, kan.. Oleh
karenya, penggunaan hijab menjadi sangat urgen, khususnya di dalam ruangan.
Ketiga, kalau di ruangan yang tanpa hijab, seperti di ruang
kelas? Itu kembali ke point pertama. Pihak terkait harus lebih ‘sadar diri’.
Memberi
Salam Kepada Lawan Jenis
Sekedar
info, bolehkan seorang laki-laki memberi salam kepada wanita non-mahram, begitu
pula sebaliknya?
Al-Hulaimi berkata, “Barangsiapa yang yakin terhadap dirinya selamat dari fitnah, hendaknya dia mengucapkan salam dan bila tidak maka diam lebih utama.”
Al-Muhallab juga berkata, “Salamnya kaum laki-laki kepada wanita atau sebaliknya hukumnya boleh apabila aman dari fitnah.” (Lihat pula Syu’abul Iman (6/461) oleh Imam Baihaqi).
Sulit?
Menjaga pergaulan
dengan lawan jenis memang nggak mudah, terlebih di tengah era kebebasan seperti
ini. Namun, jangan merasa ini jadi semacam beban. Enjoy aja. Jalani secara bertahap. Perlahan berproses menjadi semakin
lebih baik.
Ingat
tujuan dari organisasi dakwah dan tujuan kita hidup. Juga sering-sering aja
kumpul dengan temen-temen yang shalih. Insya’Allah, kita bisa menjalaninya
dengan baik, kok. Percaya deh!! (Mbok di aamiin-i to yo…)
Dalam beberapa
kasus, kok ada beberapa aktivis dakwah yang berinteraksi dengan lawan jenis
sampai ‘melampaui batas’? Gak usah bingung, tinggal dinasehati saja. Dengan bahasa
yang penuh hikmah tentunya.
Ingat
Tujuan
Nah, kita
kembali ke awal. Tentang tujuan dan orientasi organisasi dakwah dan yang
semisalnya.
Ingat,
orientasi dan tujuan kita di organisasi dakwah adalah karena Allah Ta’ala. Jadi tentu saja, untuk meraih
ridha-Nya, tentu kita harus berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan-Nya.
Salah satunya penjagaan lawan jenis.
Jangan sampai salah arah dalam menapaki tujuan
Untuk apa
proker sukses menghadirkan ribuan massa, tapi esensinya nggak ada? Organisasi
dakwah nggak hanya bertujuan mencari massa, tapi lebih sebagai bentuk ibadah
kepada Allah dan meraih ridha-Nya. Proker sukses tapi mengorbankan kesucian
diri dengan berinteraksi bebas dengan lawan jenis malah sampai jatuh ke hal-hal
yang diharamkan? Tentu itu sia-sia saja. Sekali lagi, ingat tujuan dan orientasi
lagi.
Plus, aturan hijab ini sama
sekali bukan untuk membelenggu
gerak dan langkah manusia untuk bermuamalah, kok. Justru sebaliknya, agar
muamalah dapat berjalan
lebih baik, terhindar dari fitnah, dan lebih menyucikan.
Sekali lagi, prinsip yang mendasari aturan
hijab ini, dalam ajaran Islam, disebut saddudz dzara’i (tindakan preventif) untuk menutup
pintu-pintu maksiat dan kemudharatan, menghindari berhembusnya angin fitnah.
Referensi:
Tulisan dari
Ketua Umum BPPI RoRo (Rongewu Rolas atau 2012), Anggel Dwi Satria, dan Ketua
Bidang Nisaa’ BPPI RoRo, Wulan Hastuti. Semoga selalu diberi keistiqamahan
dalam jalan Islam hingga meraih jannah-Nya.
http://abiubaidah.com/
http://blog.re.or.id
https://id-id.facebook.com/Alquransebagaipedomanhidupini/posts/483387151702856
AYOO BURUAN DOWNLOAD APLIKASI TERBARU SEKARANG JUGA, NONTON FILM DRAMA KOREA DI SMARTPHONE ANDA, DOWNLOAD SEKARANG JUGA APLIKASI MYDRAKOR DI GOOGLEPLAY SECARA GRATIS, DRAMA TERBARU DAN TERLENGKAP.
BalasHapushttps://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main
https://www.inflixer.com/