12 Jun 2014
Hidayah di Tengah Kemaksiatan Lokalisasi Dolly
Ada saja cahaya di tengah hitam pekatnya kegelapan. Tersentil hati ini untuk sekiranya bisa peduli. Kemaksiatan yang meraja lela bisa jadi akibat diamnya orang yang baik. Hanya persangkaan kotor yang senantiasa terlontar. Padahal mereka juga bagian dari tanggung jawab kita sebagai seorang muslim. Tak tahukah sobat, di dalam lokalisasi sekalipun masih ada aktivitas yang mengagungkan nama Allah di sana. Ya, kawasan lokalisasi Dolly yang sangat terkenal bahkan mancanegara dengan kegiatan maksiatnya, ternyata masih ada tangan-tangan yang berusaha untuk memberikan jalan petunjuk menuju kebenaran.
Pemandangan yang menenteramkan hati para orang tua di sekitar lokalisai Dolly. Sekitar 100 anak berusia 5 hingga 13 tahun penuh semangat memulai aktifitasnya, Tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu). Di tengah keberadaan lokalisasi tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk belajar Al-Qur;an. Itulah TPA Baitul Hidayah yang didirikan oleh Remas Yayasan Masjid Baitul Hidaya sejak tahun 1990/1991
Bukan hanya belajar Al-Qur'an tetapi juga ditanamkan nilai aqidah sebagai pegangan para santrinya dalam mengarungi samudra kehidupan. Apalagi mereka dihadapkan pada kondisi yang mengkhawatirkan penuh dengan kemaksiatan. Meskpiun hidup dalam lokalisasi, tetapi inilah inilah salah satu TPA yang istiqomah dan tetap eksis di tengah tengah lokalisasi Dolly. Meskipun sudah hampir 24 tahun berdiri bisa dibilang muridnya masih banyak dibanding dengan yang lainnya,
Patutnya kita bisa melihat diri Sobat. Kita hidup di tengah kenikmatan hidup, semua ada, namun akan kita justru terlena dengan keadaan itu. Harusnya kita bisa melihat bahwa kenikmatan yang diberikan Allah ini adalah karunia yang luar biasa untuk kita bisa manfaatkan untuk sepenuhnya mengabdi kepada Allah. Kita hiasi kehidupan ini dengan amalan yang baik, bernafaslah dengan senantiasa mengingat Allah. Dan kita memiliki kewajiban untuk setidaknya mengajak teman/sahabat kita menuju kebaikan.
Serba-Serbi Ramadhan: Sambutan dari Para Sahabat
Hai sobat!!! Sobat semua pasti pernah melihat ada pawai menyambut Ramadhan. Masjid-masjid diperindah, dibersihkan, bahkan dicat ulang. Inilah salah satu syiar ramadhan masa kini. Tetapi apakah pada zaman Rasulullah dan sahabat tidak ada penyambutan yang spesial??? Apakah hanya menyambut dengan syiar-syiar tanpa makna?? patut untuk diikuti.
Para sahabat dan salafus-shalih pun senantiasa menyambut bulan Ramadhan dengan bahagia dan persiapan mental dan spiritual. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab menyambutnya dengan menyalakan lampu-lampu penerang di masjid-masjid untuk ibadah dan membaca Al-Qur’an. Dan konon, Umar adalah orang pertama yang memberi penerangan di masjid-masjid. Sampai pada zaman Ali bin Abi Thalib. Di malam pertama bulan Ramadhan ia datang ke masjid dan mendapati masjid yang terang itu ia berkata, “Semoga Allah menerangi kuburmu wahai Ibnul Khatthab sebagaimana engkau terangi masjid-masjid Allah dengan Al-Qur’an.”
Diriwayatkan Anas bin Malik bahwa para sahabat Nabi saw jika melihat bulan sabit Sya’ban mereka serta merta meraih mushaf mereka dan membacanya. Kaum Muslimin mengeluarkan zakat harta mereka agar yang lemah menjadi kuat dan orang miskin mampu berpuasa di bulan Ramadhan. Para gubernur memanggil tawanan, barangsiapa yang meski dihukum segera mereka dihukum atau dibebaskan. Para pedagang pun bergerak untuk melunasi apa yang menjadi tanggungannya dan meminta apa yang menjadi hak mereka. Sampai ketika mereka melihat bulan sabit Ramadhan segera mereka mandi dan I’tikaf.”
Banyak membaca Al-Qur’an adalah salah satu kegiatan para salafus-shalih dalam menyiapkan diri mereka menyambut Ramadhan. Karena Ramadhan adalah bulan dimana Al-Qur’an diturunkan. Bersedekah dan menunaikan semua kewajiban. Juga menunaikan semua tugas dan kewajiban sebelum datang Ramadhan. Sehingga bisa konsentrasi penuh dalam mengisi hari-hari Ramadhan tanpa terganggu oleh hal-hal lain di luar aktivitas ibadah di bulan suci ini.
Bukan dengan kegiatan fisik dan materi yang mereka siapkan, namun hati, jiwa, dan pikiran yang mereka hadapkan kepada Allah. Bukan sibuk dengan pakaian baru dan beragama makanan untuk persiapan lebaran yang mereka siapkan, namun semua makanan rohani dan pakaian takwa hingga mendapatkan janji Ramadhan.
Ibnu Mas’ud Al-Ghifari menceritakan:
“Aku mendengar Rasulullah saw –suatu hari menjelang Ramadhan – bersabda, “Andai para hamba mengetahui apa itu Ramadhan tentu umatku akan berharap agar sepanjang tahun itu Ramadhan.”
Perlu diingat sobat bahwa dalam menyambut Ramadhan ini bukan hanya sekedar kegiatan tanpa nilai, namun yang paling penting adalah persiapan amal sebelum Ramadhan. Bulan Sya'ban ini menjadi latihan bagi kita untuk membiasakan amalan-amalan untuk diterapkan pada bulan Ramadhan.
(referensi: dakwatuna.com)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)