7 Mei 2014
TERBAIK
Bahagia itu sederhana. Kalimat yang sering diungkapkan oleh beberapa teman
akhir-akhir ini. Memang ada benarnya juga, melihat kebahagiaan selalu berada di
sekitar kita. Sudut pandang selalu memainkan perasaan, bagaimana kemudian
mempengaruhi hati sehingga muncul berbagai perasaan baik senang, sedih, susah
ataupun yang lainnya. Namun sekali lagi, kebahagiaan itu selalu ada disekitar
kita, tingga bagaimana kita menikatinya.
Alhamdulillah hari ini Allah memberikan (kembali)
kesempatan untuk membuktikan statement Bahagia Itu Sederhana.
Goresan kenangan mengukir hati yang saat itu dirudung kekosongan. Musholla
Baiturrahim menjadi saksi bisu tentang kehangatan keluarga BPPI. Duduk bercanda
tanpa ada beban yang mengikuti. Membersamai adik-adik yang nakal namun
memberikan rasa rindu yang luar biasa. Mungkin hal rasa itu pula yang
menguatkan teman-teman istiqomah dalam membersamai mereka.
Turun dari motor, pikiran ini mencoba menerawang ke masa
silam. Terlintas kenangan pertama kali menginjakkan kaki di musholla ini.
Memang ingatan ini tidak sebagus saat kecil, namun sedikit banyak mampu
memunculkan nuansa khas ngajar TPA.
Tidak terasa kurang lebih dua tahun berlalu sejak saat itu. Tidak banyak
berubah dari tempat ini. Listrik yang sering njegleg, lampu
yang kurang terang, adik-adik yang berisik, dan lain sebagainya. Namun hal itu
tidak lantas membuat teman-teman menjadi malas untuk berdakwah, demi adik-adik
tercinta.
“Mana hp nya mas?” sapaan ala anak TPA Baiturrahim yang selalu
terlontar ketika melihat teman-teman. Yah, mau bagaimana lagi, karena memang
tabiat sulit diubah. Kami hanya bisa tersenyum dan kemudian membersamai mereka
hingga menjelang maghrib. Itulah rutinitas yang biasa dilakukan teman-teman
pada hari Senin dan Kamis. Meluangkan waktu dengan ikhlas demi anak-anak.
Sore ini bukan sore biasa, karena Musholla Baiturrahim
dikunjungi tamu spesial. Ustad Natsir yang notabene merupakan guru super dalam
mengahadapi anak-anak bagaimanapun nakalnya mereka. Berkat beliau, tawa canda
serta riang gembira menemani nuansa sore ini.
Ada satu hal yang saya sadari, ternyata memang benar bahwakebahagiaan itu bisa ada
disekeliling kita, tergantung bagaimana kita menyikapi segala kejadian yang ada.
Mungkin bagi sebagian teman-teman sore ini adalah hari biasa, namun tidak bagi
saya. Kegalauan hati yang merudung akhir-akhir ini terobati melihat tawa
teman-teman dan adik-adik yang begitu ikhlas tanpa beban. Rasanya terharu
melihat perjuangan teman-teman yang istiqomah dijalan ini. Walaupun terkadang
banyak hal yang menjadi rintangan, namun mereka tetap ikhlas dan senang hati
menjalani hal ini.
Sekali lagi, bahagia itu sederhana. Sesederhana
saya memiliki teman-teman yang luar biasa, memiliki adik-adik nakal yang
senantiasa memberikan secercah kebahagiaan dan masih banyak lagi. Kalian yang
terbaik. Semoga hal ini tetap bertahan. Hamasah di jalan ini, teman-teman.
(LAM/Hms/14)
Refleksi Sejarah: Telaah Kembali “Kita”
Sebuah tanda tanya besar ketika masih ada yang
mempertanyakan mengapa dakwah kampus itu ada. Sekulerisme dan intelektualitas
yang tanpa batas membuat eksistensi dakwah itu semakin meredup. Itu artinya
juga menandakan bahwa eksistensi Islam juga semakin redup. Padahal bahwasanya
inti dari agama Islam ini adalah amar ma’ruf nahi munkar dan konsep ini dalam
Islam diterjemahkan ke dalam terminologi dakwah. Konsep amar ma’ruf nahi
mungkar ini hidup dalam tubuh Islam dan umat Islam. Konsep ini akan dapat
ditemukan dalam akidah, ibadah, syariah, dan akhlak. Begitupun dalam muamalah.
Maka sebenarnya konsep dakwah ini akan senantiasa mengikuti keberadaan manusia
sebagai khlifatullah fil ardh.
Begitu pula kampus. Pemanfaatan kampus sebagai salah satu wahana Dakwah
Islam sudah lama dilakukan. Pemanfaatan yang berkisar pada kader, alumni,
pemikiran, fisik kampus, termasuk seluruh media yang ada telah sangat lama
dijalankan dalam masyarakat Islam. Melalui pemanfaatan universitas-universitas
ini, masyarakat Islam saat itu berhasil membangun sebuah peradaban besar yang
ditakuti dan dikagumi. Peradaban yang mampu menggetarkan semesta raya,
mengguncang mayapada, disegani kawan dan ditakuti lawan. Peradaban yang mampu
membangun masyarakatnya sendiri dan masyarakat lain.
Sejak
beberapa dekade terkahir , dakwah di kampus-kampus mulai bergulir di seluruh
belahan dunia. dari kampus-kampus berlabel Islam sampai kampus-kampus murni ‘sekuler’, baik swasta maupun milik
pemerintah. Dari kampus-kampus kecil Asia atau Afrika, sampai
institusi-institusi modern di Eropa dan Amerika. Mulai dari universitas
bertaraf internasional di belahan bumi Utara sampai kampus-kampus lokal di
belahan bumi Selatan.
Dan
pada akhirnya proyek tersebut merambah ke Indonesia sebagai negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia. Di Indonesia proyek Dakwah Kampus (DK) ini pun
dijalankan oleh berbagai pererakan mahasiswa Islam yang kesemuanya memiliki
cita-cita yang sama, kemenangan Islam, sebagai titik temu utama berbagai
Pergerakan Mahasiswa Islam tersebut. Hal ini pun direspon sampai kampus hijau
UNS tepatnya Fakultas Ekonomi ketika yang membentuk PHBI (Panitia Hari Besar
Islam) dan kemudian berganti nama menjadi BPPI (Badan Pengkajian Pengamalan
Islam) pada tahun 1982. (HT/Ktm/14)
Referensi: Buku Menuju Kemenangan Dakwah Kampus:
Ahmad Atian.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)