21 Agu 2014
Seimbangkan dengan Kecerdasan Spiritual: Sebuah Petuah untuk Kesuksesan Hakiki
Zohar
dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dari pada yang lain.[1] Kecerdasan
spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas
dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang
belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti
adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang
abadi.[2]
Dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia
untuk menyadari dan menilai makna dan nilai terhadap kekuatan yang lebih besar
dan lebih tinggi sehingga akan mengarahkan hidup kepada jalan yang positif
menuju kebahagiaan hakiki.
Dalam
klasifikasi umum dikenal tiga kecerdasan yakni IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional
Quotient), dan SQ (Spiritually
Quotient). IQ berkaitan dengan kemampuan intelegensi seseorang ketika
memimpin, IQ berperan dalam kelancaran pekerjaan secara teknis dan strategis.
Sedangkan EQ menurut Daniel Goleman, meliputi kecakapan pribadi dan kecakapan
sosial. Kecakapan tersebut mencakup lima komponen yaitu pengenalan diri,
pengendalian emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan berempati dan
kemampuan mengendalikan hubungan antar sesama manusia. IQ menentukan sukses
seseorang sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosi (EQ) memberi kontribusi 80%.[3]
Dua kecerdasan ini memang memiliki peran
dalam menentukan kesuksesan hidup manusia, tetapi masih BELUM CUKUP.
Berdasarkan penelitian sepuluh tahun terakhir ternyata adanya EQ dan IQ pun
belum cukup untuk mengatasi keadaan saat ini. Pernyataan yang seringkali muncul
adalah bagaimana jadinya kalau EQ dan IQ tersebut malah digunakan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti Hitler atau Stallin. Bisa saja
didepan seluruh rakyat yang dipimpinannya mereka dapat tercitrakan baik secara
intrapersonal dan interpersonal serta mempunyai intelegensi tinggi, namun
dibalik itu semua mereka menyimpan niat keji terhadap rakyatnya yang hingga
kini kita dapat membaca di buku sejarah tentang pembantaian ribuan manusia tak
berdosa.[4] Ketika IQ dan EQ digunakan tanpa karakter maka
hasilnya adalah kerusakan. Maka inilah peran SQ sebagai bingkai yang akan
menjadi pedoman dalam menggunakan IQ dan EQ dalam koridor kebenaran. Kesuksesan
bukan hanya pada jabatan atau kekayaan, tetapi kesuksesan itu ketika ilmu itu
bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa.
Nah loh, inilah pentingnya menanamkan kecerdasan spiritual dalam diri kita. Ingatlah, tanpa SQ hidup ini tidak akan terarah. Hati ini akan gersang dan kering akan nilai. Maka tanamkanlah dari sekarang.
[1]
Danah
Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berfikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. (Bandung: Mizan, 2001),
hal 4
[2]
Sukidi.
Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa SQ Lebih Penting dari pada IQ dan EQ.
(Jakarta: Gramedia, 2004), hal 77
[3] http://www.alifbraja.wordpress.com/2012/07/06/kecerdasan-spiritual/
[4] Ary
Ginanjar Agustian, 2001, Rahasia Sukses
Membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ berdasarkan 6 rukun Iman dan 5
rukun islam, Jakarta, Arga Wijaya Persada, hal.56.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)