8 Jun 2014
Penyakit Berbahaya!! Hindari dan Jauhi
Hiiihh, posting penyakit nih mimin. Tenang, tenang, ini penyakit yang banyak terlupa. Bahkan tidak terasa kalau sudah terinfeksi. Tapi bahayanya luar biasa. Dampaknya bisa mengantarkan kepada kehancuran. Itulah penyakit Wahn.
Rasulullah
bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti
halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata,
“Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian
waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah
mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam
hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab,
“Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)
Halo ...Halo...! Sobat pernah tidak
kehilangan sesuatu, misal HP gitu. Pasti rasanya gusar, galau, gundah, ga bisa
makan berhari-hari. Hiperbola ini memang terjadi. Tapi coba kalau lupa tidak
sholat, rasanya ya gitu deh. Udah deh. Lupakan, Lalui, Hilangkan. Mulai lagi
masa baru.
Sebagian ummat Islam telah terjangkit dengan penyakit ‘hubbud
dunya’, terlalu mencintai kehidupan duniawi. Mereka begitu bernafsu terhadap
kehidupan dunia ini sehingga mereka lupa akan kematian, dan mereka tidak mau
mengingat kematian, serta sangat takut terhadap mati. Mereka takut mati, selain
karena amal mereka, juga lebih-lebih dikarenakan mereka tidak mau meninggalkan
dunia yang sangat mereka cintai ini. Mereka mencintai dunia ini hingga malas
beramal yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka mencintai dunia ini
hingga melupakan Allah, tidak merindukan-Nya, tidak pula mengharapkan pertemuan
dengan-Nya. Kasihan, walau mereka sangat mencintai dunia ini, tetapi tetap
saja, mereka pasti menemui kematian.
Perlu diingat sobat mati itu pasti terjadi. Namun Allah menyembunyikan rahasia kapan terjadinya. Hal ini agar kita selalu waspada dan tetap ingat kepada Allah yang menciptakan kita. Maka jauhilah penyakit ini, karena penyakit ini membuat kita semakin jauh dalam kesesatan.
AKTUALISASI AKHLAK SALAFUSH SHALIH SEBAGAI PILAR AKHLAK PEMUDA MUSLIM GUNA MEMBANGUN INDONESIA YANG BERKARAKTER
AKTUALISASI
AKHLAK SALAFUSH SHALIH SEBAGAI PILAR AKHLAK PEMUDA MUSLIM GUNA MEMBANGUN
INDONESIA YANG BERKARAKTER
Oleh:
Muhammad Syaban Husein
Universitas Diponegoro
Sudah lebih dari setengah abad Indonesia
telah merdeka, lepas dari kepungan para penjajah yang membelenggu negeri ini,
sengsara dan ketakutan dialami negeri tercinta selama berabad-abad, namun
ditengah-tengah sengsara dan ketakutan tersebut muncul lah kekuatan dan
keberanian dari para pemuda Indonesia, mereka muncul disebabkan keinginan untuk
lepas dari belenggu para penjajah yang mengepung kedaulatan dan kekuasaan untuk
membangun negeri ini, dengan adanya sinergisitas antara ilmu dan keberanian
mereka, dan melalui berbagai macam perjuangan
sehingga membuat Indonesia dapat lepas dari kesengsaraan itu semua. 17
Agustus 1945 yang seharusnya menjadi momentum untuk bergerak maju membangun
negeri ini, justru seakan-akan penjajah masuk kembali ke dalam negeri ini melalui
cara yang berbeda, salah satunya yang paling mengerikan ialah merasuknya paham-paham yang bercorak
kolonialisme, imperialisme, dan juga liberalisme ke dalam jiwa sebagian
masyarakat Indonesia, tentu saja paham-paham yang berasal dari barat tersebut
tidaklah sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang telah
dirumuskan oleh Founding Fathers Republik
Indonesia.
Soekarno,
Mohammad Hatta, dan Mohammad Yamin adalah segelintir Pemuda muslim yang menjadi
tonggak kemerdekaan Indonesia, jiwa-jiwa semangat mereka haruslah kembali
dihidupkan. Namun pada saat ini beberapa pemuda muslim Indonesia seperti
kehilangan arah, tak tahu harus berperan apa dirinya untuk negeri ini.
Seharusnya pemuda muslim Indonesia yang diberikan kesempatan untuk lebih
berperan aktif dapat memberikan solusi-solusi positif guna membangun bangsa
ini. Pemuda muslim yang hebat tidak terlahir begitu saja melainkan harus
dibentuk sebaik mungkin dan sedini mungkin, pembentukan sebuah akhlak pastilah dibutuhkan suatu
tauladan yang dapat dijadikan contoh, dan kemudian tauladan yang dijadikan
contoh tersebut harus dipastikan bahwa kondisi pada saat dimana tauladan tersebut
berada terdapat suatu kondisi yang memberi manfaat besar bagi rakyatnya.
Akhlak Salafush Shalih dapat dijadikan
pilar akhlak bagi pemuda muslim Indonesia pada saat ini yang telah mengalami
kemunduran karena telah dirasuki oleh paham-paham barat yang lebih banyak
memberikan dampak negatif sehingga membentuk sebuah sifat yang tentunya tidak
diharapkan. Allah SWT berfirman tentang wajibnya mengikuti akhlak Salafush
Shalih “Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS Surat An-Nisa : 115). Oleh karena itu, melaui essay ini saya akan menyajikan beberapa
akhlak Salafush Shalih yang dapat dijadikan pilar akhlak bagi pemuda muslim
Indonesia dengan mengaktualisasikan akhlak tersebut dan yang nantinya
diharapkan dapat membangun Indonesia yang berkarakter.
Secara terminologis yang dimaksud dengan
Salaf adalah para Sahabat Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik (Tabi’in) serta pengikutnya (Tabi’ut Tab’in), juga para ulama Islam
yang memiliki keilmuan dan kedudukan tinggi dalam agama serta diterima oleh umat
secara aklamasi, diterima oleh kaum Muslimin dari generasi ke generasi[1], Salafush Shalih merupakan
dari mereka orang-orang yang paling baik
akhlaknya, diantara akhlak Salafush Shalih yaitu :
1.
Jujur
dalam segala hal dan menjauhkan diri dari sifat dusta.
Allah
SWT menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan
yang berlimpah untuk mereka. Pada zaman ini sifat jujur memang sulit ditemukan,
bahkan dusta bertebaran dimana-mana, jujur berarti lurus
hati, tidak curang, kejujuran dibagi dalam 3 tingkatan yaitu jujur dalam
ucapan, perbuatan, dan niat. Kejujuran dalam niat[2], merupakan kejujuran
tertinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah. Manusia pada
saat ini berlomba-lomba dalam mencapai kebutuhan duniawinya dengan menempuh
berbagai macam cara, termasuk diantaranya dengan jalan berdusta. Kecurangan
seperti mencontek dikalangan mahasiswa sudah dianggap sebagai hal yang lumrah,
peristiwa ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, mahasiswa harus menyadari bahwa
hal itu dapat meracuni jiwa pemuda islam yang justru seharusnya membangun
akhlak kejujuran mulai dari hal yang kecil, seperti jujur dalam menuntut ilmu dengan
meluruskan niat dan percaya bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang kita niatkan,
karena kejujuran merupakan kunci dari etika dan moralitas yang baik untuk
membangun Indonesia yang baru.
2.
Bersungguh-sungguh
dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
Amanah
termasuk sifat terpuji yang harus melekat pada setiap pribadi orang yang
beriman, kapan dan di mana pun, serta apa pun posisi, profesi, jabatan, dan
kedudukannya, akan tetapi pada saat ini banyak pemimpin yang tidak amanah
dewasa ini, tindak pidana korupsi merupakan contoh dari seseorang yang tidak
amanah dalam menjalankan tugasnya, seseorang yang tidak amanah dalam
menjalankan tugasnya dapat dikatakan telah khianat yang termasuk sifat yang
buruk (akhlaq madzmumah) yang harus dihindari, dijauhi, dan ditinggalkan oleh
orang-orang yang beriman, Allah SWT berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfal : 27). Pemuda muslim pastilah memiliki
amanah, sebagai contoh ialah amanah dari orang tua untuk menempuh pendidikan,
orang tua telah mempercayakan hal ini kepada anaknya, sudah seharusnya seorang
anak melaksanakan amanah yang diberikan
orang tua untuk dilaksanakan sebaik-baiknya dan jangan sampai anak itu
melakukan khianat dengan tindakan membolos misalnya. Pemuda muslim harus
menanamkan akhlak ini untuk menjaga kepercayaan orang lain dan mendapatkan
ridho dari Allah SWT dalam setiap amanah yang diembannya.
3.
Tawadhu
(Rendah Hati) dan tidak sombong.
Rendah
hati merupakan akhlak yang selalu didambakan setiap orang, karena karena akan
membuat orang sekitarnya merasa nyaman dan rendah hati membuat seseorang
memiliki ketenangan jiwa, dan sebaliknya kesombongan merupakan awal dari
kehancuran seseorang maupun bangsa.
Islam melarang dan mencela sikap sombong, seperti dalam surat An-Nahl :
23 yang berisi tentang ketidak sukaan Allah terhadap sikap sombong. Pada zaman
kenabian banyak suatu bangsa yang hancur karena kesombongan seperti kaum
Tsamud, bangsa Ad, bangsa Madyan dll[3]. Tidakkah pemuda muslim
seharusnya belajar dari kisah-kisah terdahulu, dan membangun sikap rendah hati
dengan saling menghargai, tenggang rasa, sederhana, dan memelihara rasa syukur
dan ikhlas, pada saat ini dibutuhkan pemuda muslim yang rendah hati dalam
berakhlak yang dapat diaktualisasikan dengan cara mahasiswa yang menghargai
kemajemukan dikawasan kampusnya, lalu dapat juga tetap berpenampilan sederhana
meskipun dirinya anak dari orang kaya. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
ramah melalui perwujudannya akhlak rendah hati, hal itu lah yang membedakan karakter
bangsa Indonesia dengan bangsa yang lainnya.
4.
Pemalu
Malu
adalah akhlak Islam[4]
sebagaimana sabda Rasulullah SAW
Artinya : Sesungguhnya setiap agama
memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.
Malu
merupakan akhlak yang mulia, yang tumbuh untuk meninggalkan perkara-perkara
yang jelek sehingga menghalangi dia dari perbuatan dosa dan maksiat, serta
mencegah dia dari melalaikan kewajiban. Malu dapat ditumbuhkan pada diri
seorang pemuda Islam dengan cara mengenal Allah Azza wa Jalla dengan mengenal
keagungan-Nya, dengan menumbuhkan rasa malu, seorang pemuda muslim dapat
mencegah terjadinya perbuatan maksiat dan dari memiliki sifat malu juga
didapatkan manfaat yaitu ‘iffah (menjaga kehormatan) dan wafa' (setia). Malu
yang merupakan bagian dari Iman yang wajib, seharusnya dimiliki oleh setiap
Pemuda Muslim, pada kenyataannya saat ini rasa malu benar-benar ditinggalkan
oleh sebagian pemuda pemudi muslim, contoh sederhana pada seorang mahasiswi yaitu
yang dengan sesuka hatinya menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat apalagi
jauh sekali dari yang sudah ditentukan oleh syari’at Islam, contoh sederhana
lainnya banyak juga pemuda yang kurang baik dalam bertutur kata tentu saja hal
itu bertentangan dengan budaya Indonesia
yang sopan dan bermartabat, bagaimana dapat membangun Indonesia yang
berkarakter apabila rasa malu saja sudah hilang dalam diri kita.
5.
Banyak
bershodaqoh, dermawan, menolong orang-orang yang susah, tidak bakhil/tidak
pelit.
Abu
Hurairah ra, Rasulullah SAW, bersabda: “Barang
siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan
melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang
menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan
di akhirat. Hadits tersebut pastilah membuat seseorang yang membacanya untuk
mudah dalam memberikan pertolongan kepada orang lain, bagaimana tidak, dengan
memberi pertolongan kepada orang lain yang sedang kesusahan, Allah menjanjikan
untuk memberikan kemudahan dalam urusan orang yang menolong tersebut. Sangat
diperlukan sifat saling tolong menolong dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, untuk hal ini pemuda muslim di Indonesia cukup baik dalam
penerapannya dengan melakukan suatu aksi penggalangan dana misalnya ketika
terdapat saudara kita yang mengalami suatu musibah. Akhlak ini juga dapat
diterapkan oleh mahasiswa dengan tidak pelit dalam berbagi ilmu, kemudian dapat
juga membuat berbagai macam karya yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarkat
luas.
Terdapat
suatu percakapan antara Rasululah SAW dengan sahabatnya yang semakin membuat
kita untuk berusaha memberikan pertolongan kepada orang lain, Pada suatu hari
Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau : “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah
dan apakah perbuatan yang paling
dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab : “Manusia yang paling
dicintai oleh Allah adalah manusia yang
paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang paling
dicintai Allah adalah memberikan
kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain. Dari
petikan percakapan diatas dapat kita simpulkan, bahwa Allah SWT mencintai orang
yang bermanfaat bagi orang lain dengan cara memberikan pertolongan, Siapalah
dari kita yang tidak ingin dicintai oleh Allah SWT?
6.
Lembut
Hatinya, mengingat mati dan akhirat, takut su’ul
khatimah
Karakter
masyarakat Indonesia yang sudah dikenal dunia dengan mempunyai sifat yang
lembut hati dan murah senyum tentunya perlu dipertahankan, salah satunya
melalui para pemuda muslim yang dapat mengaktualisasi kelembutan hati ini
dengan cara bertutur kata yang baik, tidak berburuk sangka, menghilangkan sifat
iri dengki, tidak menyakiti perasaan orang lain, dan sifat lainnya yang berhubungan
dengan kelembutan hati. Akhlak
selanjutnya ialah mengingat kematian, tidak ada kepastian dalam dunia ini
kecuali kematian, seperti yang sudah di firmankan Allah SWT “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal,”
(QS. Luqman : 34) Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia
seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun
duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal
ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun
yang lalai dan malas-malasan. Pemuda muslim sudah saatnya untuk selalu mengingat
kematian, Mahasiswa yang padat agenda kuliahnya dan memiliki kesibukan dalam
organisasi sudah selayaknya harus tetap berorientasi kepada Allah SWT, niatkan
selalu inna sholati wa nusuki wamahyaya
wamamati lillahi robbil alamin. Makhluk Allah Semuanya akan menemui
kematian bila telah sampai ajalnya, dengan tidak adanya satupun dari kita yang
tahu kapan kematian itu akan datang, maka semakin memicu pemuda muslim untuk
terus berbuat kebaikan, manfaat lain dari mengingat mati akan melembutkan hati
dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Kematian yang pasti dialami manusia
itu diharapkan untuk berakhir dengan keadaan yang baik, maka dari itu pemuda
muslim haruslah takut terhadap akhir kehidupan yang buruk (su’ul khatimah),
terdapat beberapa hal yang menyebabkan seseorang meninggal dalam keadaan yang buruk,
yaitu kerusakan dalam aqidah, banyak melakukan maksiat, tidak istiqomah, dan
iman yang lemah, dan ketika sakratul maut tiba, cinta Allah semakin melemah
manakala ia melihat ia akan berpisah dengan dunia yang dicintainya.
Untuk
membentuk suatu negara menjadi negara yang berkarakter, terlebih dahulu harus
membentuk masyarakatnya menjadi berkarakter, dan pemuda muslim sebagai pasukan
pembangun bangsa dimasa yang akan datang perlu dibentuk akhlaknya dengan suatu
akhlak yang kuat dan berkarakter terpuji sesuai dengan syakhsiyah Islamiyah
(keperibadian Islam), disini melalui penerapan akhlak Salafush Shalih yang
sudah terbukti mampu untuk membangun sebuah bangsa, kemudian dipelajari dan
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari daripada pemuda muslim, yang
diharapkan dengan penerapan akhlak Salafush Shalih dapat mewujudkan Baldatun
Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur yang merupakan cita-cita seluruh bangsa di dunia,
dan hanya dengan segala usaha dan kerjakeras beriring doa maka impian dan harapan
suatu kaum akan terlaksana melalui para pemuda muslimnya yang berkomitmen untuk
terus berada dijalan Allah SWT dengan memegang teguh aqidahnya.
[4] Qadir
Jawas, Yazid bin Abdul. 2008. Prinsip
Dasar Islam Menurut Al-Quran dan As-sunnah yang Shahih. (Bogor: Pustaka
At-Taqwa) h.248
[3] Madain
Shaleh, “Sisa-sisa kehancuran kaum
Tsamud” dalam alamat “http://hermadut.blogspot.com/2012/10/sisa-sisa-kehancuran-kaum-tsamud.html Diakses pada Tanggal
8 April 2014 Pukul 17.45 WIB
[2]“Membangun
Karakter dengan Kejujuran” Dalam Alamat http://www.mediatadulako.com
/index.php/2012-10-23-17-27-33/2012-10-23-17-4731/ editorial
/172-membangun-karakter-dengan-kejujuran Diakses pada Tanggal
7 April 2014 Pukul 19.20 WIB
[1] Lilik
Ibadurrohman, “Siapakah Salafus Shalih?” dalam
alamat
http://muslim.or.id/
manhaj/siapakah-salafus-shalih.html Diakses pada Tanggal 6 April 2014 Pukul 20.14
WIB
Langganan:
Postingan
(
Atom
)