30 Des 2014
Jalinan Ukhuwah yang Terjalin dengan Indah: Saudaraku Forstilling FEB UB
Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Surakarta - (27/12/2014) Bumi ini seakan terasa sempit. Hampir di setiap
jengkal kita berdiri, disanalah manusia-manusia pilihan selalu mengiringi.
Tunas-tunas perjuangan seakan melingkupi hampir di seluruh semesta. Bibir ini
akhirnya tersungging indah memancarkan kesejukannya. Melihat mereka Sang
Pejuang yang akhirnya datang setelah menanti beberapa detak waktu.
Hari ini Saudara kami dari Forstilling
(Forum Studi Islam dan Lingkungan) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang yang merupakan Lembaga Dakwah Fakultas melakukan kunjungan
dalam rangka studi banding dan silaturrahim. Mereka datang jauh dari Malang ke
BPPI FEB UNS dalam rangka menjalin jaringan eksternal.
Sampai di kota Budaya Surakarta
pukul 06.00 WIB, rombongan langsung menuju Masjid Nurul Huda UNS untuk
istirahat. Sambutan hangat langsung terpancar seketika bertemu. Acara
dilanjutkan di Ruang Sidang 2 FEB UNS yang diisi dengan sambutan dari ketua dan
perkenalan masing-masing lembaga. Acara berlangsung dengan baik dan dilingkupi
oleh nuansa ukhuwwah Islamiyah. Acara ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan
oleh masing-masing lembaga.
Kebetulan juga dalam momentum
ini, BPPI FEB UNS dan Forstilling FEB UB telah melakukan proses reorganisasi,
sehingga dalam acara tersebut juga diperkenalkan ketua yang baru di
masing-masing lembaga. Serangkaian acara yang telah berlangsung semoga dapat
merekatkan ukhuwwah di antara kita dan do’a-do’a selalu tercurah di setiap
langkah juang kita semua. Amin.
26 Des 2014
Refleksi Seorang Insan: Memahami Hakikat Sebuah Musibah
bppiuns.blogspot.com (26/12/2014). Tidak henti-hentinya negeri ini dilanda bencana. Baru saja ramai terdengar bencana tanah longsor di Banjarnegara yang menelan banyak korban jiwa, sekarang tengah melanda banjir parah di Banda Aceh. Apakah makna musibah ini?. Apakah Allah SWT menimpakan azab kepada kita?.
Allah SWT berfirman:
“Tidak ada suatu
musibah pun yang menimpa seseorang kecuali atas izin Allah, dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. at-Taghabun (64): 11]
Jelaslah bahwasanya musibah pasti terjadi karena alasan-alasan tertentu. Kalau kita menilik kisah-kisah nabi dan rasul terdahulu, misalnya kaum nabi Nuh yang ditenggelamkan karena durhaka atas ajakan Nabi Nuh. Allah berfirman:
"Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke
neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari
Allah." (Q.S Nuh: 25)
Dan hampir keseluruhan kisah nabi dan rasul yang dikisahkan Allah di Al-Qur'an berakhir pada diturunkannya azab Allah atas kekafiran dan kedustaannya kepada nabi dan rasul. Pada tahap ini bisa disimpulkan bahwa musibah itu bisa menjadi azab Allah atas perilaku hamba-Nya yang jauh dari syariat Allah.
Allah berfirman:
“Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [QS. asy-Syura (42):
30]
Bencana alam bisa jadi terjadi karena tangan-tangan manusia yang serakah terhadap alam ini. Bumi dan langit telah diberikan Allah kepada manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama di dunia. Namun kalau kita saksikan saat ini, dunia bukan lagi menjadi sarana untuk menuju akhirat yang kekal, namun menjadikan dunia sebagai tujuan dan lupa terhadap akhirat. Allah berfirman:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Q.S Ali-Imran: 14)
Maka patutlah kita sebagai insan yang beriman dan bertaqwa menyadari bahwa kita hanyalah sebagai makhluk yang lemah. Perbuatan dan tingkah laku kita senantiasa mendapatkan pengawasan dari Allah SWT. Kita tetap harus menjaga sikap atas nikmat yang Allah berikan kepada kita. Keserakahan hanyalah akan mendatangkan keburukan. Musibah demi musibah ini menjadi sebuah pertanda atas sikap dan perilaku kita. Allah SWT seakan ingin menyampaikan pesan kepada kita bahwa dunia ini hanyalah sementara. Tetap bersabar atas ujian ini. Sesungguhnya Allah beserta hamba-Nya yang bersabar.
15 Des 2014
Musyawarah Anggota XXXI BPPI FEB UNS 2014
17.20
2014
,
anggota
,
bppi
,
evaluasi
,
feb
,
LPJ
,
MUSANG
,
musyawarah
,
penilaian
,
Press Release
,
uns
No comments
Surakarta, bppifebuns.blogspot.com - Senin (15/12). Badan Pengkajian dan Pengamalan Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (BPPI FEB UNS) mengadakan Musyawarah Anggota (Musang) ke-XXXI sebagai kegiatan pamungkas untuk menutup kepengurusan periode 2014. Musyawarah ini telah berlangsung sejak Senin 15 Desember 2014. Tujuan dari acara ini merupakan bentuk evaluasi kinerja BPPI selama satu periode kerja (2014).
"Satu periode keberjalanan BPPI akan dipertanggungjawabkan kepada anggota BPPI melalui Musang. Anggota BPPI meliputi seluruh mahasiswa Muslim FEB", ujar Hafid Tamimi, Ketua Umum BPPI FEB UNS periode 2014.
Anggota yang hadir dibagi menjadi dua yaitu aktif dan biasa. "Anggota aktif adalah pengurus BPPI, sedangkan anggota biasa merupakan mahasiswa Muslim FEB non-pengurus. Non-pengurus termasuk juga alumni yang tergabung dalam IKABI", lanjutnya.
Hafid meneruskan, hal-hal yang paling disorot dari evaluasi kali ini adalah ketercapaian visi dan misi BPPI periode 2014. "Ketercapaian nanti akan dinilai oleh evaluator, dan hari ini diumumkan apakah Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) diterima atau ditolak. Atau diterima dengan syarat. Dari adanya kegiatan Musang ini tampak kepedulian, kecintaan terhadap bidangnya masing-masing."
Evaluator yang hadir pada hari terakhir Musang XXXI ini adalah Deni Eko (Akuntansi 2011, Biro AAI FEB UNS), Punto Jatmiko (Ekonomi Pembangunan 2010), Rona Murni Hamdyah (Ekonomi Pembangunan 2010), dan Febrianto Endy Pratama (Ekonomi Pembangunan 2010). Keempatnya memberi penilaian terhadap LPJ tahun ini, juga didasarkan dari penilaian evaluator lain yang telah hadir di hari sebelumnya. Evaluator juga menjelaskan bagaimana penilaian tersebut didapat, sehingga dapat menjadi perbaikan di periode mendatang.
Acara selesai pada pukul 17.30 WIB dan ditutup dengan penyerahan hadiah dari evaluator sebagai bentuk inisiasi kepengurusan 2014, dari Ketua Umum BPPI FEB UNS 2013 Dananjaya Perdana kepada Hafid Tamimi. Bidang terbaik diraih oleh Kaderisasi dan Pembinaan, kemudian staff terbaik diraih oleh Didik Nugroho. (aryo)
2 Des 2014
Mengenal Dua Jalur Kepemimpinan
Thalut. Melalui Qs. al-Baqarah [2]: 247, Allah SWT menceritakan penolakan Bani
Israil atas penunjukan Thalut sebagai pemimpin, karena ia dinilai
berasal dari keluarga miskin dan bukan darah biru. Cara pandang umat
saat itu (dan bahkan saat ini), masih melihat seseorang dari aspek
“harta” dan “keturunan”nya. Keduanya acapkali dianggap penentu sukses
kepemimpinan seseorang, dan karenanya lebih dipentingkan dari karakter
kepemimpinan itu sendiri.
Kalau menilik lebih mendalam, keberadaan Thalut merupakan model pemimpin yang given dari Allah SWT. Allah berfirman:
"Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu." (Q.S Al-Baqarah : 247)
Menurut al-Thabari, berdasarkan riwayat Qatadah, Thalut adalah keturunan
Bunyamin, kelompok yang tidak memiliki darah kenabian dan kerajaan.
Dalam tradisi Bani Israil, seorang pemimpin harus muncul dari latar
belakang keturunan nabi dan raja (sabt nubuwwah wa sabt mamlakah). Itu
sebabnya, ketika dua syarat ini tak terpenuhi, mereka lantas menolaknya.
Dan Thalut, ditakdirkan bukan dari kelompok ini. Bani Israel pun
ramai-ramai menolaknya. Mereka heran, kenapa orang “tak berharga”
seperti Thalut justru dikirim sebagai pemimpin mereka.
Sesungguhnya, di balik “kekurangan”nya itu, Allah SWT memberi Thalut kelebihan berupa keunggulan intelektual dan tubuh yang perkasa (basthah fi al-‘ilm wa al-jism). (Qs. al-Baqarah [2]: 247). Diceritakan al-Thabari misalnya, Thalut mendapat karunia wahyu dari Allah SWT dan memiliki ukuran tubuh tinggi-besar, ukuran yang tidak pernah dimiliki orang pada masa itu. Inilah kelebihan Thalut; berwawasan luas sebagai prasyarakat manajerial kepemimpinannya dan berfisik tangguh sebagai prasyarat keperwiraannya sekaligus simbol keberanian dan ketegasannya. Dalam kokteks Thalut, ketangguhan fisik ini tak lain untuk mengalahkan Raja Jalut yang tiran dan represif pada rakyatnya.
Sesungguhnya, di balik “kekurangan”nya itu, Allah SWT memberi Thalut kelebihan berupa keunggulan intelektual dan tubuh yang perkasa (basthah fi al-‘ilm wa al-jism). (Qs. al-Baqarah [2]: 247). Diceritakan al-Thabari misalnya, Thalut mendapat karunia wahyu dari Allah SWT dan memiliki ukuran tubuh tinggi-besar, ukuran yang tidak pernah dimiliki orang pada masa itu. Inilah kelebihan Thalut; berwawasan luas sebagai prasyarakat manajerial kepemimpinannya dan berfisik tangguh sebagai prasyarat keperwiraannya sekaligus simbol keberanian dan ketegasannya. Dalam kokteks Thalut, ketangguhan fisik ini tak lain untuk mengalahkan Raja Jalut yang tiran dan represif pada rakyatnya.
Hanya saja karena Thalut tidak berada dalam proses kerajaan sehingga Bani Israil menolak, meskipun Allah sudah menjadikan Thalut sebagai pemimpin. Model kepemimpinan yang given (diberikan) Allah memiliki keunggulan, yaitu kharisma pribadi, ilmu, dan fisik yang mumpuni.
Kemudian yang kedua adalah model kepemimpinan yang muncul sebagai akibat dari proses menempa potensi. Konteks ini bisa terjadi dalam sebuah proses kelembagaan. Biasanya pada model ini pribadi lebih bersifat pendiam dan tidak menonjol, namun ketika sudah melalui proses dan mendapatkan amanah yang lebih tinggi, model kepemimpinan ini akan beranjak naik. Pada awalnya mereka lebih merasa bimbang dalam membuat keputusan, namun proses yang dilewati akan membuatnya semakin berani.
sumber: http://nuhamaarif.blogspot.com/2008/09/pemimpin-berkarakter-thalut.html
29 Nov 2014
PARADIGMA EMANSIPASI MUSLIMAH SESUAI HAKIKAT ISLAM
“Wanita adalah tiang negara, jika mereka baik, maka baiklah negara
itu dan jika mereka buruk (rusak moralnya) maka buruklah negara itu”
Paradigma Urgensi Peran Muslimah
Islam memiliki bahasan utama sekaligus prinsip
pokok yaitu mengenai persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan
maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan yang
kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya
kepada Allah swt.
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu
(terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara
kamu adalah yang paling bertakwa (Q.S. 49: 13).
Ajaran Islam pada
hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan
terhormat wanita. Maka dalam hal ini tentu saja peran dan partisipasi wanita
khususnya muslimah sangat berkaitan secara vital bagi perkembangan peradaban
suatu negara. Tak dapat dipungkiri bahwa muslimah merupakan madrasah bagi
putra-putranya kelak dimana mereka akan dititahkan untuk menjadi cikal bakal
suatu bangsa.
Namun, seiring pergeseran zaman dan pergantian
peradaban maka pemikiran umat manusia pun mulai ikut berubah. Di antaranya
terkait dengan tema utama yang berkaitan dengan muslimah yaitu mengenai
emansipasi. Kata “emansipasi”
populer dimaknai sebagai suatu usaha
untuk menuntut persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di
segala bidang kehidupan.
Emansipasi
mengalami perkembangan sudut pandangnya. Dalam hal ini, menurut Islam
emansipasi dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang wajar dan harus
terjadi, karena berkembangnya budaya dan pola kehidupan di alam semesta ini. Khusus
berkenaan dengan negara-negara Islam ini, kaum feminisme menganggap bahwa Islam
dan negara-negara tersebut telah membelenggu hak-hak kaum wanitanya. Berikut
ini adalah alasan-alasan yang dikemukakan oleh Women’s Lib sebagai dasar tuntutannya sebagaimana
dikemukakan oleh Ibnu Ahmad Dahri (1992):
1. Masalah hakikat wanita. Bahwa perbedaan
antara laki-laki dan wanita secara biologis telah dibesar-besarkan untuk
menindas kaum wanita dan mereka menuntut untuk diadakan penyelidikan secara ilmiah
sampai ditemukannya perbedaan laki-laki dan perempuan secara ilmiah.
2. Masalah seksualitas. Bahwa kaum wanita
mempunyai kebutuhan seksual sendiri yang dapat dipenuhi tanpa kehadiran
laki-laki. Mereka mengharapkan bahwa hubungan seksual tidak dipergunakan oleh
laki-laki untuk mendominasi wanita.
3. Masalah keluarga. Bahwa kepentingan
keluarga tidak harus didahulukan dari kepentingan-kepentingan kehendak
individualnya.
4. Masalah anak-anak. Bahwa para suami
berkewajiban secara bergiliran mengasuh anak (ikut berperan ganda). Iklim yang
harus diciptakan adalah model kemanusiaan untuk berkompetisi.
5. Masalah pekerjaan. Bahwa pekerjaan harus
tersedia untuk pria dan wanita sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mereka
ingin menghapus pendapat bahwa wanita bekerja hanya sebagai sekretaris,
pramugari, asisten peneliti dan pekerjaan lain yang menempatkan wanita hanya
sebagai faktor substitusi saja.
Tentu saja dalam hal di atas, emansipasi
yang kita harapkan bukan pada posisi setara dalam hal menuntut hak dan
kewajibannya melainkan adil yakni sesuai porsi yang seimbang dalam memegang
peranan penting fungsi dirinya. Hal inilah yang sebenarnya perlu diluruskan
agar tidak terjadi penyimpangan persepsi tentang makna emansipasi itu sendiri
yang berkaitan dengan ajaran Islam.
Dalam hal ini, kontribusi muslimah di dalam gerakan
dakwah menjadi sesuatu yang tidak dapat dinafikan lagi khususnya untuk
membangun peradaban yang humanis. Contoh ini telah dibuktikan oleh para
muslimah terdahulu seperti Khadijah binti Khuwailid sebagai perempuan pertama
yang menyambut seruan Iman dan Islam, Aisyah binti Abu Bakar sebagai salah satu
gudang ilmu, Ummu Ammarah Nusaibah binti Ka’ab yang mati-matian di medan Uhud
dan beberapa kali terlibat dalam peperangan khususnya bagian logistik dan medis
, Sumaiyah binti khubath, orang pertama yang mendapat gelar syahidah seorang
budak perempuan dari Mekkah yang dinikahi oleh seorang Yasir bin Amir bin
Malik. Sumayyah menjadi syahidah ketika ia menentang umpatan dan sumpah serapah
Abu Jahal yang mengolok-olok Rasulullah saw, sejarah diatas adalah bukti
konkret bahwa peran muslimah memiliki cakupan jauh lebih luas dari hanya
sekadar beroperasi di dalam rumahnya.
Namun legalitas tersebut bukan sebagai dalih atas
ideologi baru seputar dunia wanita, jika kita mereview kembali muslimah pada era kekinian, banyak dari mereka yang terpengaruh
oleh corak globalisasi yang tidak terfilter dengan baik, corak ini terlihat
dari munculnya ide-ide emansipasi dan feminisme negatif yang demikian santer di
dunia bagian barat, erat kaitannya dengan Women Liberation movement (gerakan pembebasan wanita).
Al-Quran mengakui watak obyektif dan universalitas keadilan yang
disamakan dengan perbuatan-perbuatan baik (kebajikan-kebajikan moral), yang
mengatasi masyarakat-masyrakat agama yang berlainan dan memperingatkan umat
manusia untuk “tampil dengan perbuatan-perbuatan baik”:
Al Qur’an surat Al Maidah ayat 48 menjelaskan,“Untuk tiap-tiap
umat di antara kamu (umat religius) Kami berikan aturan dan jalan (tingkah
laku). Apabila Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(berdasarkan pada aturan dan jalan itu), tetapi, (ia tidak melakukan demikian).
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Oleh karena itu,
berlomba-lombalah (yaitu, bersaing satu sama lain) dalam berbuat baik. Karena
Allah-lah kamu semua akan kembali, lalu Ia akan memberitahukan kepadamu
(kebenaran) mengenai apa yang kamu perselisihkan itu.”
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa keadilan yang dimaksud
disini adalah sesuai porsinya. Dalam hal ini, keadilan yang diimplementasikan
sesuai dengan keadaan dan kondisi yang teratur akan mempengaruhi keharmonisan
dalam kehidupan yang akan berdampak positif bagi peradaban. Oleh karena itu,
pelaksanaan prinsip dan wujud nyata keadilan sangat perlu untuk diterapkan
secara nyata agar dapat meningkatkan kesuksesan dalam pembangunan peradaban
yang harmonis.
Keadilan yang dibahas di atas juga berkaitan dengan peran serta
muslimah melalui perspektif Islam yang menganjurkan posisi yang sesuai dan
tepat bukan setara atau dalam hal ini sama dengan laki-laki. Adanya kesadaran
bagi seluruh pihak khususnya muslimah dalam menciptakan pola pikir yang tepat
dalam memahami hakikat emansipasi itu sendiri harus diluruskan sesuai ajaran Islam.
Karena itu, seharusnya pemahaman dan pemikiran porsi dan prinsip keadilan harus dtekankan
dibandingkan kesetaraan.(Siti Ramdhani/KP/14)
9 Nov 2014
Dunia Adalah Setitik Air di Lautan
Dimana kita tinggal
sekarang? Dimana kita bisa menghirup udara segar? Dimana kita mampu bersua
dengan orang yang kita kasihi? Jawabannya adalah di dunia. Di dunia inilah kita
tinggal, kita bisa menghirup udara segar, bernafas bebas dan berjumpa dengan
orang-orang yang kita sayangi.
Indahnya dunia mampu menggoda siapa saja. Dunia
dengan rayuannya mencoba menarik manusia untuk terjun dan menikmati sepuasnya. Gemerlapnya
dunia sangat sayang untuk dilewatkan, sangat sayang jika dibiarkan. Mungkin
kita tak asing lagi dengan ungkapan, “Hidup hanya sekali, mari kita happy”. Memang benar hidup di dunia hanya
sekali dan memang kita harus happy agar
kita menjalani hidup dengan semangat tinggi. Tapi dunia hanya sementara, tentu happy yang dirasa tidak bertahan lama.
“Tiadalah perbandingan
dunia ini dengan akhirat, kecuali seperti seorang yang memasukan jarinya ke
dalam lautan luas maka perhatikanlah yang tersisa." (HR. Muslim). Inilah
dunia. Dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat. Dunia ini fana,
akhirat abadi selamanya. Manusia layaknya musafir yang berjalan beribu bahkan
berjuta kilometer untuk mencapai suatu tujuan, yakni Allah.
Di dunialah para
musafir ini singgah sejenak untuk minum, melepas dahaga yang kemudian kembali
melanjutkan perjalanan . Tak sedikit yang lengah, terlena dengan kenikmatan
meneguk segarnya air ‘dunia’. Mereka lupa akan tujuan awal, mereka lebih
memilih untuk tinggal. Para musafir yang beriman berbeda dengan musafir yang
tidak beriman. “Dunia ini adalah penjara bagi orang-orang yang beriman dan
surga bagi orang-orang kafir” (HR.Muslim). Orang yang beriman ingin segera
keluar dari penjara. Mereka tidak betah harus tinggal dalam penjara megah ini.
Karena mereka tahu setelah keluar dari penjara dunia, surga siap menyapa. Sedangkan
orang yang tidak beriman, tidak ingin meninggalkan dunia. Ini surga mereka.
Betapa bahagianya mereka, seakan-akan mereka benar-benar tinggal di surga.
Mereka tidak tahu bahwa surga mereka inilah yang menjadi cikal bakal api neraka.
Lalu bagaimana dengan
sekarang? Kita masih hidup di dunia. Apakah dunia tidak penting?
“Kalau begitu
kita tidak perlu berusaha keras di dunia, toh nanti kita tinggal juga”.
Bukan
seperti itu. Justru kita harus menaklukkan dan memperbudak dunia. Jadikan dunia
sebagai ladang akhirat. Jadikan dunia sebagai investasi akhirat. Ingin kaya?
Boleh, Islam tidak melarang. Mendapat status sosial yang tinggi? Boleh juga.
Belajar hingga jenjang yang lebih tinggi demi ilmu dan gelar akademis? Silakan.
Islam tidak membatasi. Yang perlu diperhatikan di sini adalah jangan sampai
kita lupa diri dan melupakan Allah. Kita boleh saja punya banyak harta, tapi
jangan sampai kita enggan menginfakkan harta untuk kemajuan Islam dan umatnya. Kita
boleh menjadi manusia terpintar sekalipun, tapi jangan sampai ilmu yang kita
miliki membuat kita lupa untuk mengamalkan demi kejayaan Islam dan umatnya.
Niatkan
semua karena Allah. Lakukan semuanya dengan cara yang benar, bukan dengan cara
sikut sana sikut sini, dorong sana dorong sini. Sekali lagi, Islam tidak
melarang kita untuk menikmati dunia tapi jangan sampai kita gelap mata dan
terus mengejarnya. Akhirat tujuan kita, dunia sebagai sarananya. Semoga Allah
ridhai kita.
(Nadifa | Magang Medkominfo BPPI 2014 | Disari dari Kajian FE 30 Oktober 2014)
7 Nov 2014
MUSLIMAH DAY 2014
Muslimah Day merupakan program kegiatan dari bidang kemuslimahan yang diadakan dalam rangka mengapresiasi muslimah khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai salah satu unsur penting masyarakat kampus demi mewujudkan kemuliaan Islam. Pada tahun ini, Muslimah Day diisi berbagai lomba inspiratif yang diwakili beberapa potensi minat bakat dengan mengusung tema "Mengambil Hikmah dari Muslimah Penginspirasi". Kegiatan seperti ini diharapkan mampu mengangkat kembali eksistensi muslimah sebagai kontributor pembangun peradaban Islam, yang disadari baik secara langsung atau tidak dalam beberapa tahun terakhir mulai meredup diiringi dengan banyaknya pemberitaan kurang baik tentang wanita muslim. Berikut syarat dan ketentuannya.
LOMBA INSPIRATIF
Ketentuan umum
* Peserta adalah mahasiswi aktif muslim FEB UNS
* Karya belum pernah diikutsertakan dalam lomba atau kompetisi apapun
* Setiap peserta berhak mengikuti maksimal 2 lomba
* Pendaftaran dan pengumpulan karya 7-21 November 2014 pukul 17.00
* Hasil karya dikirim ke malafalintina@gmail.com dengan melampirkan cv (lihat format)
* Biaya pendaftaran Rp 5,000 untuk masing-masing jenis lomba
Pemenang lomba akan diumumkan dalam kegiatan Sekolah Muslimah 26 November 2014
1. MENULIS CERPEN, dengan tema "Muslimah Penginspirasi"
Syarat dan ketentuan
* Karya diketik rapi 4-6 halaman, jenis font Calibri ukuran 12 pt, kertas A4, margin 3-3-3-3, Justify, Spasi 1,5
* Diperbolehkan melampirkan ilustrasi dalam konten cerpen
* Format pendaftaran: (CERPEN_MD_Nama_NomorHP) ke 0856-4574-4625
* Hadiah Juara 1: Piagam + Rp 150,000
Juara 2: Piagam + Rp 75,000
Juara 3: Piagam + Bingkisan
2. MENULIS ARTIKEL, dengan tema "Muslimah sebagai Kontributor Pembangun Peradaban"
Syarat dan ketentuan
* Karya diketik rapi 3-5 halaman, jenis font Calibri ukuran 12 pt, kertas A4, margin 3-3-3-3, Justify, Spasi 1,5
* Format pendaftaran: (ARTIKEL_MD_Nama_NomorHP) ke 0856-4574-4625
* Hadiah Juara 1: Piagam + Rp 150,000
Juara 2: Piagam + Rp 75,000
Juara 3: Piagam + Bingkisan
3. FOTOGRAFI, dengan tema "A Real Muslimah, Inside and Outside"
Syarat dan ketentuan
* Tidak diperkenankan mengirimkan foto berupa kombinasi lebih dari satu foto dan
menghilangkan/mengubah elemen dalam satu foto
* File foto yang dikirim berukuran maksimum 800kb/foto
* Format pendaftaran: (FOTO_MD_Nama_NomorHP) ke 0856-4574-4625
* Hadiah Juara 1: Piagam + Rp 100,000
Juara 2: Piagam + Rp 50,000
Juara 3: Piagam + Bingkisan
Selamat berkompetisi, Muslimah Ekonomi :)
-Bidang Kemuslimahan BPPI 2014-
1 Nov 2014
1 Muharram: Refleksi Sebuah Kejayaan
Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selalu seperti itu roda perputaran waktu di alam semesta ini. Perubahan hanya menjadi lorong waktu yang tiada nilai yang di dapatkan. Perubahan hanya sebatas fenomena yang menghilang begitu saja. Padahal waktu demi waktu adalah momentum luar biasa yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya untuk melakukan sesuatu yang berharga. Bahkan satu hari adalah kenikmatan yang patut untuk kita syukuri.
Rasulullah bersabda:
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan
waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”
Jika kita melihat masa-masa kejayaan Islam, sungguh waktu itu menunjukkan periodisasi kejayaan demi kejayaan umat Islam ketika itu. Begitupun dengan momentum 1 Muharram. Muharram (Ù…ØرّÙ…) adalah bulan pertama tahun penanggalan Islam,
Hijriyah. Ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar ibnu al-Khattab
atas saran dari menantu suci Rasulullah SAWW, yakni Imam Ali bin Abi
Thalib karamalLahu wajhahu. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar,
pernah beliau mengutarakan gagasannya mengenai perlunya menetapkan
kalender Isalam yang akan dipakai sebagai penenggalan dalam urusan
administrasi masa kekhalifahannya,dan sebagai kebutuhan kaum muslimin,
pada masa itu penanggalan yang dipakai kaum Muslimin berbeda-beda, ada
yang memakai tahun gajah, dimana pada tahun itu terjadi penyerangan dari
balatentara Abrahah dari negeri Yanan untuk menyerang Ka’bah, yang
kemudian niatnya digagalkan Allah Yang Maha Esa. Dan di tahun itu pula
lahirnya nabi Muhammad saw dan ada pula yang pemakaian tanggal
didasarkan kepada hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
Untuk menetapkan kalender Islam ini, dicari momertum yang sangat
tepat untuk dijadikan patokan sebagai awal permulaan Tahun Baru Islam.
Maka Khalifah Umar ini mengadakan musyawarah yang dihadiri oleh
pemuka-pemuka agama, dan pembesar-pembesar muslim. Di dalam pertemuan
itu ada beberapa momentum penting yang diusulkan sebagai dasar penetapan
pada tahun baru islam, dan momentum-momentum itu antara lain:
1. Dihitung dari hari kelahiran Nabi Muhammad
2. Dihitung dari wafatnya Rasulallah saw.
3. Dititung dari hari Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira yang merupakan awal tugas kenabiannya.
4. Dimulai dari tanggal dan bulan Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.
2. Dihitung dari wafatnya Rasulallah saw.
3. Dititung dari hari Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira yang merupakan awal tugas kenabiannya.
4. Dimulai dari tanggal dan bulan Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.
Momentum 1 Muharram ini menjadi momentum besar perjuangan untuk meluaskan nilai-nilai Islam seantero Arab dan sekitarnya. Di dalam kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab ini menjadi tonggak sejarah berdirinya sebuah khilafah Islamiyah yang wilayahnya sudah sangat luas. Artinya adalah momentum 1 Muharram ini adalah tanda sebuah perubahan besar menuju kejayaan Islam.
Maka dengan bergantinya tahun, dari 1435 H menjadi 1436 H, kiranya kita menyadari bahwa waktu adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Bisa jadi Allah mencabut nyawa kita sebelum kita melakukan amalan sholih. Naudzubillah. Maka pergunakan waktu itu untuk sepenuhnya mencari ridho Allah dan senantiasa kita menteladani kisah-kisah para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in, serta para ulama yang telah menggoreskan tinta emas kejayaan.
23 Okt 2014
Mewujudkan Pemimpin Harapan Rakyat
Harapan
Rakyat
Tanggal
20 Oktober 2014, merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hari itu
merupakan hari pembaharuan, dimana negara ini akan memiliki pemimpin baru.
Benar, pemerintahan SBY yang telah berkuasa selama hampir satu dekade akan
digantikan oleh Jokowi-JK yang memenangkan pilpres pada tahun ini.
Ada
anggapan bahwa pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan presiden dan wakil
presiden harapan rakyat dan mendapat dukungan besar dari rakyat Indonesia.
Harapan besar, digantungkan kepada Jokowi agar bisa membawa masa depan baru
untuk negeri ini. Besarnya harapan rakyat menunjukkan bahwa kondisi negara ini
masih jauh dari harapan mereka. Karena itu, rakyat menginginkan perubahan dan
berharap perubahan tersebut dapat terwujud dengan hadirnya pemimpin baru.
Di
bidang politik, rakyat memimpikan bahwa negeri ini akan dihiasi dengan perilaku
politik Parpol dan politisi yang benar-benar memperjuangkan nasib rakyat demi
kemaslahatan masyarakat Indonesia.
Di
bidang pemerintahan, rakyat memimpikan aparat yang berjiwa melayani dapat
diwujudkan. Korupsi dan pungli bisa diberantas hingga tuntas. Kepala daerah
yang selama ini bertingkah bagaikan seorang raja bisa berubah menjadi pemimpin
yang bijaksana, mengayomi, dan peduli terhadap rakyatnya. Mereka tidak lagi
sibuk menjual dan menggadaikan potensi daerah hanya demi mengisi kantong mereka
sendiri dan pihak yang memodali mereka menjadi pemimpin. Mimpi lainnya, sistem
birokrasi dan pelayanan yang berbelit dan menyulitkan dapat dibenahi menjadi
pelayanan yang mudah, cepat dan berkualitas.
Di
bidang ekonomi, Jokowi-JK diharapkan dapat mengembalikan sistem perekonomian
Indonesia sesuai dengan dasar konstitusi, yakni ekonomi yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Diimpikan pula, bahwa negeri ini kelak dapat
berdiri diatas kaki sendiri (berdikari) dalam artian mampu mengolah kekayaan
alamnya sendiri untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, papan serta jaminan pelayanan
kesehatan, pendidikan dan rasa aman) dapat diwujudkan.
Di
bidang sosial, melalui revolusi mental yang dijanjikan pada saat kampanye, akan
mampu direalisasikan dalam bentuk generasi yang berbudi pekerti luhur,
kerusakan moral yang terus terjadi dapat dihentikan, kekerasan anak seperti
yang terjadi di Bukit Tinggi akan berhenti, pelajar akan tekun belajar dan
tidak lagi terlibat tawuran, geng motor dan aneka bentuk kenakalan yang lain.
Masih
banyak mimpi lain yang diharapkan bisa menjadi kenyataan dengan hadirnya
presiden dan wakil presiden baru.
Tentu
saja untuk bisa merealisasikan mimpi rakyat Indonesia tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Jokowi-JK juga membutuhkan proses agar mampu merealisasikannya.
Tidak hanya pemerintah yang bekerja, tetapi rakyat Indonesia juga harus
berperan didalamnya. Mustahil, jika usaha pemerintah untuk mewujudkan mimpi
tersebut tanpa dibarengi dengan peran dari masyarakatnya. Seperti kata pepatah
“ Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing “. Keinginan sebesar apapun jika
dilakukan secara bersama-sama akan terasa ringan.
Hanya
dengan Sistem Islam
Semua
harapan dan mimpi rakyat Indonesia hanya bisa terwujud melalui sistem Islam,
yakni melalui penerapan syariah Islam secara total. Allah SWT berfirman dalam
Surah Al-Anfal ayat 24 :
Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu
yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606]
dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Apa yang
diserukan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya adalah Islam dan syariahnya. Allah telah
menjamin bahwa Islam dengan syariahnya akan mampu memberikan kehidupan. Semua
harapan dan mimpi rakyat Indonesia merupakan “kehidupan” yang hanya bisa
diwujudkan oleh ajaran Islam ketika diterapkan secara total.
Dalam aspek
non-fisik, penerapan Islam dan syariahnya itu akan mendatangkan kehidupan yang
dihiasi dengan ketentraman, kebaikan dan kebahagiaan. Pasalnya, penerapan Islam
dan syariahnya oleh penduduk di suatu negeri merupakan perwujudan nyata dari
keimanan dan ketakwaan penduduk tersebut. Dengan itu, niscaya keberkahan Allah
akan turun.
Oleh karena
itu, jika memang memimpikan kehidupan yang baik dan diliputi oleh kemakmuran,
ketentraman, kebahagiaan dan keberkahan maka hendaknya kita segera mewujudkan
penerapan Islam dan syariahnya secara total di tengah kehidupan kita.
Sekian dan
semoga bermanfaat.
20 Okt 2014
Sarasehan FEB: BPPI, KEI, dan Biro AAI FEB UNS
17.26
Biro AAI FEB UNS
,
Info BPPI
,
Kajian Ekonomi Islam
,
Lembaga Dakwah Kampus
,
Mahasiswa
,
Press Release
No comments
Surakarta, Medkom BPPI FEB UNS (20/10) - Lembaga Dakwah Kampus BPPI FEB UNS, beserta Kajian Ekonomi Islam (KEI) FEB UNS dan Biro Asistensi Agama Islam (Biro AAI) FEB UNS mengadakan "Sarasehan FEB: BPPI, KEI, Biro AAI". Acara ini dilaksanakan di Ruang Sidang 2 FEB
UNS, dimulai pada pukul 16.00 WIB. Sarasehan FEB bertujuan untuk mempererat lagi ukhuwah antar lembaga dakwah yang ada di dalam FEB UNS.
"Pada dasarnya kita ini satu akar, semoga dari sarasehan ini kita dapat lebih erat lagi ukhuwahnya dan menyatukan tujuan kita", ujar Ade Syahputra, Kabid (Kepala Bidang) Humas BPPI 2014.
Acara di buka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh Ahmad Agus Nugroho, Kabid Kestari (Kesekretariatan) BPPI FEB UNS.
Acara dari tiga lembaga yang berlandaskan Islam ini merupakan acara yang pertama kali diadakan. "Harapannya kita semua dapat memberi solusi ke depannya, mengevaluasi permasalahan-permasalahan yang ada dan bergerak bersama-sama, agar kita semua memiliki pandangan yang sama", demikian yang disampaikan Luthfi Aditya Mas'ud untuk membuka diskusi.
Deni Eko, dari Biro AAi FEB UNS membuka diskusi sarasehan ini. Menurutnya, sebagai organisasi Islam perlu untuk menyamakan persepsi. "Kita bareng-bareng bersinergi agar dapat membangun FEB lebih baik".
Hafid Tamimi, Ketua Umum BPPI FEB UNS 2014, memaparkan bahwa organisasi kita meskipun terlihat berbeda-beda, tetapi memiliki satu 'topeng' yang sama yaitu Islam.
"Kita berada di Fakultas Ekonomi berusaha bersinergi untuk mencerdaskan ekonom yang sholih, dan mensholihkan ekonom yang cerdas". Menurutnya, tiga organisasi ini berada di atas jalan yang sama, sedang membangun jalan yang sama, dan memiliki tujuan yang sama.
"Bahkan kita berasal dari rahim yang sama, yaitu dakwah", lanjut mahasiswa dari jurusan Akuntansi ini. "Ingatlah kita adalah saudara".
Presiden KEI, Fahmi Setyadi, berpendapat bahwa kita memang masih berada di jalan yang sama. "KEI bergerak di ranah dakwah, ukhuwah, dan ilmiah. Di sini kami bermaksud untuk menyampaikan ekonomi Islam agar dapat dilogikakan masyarakat umum".
Menurutnya, ada karakter dalam KEI yang dibangun. Yaitu karakter kokoh dan mandiri. "Kokoh berarti memiliki kekuatan, kematangan, dan kedewasaan secara ruhiyah. Mandiri artinya mampu mengembangkan diri", demikian penjelasan dipaparkan.
"Fanatisme kita terhadap golongan haruslah dihapus. Kita harus tetap satu bingkai dalam Islam. Biro AAI bukan Islam, BPPI bukanlah Islam, KEI bukanlah Islam", lanjutnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan membentuk forum diskusi untuk saling bebagi capaian-capaian organisasi. Diskusi ini juga untuk mencari solusi apa yang dapat diaplikasikan, guna memecahkan masalah dakwah di FEB UNS. (aryo)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)