Surakarta, Medkom BPPI FEB UNS (20/10) - Lembaga Dakwah Kampus BPPI FEB UNS, beserta Kajian Ekonomi Islam (KEI) FEB UNS dan Biro Asistensi Agama Islam (Biro AAI) FEB UNS mengadakan "Sarasehan FEB: BPPI, KEI, Biro AAI". Acara ini dilaksanakan di Ruang Sidang 2 FEB
UNS, dimulai pada pukul 16.00 WIB. Sarasehan FEB bertujuan untuk mempererat lagi ukhuwah antar lembaga dakwah yang ada di dalam FEB UNS.
"Pada dasarnya kita ini satu akar, semoga dari sarasehan ini kita dapat lebih erat lagi ukhuwahnya dan menyatukan tujuan kita", ujar Ade Syahputra, Kabid (Kepala Bidang) Humas BPPI 2014.
Acara di buka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh Ahmad Agus Nugroho, Kabid Kestari (Kesekretariatan) BPPI FEB UNS.
Acara dari tiga lembaga yang berlandaskan Islam ini merupakan acara yang pertama kali diadakan. "Harapannya kita semua dapat memberi solusi ke depannya, mengevaluasi permasalahan-permasalahan yang ada dan bergerak bersama-sama, agar kita semua memiliki pandangan yang sama", demikian yang disampaikan Luthfi Aditya Mas'ud untuk membuka diskusi.
Deni Eko, dari Biro AAi FEB UNS membuka diskusi sarasehan ini. Menurutnya, sebagai organisasi Islam perlu untuk menyamakan persepsi. "Kita bareng-bareng bersinergi agar dapat membangun FEB lebih baik".
Hafid Tamimi, Ketua Umum BPPI FEB UNS 2014, memaparkan bahwa organisasi kita meskipun terlihat berbeda-beda, tetapi memiliki satu 'topeng' yang sama yaitu Islam.
"Kita berada di Fakultas Ekonomi berusaha bersinergi untuk mencerdaskan ekonom yang sholih, dan mensholihkan ekonom yang cerdas". Menurutnya, tiga organisasi ini berada di atas jalan yang sama, sedang membangun jalan yang sama, dan memiliki tujuan yang sama.
"Bahkan kita berasal dari rahim yang sama, yaitu dakwah", lanjut mahasiswa dari jurusan Akuntansi ini. "Ingatlah kita adalah saudara".
Presiden KEI, Fahmi Setyadi, berpendapat bahwa kita memang masih berada di jalan yang sama. "KEI bergerak di ranah dakwah, ukhuwah, dan ilmiah. Di sini kami bermaksud untuk menyampaikan ekonomi Islam agar dapat dilogikakan masyarakat umum".
Menurutnya, ada karakter dalam KEI yang dibangun. Yaitu karakter kokoh dan mandiri. "Kokoh berarti memiliki kekuatan, kematangan, dan kedewasaan secara ruhiyah. Mandiri artinya mampu mengembangkan diri", demikian penjelasan dipaparkan.
"Fanatisme kita terhadap golongan haruslah dihapus. Kita harus tetap satu bingkai dalam Islam. Biro AAI bukan Islam, BPPI bukanlah Islam, KEI bukanlah Islam", lanjutnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan membentuk forum diskusi untuk saling bebagi capaian-capaian organisasi. Diskusi ini juga untuk mencari solusi apa yang dapat diaplikasikan, guna memecahkan masalah dakwah di FEB UNS. (aryo)
0 comments :
Posting Komentar