Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selalu seperti itu roda perputaran waktu di alam semesta ini. Perubahan hanya menjadi lorong waktu yang tiada nilai yang di dapatkan. Perubahan hanya sebatas fenomena yang menghilang begitu saja. Padahal waktu demi waktu adalah momentum luar biasa yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya untuk melakukan sesuatu yang berharga. Bahkan satu hari adalah kenikmatan yang patut untuk kita syukuri.
Rasulullah bersabda:
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan
waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”
Jika kita melihat masa-masa kejayaan Islam, sungguh waktu itu menunjukkan periodisasi kejayaan demi kejayaan umat Islam ketika itu. Begitupun dengan momentum 1 Muharram. Muharram (Ù…ØرّÙ…) adalah bulan pertama tahun penanggalan Islam,
Hijriyah. Ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar ibnu al-Khattab
atas saran dari menantu suci Rasulullah SAWW, yakni Imam Ali bin Abi
Thalib karamalLahu wajhahu. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar,
pernah beliau mengutarakan gagasannya mengenai perlunya menetapkan
kalender Isalam yang akan dipakai sebagai penenggalan dalam urusan
administrasi masa kekhalifahannya,dan sebagai kebutuhan kaum muslimin,
pada masa itu penanggalan yang dipakai kaum Muslimin berbeda-beda, ada
yang memakai tahun gajah, dimana pada tahun itu terjadi penyerangan dari
balatentara Abrahah dari negeri Yanan untuk menyerang Ka’bah, yang
kemudian niatnya digagalkan Allah Yang Maha Esa. Dan di tahun itu pula
lahirnya nabi Muhammad saw dan ada pula yang pemakaian tanggal
didasarkan kepada hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
Untuk menetapkan kalender Islam ini, dicari momertum yang sangat
tepat untuk dijadikan patokan sebagai awal permulaan Tahun Baru Islam.
Maka Khalifah Umar ini mengadakan musyawarah yang dihadiri oleh
pemuka-pemuka agama, dan pembesar-pembesar muslim. Di dalam pertemuan
itu ada beberapa momentum penting yang diusulkan sebagai dasar penetapan
pada tahun baru islam, dan momentum-momentum itu antara lain:
1. Dihitung dari hari kelahiran Nabi Muhammad
2. Dihitung dari wafatnya Rasulallah saw.
3. Dititung dari hari Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira yang merupakan awal tugas kenabiannya.
4. Dimulai dari tanggal dan bulan Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.
2. Dihitung dari wafatnya Rasulallah saw.
3. Dititung dari hari Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira yang merupakan awal tugas kenabiannya.
4. Dimulai dari tanggal dan bulan Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.
Momentum 1 Muharram ini menjadi momentum besar perjuangan untuk meluaskan nilai-nilai Islam seantero Arab dan sekitarnya. Di dalam kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab ini menjadi tonggak sejarah berdirinya sebuah khilafah Islamiyah yang wilayahnya sudah sangat luas. Artinya adalah momentum 1 Muharram ini adalah tanda sebuah perubahan besar menuju kejayaan Islam.
Maka dengan bergantinya tahun, dari 1435 H menjadi 1436 H, kiranya kita menyadari bahwa waktu adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Bisa jadi Allah mencabut nyawa kita sebelum kita melakukan amalan sholih. Naudzubillah. Maka pergunakan waktu itu untuk sepenuhnya mencari ridho Allah dan senantiasa kita menteladani kisah-kisah para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in, serta para ulama yang telah menggoreskan tinta emas kejayaan.
0 comments :
Posting Komentar