Thalut. Melalui Qs. al-Baqarah [2]: 247, Allah SWT menceritakan penolakan Bani
Israil atas penunjukan Thalut sebagai pemimpin, karena ia dinilai
berasal dari keluarga miskin dan bukan darah biru. Cara pandang umat
saat itu (dan bahkan saat ini), masih melihat seseorang dari aspek
“harta” dan “keturunan”nya. Keduanya acapkali dianggap penentu sukses
kepemimpinan seseorang, dan karenanya lebih dipentingkan dari karakter
kepemimpinan itu sendiri.
Kalau menilik lebih mendalam, keberadaan Thalut merupakan model pemimpin yang given dari Allah SWT. Allah berfirman:
"Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu." (Q.S Al-Baqarah : 247)
Menurut al-Thabari, berdasarkan riwayat Qatadah, Thalut adalah keturunan
Bunyamin, kelompok yang tidak memiliki darah kenabian dan kerajaan.
Dalam tradisi Bani Israil, seorang pemimpin harus muncul dari latar
belakang keturunan nabi dan raja (sabt nubuwwah wa sabt mamlakah). Itu
sebabnya, ketika dua syarat ini tak terpenuhi, mereka lantas menolaknya.
Dan Thalut, ditakdirkan bukan dari kelompok ini. Bani Israel pun
ramai-ramai menolaknya. Mereka heran, kenapa orang “tak berharga”
seperti Thalut justru dikirim sebagai pemimpin mereka.
Sesungguhnya, di balik “kekurangan”nya itu, Allah SWT memberi Thalut kelebihan berupa keunggulan intelektual dan tubuh yang perkasa (basthah fi al-‘ilm wa al-jism). (Qs. al-Baqarah [2]: 247). Diceritakan al-Thabari misalnya, Thalut mendapat karunia wahyu dari Allah SWT dan memiliki ukuran tubuh tinggi-besar, ukuran yang tidak pernah dimiliki orang pada masa itu. Inilah kelebihan Thalut; berwawasan luas sebagai prasyarakat manajerial kepemimpinannya dan berfisik tangguh sebagai prasyarat keperwiraannya sekaligus simbol keberanian dan ketegasannya. Dalam kokteks Thalut, ketangguhan fisik ini tak lain untuk mengalahkan Raja Jalut yang tiran dan represif pada rakyatnya.
Sesungguhnya, di balik “kekurangan”nya itu, Allah SWT memberi Thalut kelebihan berupa keunggulan intelektual dan tubuh yang perkasa (basthah fi al-‘ilm wa al-jism). (Qs. al-Baqarah [2]: 247). Diceritakan al-Thabari misalnya, Thalut mendapat karunia wahyu dari Allah SWT dan memiliki ukuran tubuh tinggi-besar, ukuran yang tidak pernah dimiliki orang pada masa itu. Inilah kelebihan Thalut; berwawasan luas sebagai prasyarakat manajerial kepemimpinannya dan berfisik tangguh sebagai prasyarat keperwiraannya sekaligus simbol keberanian dan ketegasannya. Dalam kokteks Thalut, ketangguhan fisik ini tak lain untuk mengalahkan Raja Jalut yang tiran dan represif pada rakyatnya.
Hanya saja karena Thalut tidak berada dalam proses kerajaan sehingga Bani Israil menolak, meskipun Allah sudah menjadikan Thalut sebagai pemimpin. Model kepemimpinan yang given (diberikan) Allah memiliki keunggulan, yaitu kharisma pribadi, ilmu, dan fisik yang mumpuni.
Kemudian yang kedua adalah model kepemimpinan yang muncul sebagai akibat dari proses menempa potensi. Konteks ini bisa terjadi dalam sebuah proses kelembagaan. Biasanya pada model ini pribadi lebih bersifat pendiam dan tidak menonjol, namun ketika sudah melalui proses dan mendapatkan amanah yang lebih tinggi, model kepemimpinan ini akan beranjak naik. Pada awalnya mereka lebih merasa bimbang dalam membuat keputusan, namun proses yang dilewati akan membuatnya semakin berani.
sumber: http://nuhamaarif.blogspot.com/2008/09/pemimpin-berkarakter-thalut.html
0 comments :
Posting Komentar