Alhamdulillah masih diberikan banyak kenikmatan oleh Allah. Baiklah dalam edisi 3 Ramadhan kali ini, kita akan mengkaji tentang problematika seseorang yang ingin berdakwah. Adakalanya kita dibenturkan pada permasalahan sudah pantaskah kita berdakwah?? Kita mulai dengan melihat Q.S Ali-Imran ayat 104:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung."
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada
segolongan orang dari kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan
tersebut, sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu
dari umat ini.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim
dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda : “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia
mencegahnya dengan tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya.
Dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah
selemah-lemah iman.”
Di dalam riwayat lain disebutkan : “Dan tiadalah dibelakang itu (selain dari itu) iman barang
seberat biji sawi pun.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja’far, telah
menceritakan kepadaku Amr ibnu Amu Amr, dari jarullah ibnu Abdur Rahman
Al-Asyhal, dari Hudzhaifah ibnu Yaman, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda :
“Demi Tuhan yang
jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian benar-benar harus
memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau
hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian siksa dari sisi-Nya,
kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa
kalian tidak diperkenankan.”
Nah dari penjelasan singkat ini sudah jelas menggambarkan bahwa Allah mewajibkan kita sebagai hamba-Nya untuk berdakwah. Namun pertanyaan kemudian muncul adalah apakah boleh kita berdakwah sedangkan kita masih belum sempurna?? Baiklah kita akan melihat bahwa derajat kesempurnaan itu sangatlah susah dan sebagaimana kita mengetahui bahwa manusia itu tempatnya salah dan lupa.
Mungkin ada dua hal yang banyak dipermasalahkan terkait ketidaksempurnaan, yaitu ilmu dan sikap/sifat. Kita lihat hadits Rasulullah:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Ketika kita menguasai bahkan hanya satu ayat maka sampaikanlah. Kita berdakwah sambil menuntut ilmu. Jadi alasan tidak memiliki ilmu hanyalah alasan yang dibuat-buat agar menghindar dari tugas berdakwah.
Kedua adalah karena alasan sikap/sifat. Jika ditanya seperti ini, "Maukah engkau jadi pengisi kultum ramadhan atau mentor?" Ia menjawab, "Saya? Dengan masa lalu yang kelam dan penuh dengan tindakan kriminal anda menyuruh saya menjadi penceramah? Tidak. Carilah orang lain." Jawaban ini menunjukkan bahwa dia ingin membenturkan dirinya pada masa lalunya yang negatif sehingga komitmen untuk berdakwah akhirnya luntur karena alasan yang dibuat-buat. Maka marilah kita melihat kisah sahabat Rasulullah, yaitu Umar bin Khattab. Betapa beliau dahulunya adalah penyembah berhala, penentang Islam, bahkan sudah mengambil pedang dan ingin membunuh Rasulullah, beliau tetap menempati posisi sahabat yang mulia. Dan bahkan beliau dipercaya menjadi pemimpin umat.
Maka, marilah kita memulai diri untuk bisa menebar kebaikan, sehingga kita tergolong ke dalam hamba-Nya yang beruntung. Dan momentum bulan Ramadhan ini adalah saatnya kita belajar menjadi manusia yang bermanfaat kepada manusia yang lain dan menjadikan diri kita sebagai hamba yang senantiasa bersyukur.
0 comments :
Posting Komentar