Gimana sih kita berinteraksi dengan temen yang berbeda
agama dengan kita? Menganggap semua agama itu sama? Ataukah malah justru
bersikap garang terhadap mereka yang berbeda keyakinan?
Bagaimana Islam mengajarkan seorang muslim bersikap terhadap mereka yang non-muslim?
Berbuat Adil Pada Siapapun
Islam nggak menghendaki umatnya melakukan perusakan,
termasuk terhadap non-muslim sekalipun. Islam menyuruh berbuat adil terhadap
siapapun.
“…Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa…“ {QS. Al-Maidah
(05) : 8}
Di
zaman Nabi, seorang muslim mencuri tetapi barang curiannya ditaruh di rumah
seorang Yahudi sehingga Yahudi tersebut yang dituduh. Tapi pada akhirnya Nabi
membela Yahudi tersebut karena memang Yahudi tersebut tak bersalah.
Islam
juga menyuruh umatnya berbuat baik kepada siapapun. Nabi s’aw dulu sering
diludahi wanita tua Yahudi. Tapi saat wanita itu sakit, justru Nabi s’aw yang
pertama kali menjenguknya. Hal ini menjadikan wanita itu mengikrarkan syahadat.
Palestina
termasuk kota Yerusalem dulunya berkali-kali mengalami peristiwa pembantaian
dan pengusiran setiap pergantian kekuasaan. Tetapi saat Islam di bawah pimpinan
‘Umar ibn Khaththab r’a menaklukan kota Yerusalem, tidak ada pembantaian. Umat
Nasrani yang sebelumnya tinggal di situ diperbolehkan tinggal dan keamanan
jiwa, harta, dan agama mereka dijamin.
Dinasti
Islam Mughal telah berkuasa di India selama dua abad. Saat itu, umat Hindhu
yang mayoritas tidak mempermasalahkannya dan bisa hidup berdampingan dengan
umat Islam. Hal ini karena Islam menjunjung toleransi.
Hal
ini menjadi bukti bahwa ajaran Islam sangat bertoleransi terhadap pemeluk agama
lain.
Tapi
Ada Batasnya
Walaupun
begitu, Islam juga nggak membenarkan toleransi mutlak dan pernyataan bahwa
semua agama. Dalam masalah akidah, kita sebagai kaum muslimin harus mengimani
bahwa hanyalah Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT dan nggak boleh meyakini bahwa semua
agama itu sama. Hal ini sudah termaktub dalam surah Ali ‘Imran ayat 91, “Sesungguhnya agama (yang
diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…”
Islam
juga membatasi kaum muslimin dalam berinteraksi dengan non-muslim terkait
masalah agama dan ibadah. Kita tidak diperkenankan berpartisipasi dalam hari
raya mereka, bahkan dalam taraf paling kecil sekalipun, termasuk memberi ucapan
selamat hari raya. Hal ini karena menyangkut masalah paling prinsipil. Misal,
umat Nasrani percaya bahwa Nabi ‘Isa ‘as (Yesus) adalah anak Tuhan, bahkan
Tuhan itu sendiri. Padahal Islam membantah dengan keras bahwa Allah SWT
memiliki anak. {Al-Maidah : 72-73, At-Taubah : 30, Al-Kahfi : 4-5, Maryam :
88-92, Al-Ikhlas : 3}
Dan
yang menjadi renungan adalah firman Allah SWT yang diabadikan dalam surah Al-Baqarah
ayat 120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah,
‘Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.’”
Memang
nggak semua non-muslim seperti itu, tapi kebencian mereka terhadap kaum
muslimin bukan isapan jempol belaka. Sejak zaman Rasulullah s’aw, perang Salib
yang berlangsung sekitar 2 abad, pelarangan jilbab dan adzan di berbagai negara
non-muslim, film Fitna, pembuatan karikatur Nabi, dan pembakaran Al-Qur’an di
Amerika beberapa saat lalu menjadi bukti nyata kebencian mereka.
Tapi
bukan berarti kita juga balas melakukan perbuatan serupa dan menyakiti
non-muslim di sekitar kita dengan alasan membela Islam. Sudah dijelaskan
sebelumnya khan mengenai toleransi dalam Islam.
JADI…
Boleh
saja kita berinteraksi dan membantu non-muslim dalam masalah yang sifatnya yang
bersifat sosial. Islam juga memerintahkan berbuat baik pada siapa saja tanpa
pandang agama, ras, suku, dan bangsa. Tapi dalam masalah akidah, agama, dan
kepercayaan, kita tidak boleh membantu non-muslim dalam taraf paling kecil
sekalipun, seperti memberi ucapan selamat hari raya, dan semacamnya.
Jadi,
jangan berlebihan di satu sisi. Tempatkan permasalahan secara bijak dan
proporsional. Oke..
0 comments :
Posting Komentar