Apakah masih ada Taurat, Zabur, dan
Injil yang murni? Apakah kitab suci umat Kristen sekarang adalah Injil? Bagaimana
pandangan kitab-kitab suci tersebut dalam Al-Qur’an?
Kitab Suci dalam
Perspektif Islam
Dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa Allah Ta'ala juga telah menurunkan kitab suci kepada umat tertentu sebelum masa Nabi Muhammad shallallahu 'alaih wa salam.
Sebelum Al-Qur’an, kitab suci
terakhir, diturunkan secara berangsur kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an juga telah menegaskan akan
kitab suci yang turun sebelumnya. Kitab suci ini diturunkan oleh nabi tertentu
untuk pedoman kaumnya masing-masing.
At-Taurat
Kitab suci ini diturunkan kepada
Nabi Musa dan Harun ‘alaihimas-salam.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara
orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang
alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan
memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.” {QS. Al-Maidah: 55}
Kitab suci ini diturunkan sebagai
pedoman hidup bagi Bani Israil (anak cucu Nabi Ya’qub ‘alaih as-salam) sampai dengan masa tertentu. Diturunkan pasca
penyeberangan Bani Israil dari kejaran Fir’aun dan pasukannya saat Nabi Musa ‘alaih as-salam bermunajat di Thur
(Bukit) Sina.
Sebagai pedoman, kitab suci Taurat
juga berisikan hukum halal-haram, makanan yang boleh dimakan, mengkuduskan hari
Sabbat (Sabtu), puasa, dan sebagainya. Namun yang paling fundamental, kitab
suci Taurat berisikan seruan untuk mengesakan Allah.
Zabur
Kitab suci ini diturunkan kepada
Dawud ‘alaih as-salam, seorang Nabi
dan Raja dari Kerajaan Israil Kuno.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami
berikan Zabur kepada Dawud.” {QS. An-Nisaa’: 163}
Zabur tidak berisikan hukum halal
haram, tetapi berisikan syair dan pujian kepada Allah Ta’ala. Pada masa Nabi Dawud ‘alaih
as-salam, pedoman hidup Bani Israil tetaplah Taurat Musa.
Al-Injil
Kitab suci Injil diturunkan kepada
Nabi ‘Isa ‘alaih as-salam. Beliau
adalah nabi yang lahir tanpa campur tangan laki-laki, juga merupakan nabi
terakhir dari kalangan Bani Israil.
Allah Yang Maha Tunggal berfirman, “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi
Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya,
yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang
didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” {QS. Al Ma-idah (5): 46}
Injil diturunkan untuk pedoman bagi
Bani Israil dan menyempurnakan Taurat Nabi Musa ‘alaih as-salam. Sama seperti kitab suci terdahulu, inti dari
ajaran kitab suci Injil adalah mengajak untuk menyembah kepada Allah Yang Maha
Tunggal.
Kitab
Kristen dan Yahudi
Lantas, apakah kitab suci yang
dipakai umat Kristen dan Yahudi sekarang itu sama dengan kitab suci yang
diyakini umat Islam?? Untuk menjawabnya, kita telaah dulu kitab suci mereka.
Alkitab atau Bible. Itulah sebutan
umat Kristen untuk kitab suci mereka. Alkitab / Bible ini terdiri dari dua
bagian, Perjanjian Lama - PL (Old Testament) dan Perjanjian Baru - PB (New
Testament). Baik PL maupun PB dibagi menjadi beberapa kitab (semacam Surah
dalam Al-Qur’an). Tiap kitab dibagi menjadi beberapa pasal, dan tiap pasal
terdiri dari beberapa ayat.
Apa bedanya PL dan PB dan mengapa
pake istilah ‘perjanjian’? Lantas apa itu Injil menurut umat Kristen?
Disebut perjanjian karena menurut
kacamata Kristen, ini adalah bentuk Perjanjian antara Allah dengan manusia.
Perjanjian
Lama
ditulis sebelum masa Yesus (‘Isa ‘alaih
as-salam) dengan berlandaskan ilham dari Tuhan. Beberapa yang diyakini umat
Kristen sebagai penulis Perjanjian Lama adalah Musa (Islam: Nabi Musa ‘alaih as-salam), Ezra (Islam: ‘Uzair ‘alaih as-salam), Daniel (salah satu
Nabi dalam Kristen), Yesaya (Salah satu Nabi dalam Kristen), Daud (Islam: Dawud
‘alaih as-salam), Salomo (Islam:
Sulaiman ‘alaih as-salam), dan
lain-lain.
Isi Perjanjian Lama identik dengan
Tanakh, kitab suci Yahudi, hanya urutan kitabnya saja yang berbeda.
Tanakh, kitab suci Yahudi. Umat Kristen menyebutnya Perjanjian Lama.
Perjanjian Lama dibagi jadi tiga
bagian besar: Torat atau Taurat, Nevi’im, Ketuvim. Masing-masing bagian ini
terdiri dari beberapa kitab.
Torat
atau Taurat
dalam keyakinan Yahudi dan Kristen mengacu pada lima kitab dalam Perjanjian
Lama yang diyakini ditulis Musa.
Mazmur (yang sering
disamakan dengan ‘Zabur’ dalam Islam) merupakan salah satu kitab dalam
Perjanjian Lama. Kitab Mazmur berisikan banyak nyanyian yang mayoritas digubah
oleh Daud (Islam: Dawud ‘alaih as-salam).
Para pakar berpendapat bahwa buku ini digubah oleh berbagai pujangga (tak hanya Daud) dalam waktu yang lama
sekali, yaitu mulai zaman Musa
sampai setelah orang Israel kembali dari pembuangan ke Babel.
Sedang
Perjanjian Baru ditulis pasca
kelahiran Yesus (Islam: ‘Isa ‘alaih
as-salam). Dibagi jadi beberapa bagian: Injil (4 kitab), kitab sejarah (1
kitab), surat-surat Paulus (13 kitab), surat-surat non-Paulus (8 kitab), dan
kitab Wahyu (1 kitab).
Injil
dalam kacamata Kristen merupakan empat kitab pertama dalam Perjanjian Baru,
yaitu Markus, Matius, Lukas, Yohanes. Namanya disesuaikan dengan nama penulisnya.
Walaupun
begitu, sebenarnya banyak Injil lain yang ditulis, tetapi tidak dimasukkan ke
dalam bagian Perjanjian Baru, yang disebut Injil Apokrif. Beberapa injil
Apokrif dianggap sebagai bid’ah dan memuat ajaran menyimpang oleh gereja.
Beberapa yang termasuk Injil Apokrif adalah Injil Barnabas, Injil Thomas, Injil
Maria Magdalena, dan Injil Yudas.
Kitab Suci = Kitab Suci?
Dari
pemaparan singkat tadi, dan juga beberapa kajian mendalam terhadap kitab umat
Kristen dan Yahudi maupun terhadap kitab suci Al-Qur’an, kita dapat mengambil
beberapa kesimpulan.
Pertama. Dari segi definisi, kitab suci yang
diyakini umat Islam berbeda dengan yang diyakini umat Yahudi dan Kristen.
Misal, keyakinan tentang Injil.
Dalam Islam, Injil adalah kitab suci yang diturunkan pada Nabi ‘Isa ‘alaih as-salam untuk pedoman hidup Bani
Israil. Dalam literature Kristen, Injil ditulis oleh orang lain pasca ‘Isa ‘alaih as-salam tiada, beberapa diyakini
murid beliau yang menulis.
Bible atau Alkitab. Kitab suci umat Kristen.
Kedua. Banyak umat Muslim yang meyakini
bahwa kitab suci Kristen adalah Injil. Padahal itu kurang tepat, ditinjau dari
kacamata Islam maupun Kristen.
Dalam kacamata Islam, Injil yang ada
sekarang bukanlah Injil yang diturunkan pada ‘Isa ‘alaih as-salam seperti yang telah dijelaskan dalam poin sebelumnya.
Sedang dari kacamata Kristen, ini
juga kurang tepat. Injil adalah bagian dari kitab suci Kristen. Bila dibuat
permisalan seperti mengatakan “kitab suci umat Islam adalah Al-Fatihah” adalah
kurang tepat. Karena Al-Fatihah adalah “bagian dari kitab suci”, bukan kitab
suci tersendiri.
Ketiga. Allah Ta’ala melalui Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir telah
menyatakan bahwa kitab suci terdahulu telah diubah oleh orang-orang tak
bertanggung jawab sehingga isinya bercampur antara kebenaran dan kebatilan.
Umat Yahudi juga meyakini akan adanya beberapa perubahan dalam kitab suci,
tetapi hal itu dianggap sebagai ‘penyempurnaan’.
Berfirman Allah Yang Maha
Mengetahui, “Dan mereka tidak memuliakan
Allah dengan kemuliaan yang semestinya saat mereka berkata,’Allah tidak
menurunkan sesuatu pun kepada manusia.’ Jawablah (ya Muhammad),’Siapakah yang
menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk
bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang
bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian
besarnya, padahal telah diajarkan apa yang kamu dan bapak-bapak kamu belum
ketahui.’ Katakanlah,’Allah (telah menurunkannya)’. Kemudian biarkanlah mereka
bermain-main dalam kesesatannya.” {QS. Al-An’am (06) : 91}
Keempat. Kitab suci terdahulu hanya untuk
umat dan masa tertentu saja. Sedangkan Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia
sampai hari kiamat dan terjaga dari pengubahan isi seperti kitab suci terdahulu.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." {QS. Al-Hijr (15): 9}
Kelima. Mengimani kitab suci sebelum Al-Qur’an
dengan cara mengimani bahwa Allah Ta’ala
memang benar-benar menurunkan kitab suci sebelum Al-Qur’an untuk pedoman suatu
umat dan pada masa tertentu, bukan dengan mengamalkan isinya. Hal ini
dikarenakan selain kitab suci tersebut semuanya telah disempurnakan oleh Al-Qur’an,
isinya juga sudah tidak murni firman Allah ‘Azza
wa Jalla lagi.
Al-Qur'an sebagai "batu ujian" terhadap kitab sebelumnya, sebagai ukuran standard benar tidaknya ayat-ayat diturunkan pada kitab sebelumnya mengingat kitab terdahulu sudah tidak murni firman Allah Ta'ala
Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” {QS. Al Ma-idah (5): 48}
Apa fungsinya membahas masalah ini? Bukannya ini seolah memecah belah persatuan bangsa?
Tentu tidak. Dengan mengetahui permasalahan ini, kita jadi mengetahui mana batas-batas yang harusnya kita jaga, sehingga nggak akan terjadi sinkretisme atau pencampuradukan agama, sehingga aqidah kita nggak akan tercampuri dengan hal-hal yang nggak semestinya, seperti bercampur dengan kepercayaan agama lain yang sangat bertolak belakang dengan agama kita.
Apa fungsinya membahas masalah ini? Bukannya ini seolah memecah belah persatuan bangsa?
Tentu tidak. Dengan mengetahui permasalahan ini, kita jadi mengetahui mana batas-batas yang harusnya kita jaga, sehingga nggak akan terjadi sinkretisme atau pencampuradukan agama, sehingga aqidah kita nggak akan tercampuri dengan hal-hal yang nggak semestinya, seperti bercampur dengan kepercayaan agama lain yang sangat bertolak belakang dengan agama kita.
"Katakanlah, 'Hai orang-orang kafir.
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang kamu sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, untukku agamaku.'"
{QS. Al-Kafirun (109)}
0 comments :
Posting Komentar