Muslim in Discrimination
Etnis Muslim Rohingnya, Arakan masih mengalami
penderitaan berkepanjangan.
Dr. Heru Susetyo dari Pusat Informasi dan Advokasi
Rohingya-Arakan (PIARA) dalam diskusi publik bertema, “Muslim Rohingya: Lukamu
adalah Luka Kami Semua”, di Universitas Indonesia, Senin (23/7) menyampaikan
bahwa duka Muslim etnis Rohingnya sebenarnya sudah berlangsung lama. Meski
Myanmar merdeka pada tahun 1948, sejatinya Muslim Arakan belum sempat merasakan
manisnya kebebasan. Ketika rezim Militer berkuasa tahun 1988, intensitas
penindasan terus meningkat terhadap mereka. Walau hidup dalam penindasan,
mereka memiliki semangat Islam luar biasa.
“Saya pernah
melihat tempat pengungsian mereka di Thailand, di sana anak-anak mereka belajar
mengaji,” tandas Dr. Heru.
Organisasi HAM yang berbasis di New York, Human Right Watch (HRW) melaporkan, yang
dilansir kantor berita AFB, Rabu (1/8), bahwa pasukan keamanan Myanmar telah
menembaki warga Muslim Rohingya, melakukan pemerkosaan, dan berdiam diri ketika
massa Rohingya dan Budha saling serang dalam serangkaian kekerasan sectarian
belum lama ini. Laporan setebal 56 halaman itu didasarkan atas 57 wawancara
dengan warga etnis Budha Rakhine dan Muslim Rohingya di Arakan untuk mencari
fakta dan membuktikan janji pemerintahan baru Myanmar yang mengklaim menjunjung
tinggi HAM.
Pemerintah Myanmar melaporkan 77 orang tewas dan 109 terluka. Namun media
lain, termasuk Press TV Iran
melaporkan bahwa korban tewas telah mencapai 600 orang.
Peristiwa berdarah ini menjadikan banyak muslim
Rohingya mengungsi ke berbagai negara luar, salah satunya negara Bangladesh
yang berada tepat di sebelah barat Myanmar. Namun kemudian Bangladesh mengeluarkan
kebijakan berupa perintah pemberhentian pemberian bantuan bagi pengungsi
Rohingya yang dilakukan tiga badan amal internasional, yaitu Doctors without
Borders (MSF) dari Prancis, Action Againts Hunger (ASF) dan Muslim Aid UK dari
Inggris.
Dilansir AFP, Kamis (2/8), Joynul Bari yang merupakan
salah seorang pejabat pemerintahan berkata, “Badan-badan
amal tersebut telah memberikan bantuan secara illegal bagi puluhan ribu
pengungsi Rohingya yang tak memiliki surat-surat. Kami meminta mereka untuk
menghentikan semua proyek mereka di Cox’s Bazaar (distrik di Bangladesh yang
didiami paling banyak pengungsi dari Rohingya -red) menyusul perintah dari Biro
Urusan NGO.”
Sumber : Surat Harian JogloSemar
Baca Juga :
China Larang Muslim Puasa
Islam dan Pengekangan di Ethiopia
Sumber : Surat Harian JogloSemar
Baca Juga :
China Larang Muslim Puasa
Islam dan Pengekangan di Ethiopia
0 comments :
Posting Komentar