23 Sep 2013

Maladewa, Pesona Islam yang Terlupa



Saat membicarakan negara dan Islam di masa modern, pikiran kita mungkin akan menuju ke sekumpulan negara di kawasan Timur Tengah. Bisa jadi kita juga mengarahkan pikiran ke Indonesia, negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Bisa juga ke negara tetangga kita, Malaysia dan Brunei Darussalam. Namun, banyak yang belum mengenal Maladewa (Maldives).

 Letak Negara Maladewa (Maldives)

Di Maladewa, Islam begitu penting. Itu sebabnya, jangan heran jika setiap hari Jumat juga begitu penting di Maladewa. Itu sebabnya pula, sariatu—hukum-hukum syariah di Dhivehi juga sangat penting. Itu sebabnya pula di Maladewa, mulai dari presiden, jaksa agung, departemen dalam negeri, dan majelis-majlis begitu penting.



Maladewa, Sebuah Pengantar

Maladewa adalah negara kepulauan di selatan India. Dengan luas wilayah sekitar 286 km persegi, menjadikan negara yang beribukota di Male ini menjadi negara dengan luas wilayah paling kecil di Benua Asia.

Tinggi rata-rata permukaan tanah di Maladewa adalah 1.5 meter di atas permukaan laut, hal ini menjadikannya negara dengan permukaan terendah di seluruh dunia. Puncak tertinggi Maladewa hanya 2.3 meter di atas permukaan laut sehingga negara ini juga dikenal sebagai negara yang memiliki puncak tertinggi paling rendah di dunia.

Keadaan ekonomi Maladewa bergantung pada dua sektor utama, yaitu pariwisata dan perikanan. Negara ini sangat dikenal memiliki banyak pantai yang indah dan pemandangan bawah laut yang menarik ± 700.000 turis setiap tahunnya. Penangkapan dan pengolahan ikan menjadikan Maladewa salah satu ekportir ikan ke beberapa negara Asia dan Eropa.

Nama Maladewa mungkin berasal dari bahasa Sanskerta mālā (untaian/kalungan) dan dvīpa (pulau), atau Maala Divaina ("Untaian Pulau-pulau") dalam bahasa Sinhala. Orang Maladewa disebut Dhivehin.


Pesona Islam Asia Selatan yang Terlupa

Di pulau itu, masjid atau lebih dikenal sebagai miski, menjadi simbol penting pusat Islam dipraktikkan. Setiap hari Jumat, toko dan kantor di kota-kota dan desa sudah tutup sekitar pukul 11 pagi.

Selalu ada masjid di beberapa pelosok Maladewa. Kebanyakan bangunan masjid dicat putih dan terbuat dari batu karang dengan menggunakan seng atau jerami sebagai atapnya.

Di Malé, Islamic Center dan Masjid Besar yang dibangun pada tahun 1984 dengan dana dari negara-negara Teluk Persia, Pakistan, Brunei, dan Malaysia, berdiri elegan. Pada awal tahun 1991 saja, Maladewa sudah memiliki total 725 masjid dan 266 masjid berbeda untuk perempuan.

Di Maladewa, lima belas menit sebelum adzan, semua toko dan kantor tutup. Selama bulan Ramadan, semua kafe dan rumah makan juga tutup, dan hanya buka menjelang waktu berbuka dan pada pada malam hari.

Namun suasana Maladewa yang seperti itu selama ini selalu terisolasi. Dunia tak banyak mengetahui, dan Maladewa seolah terisolasi dari pusat sejarah Islam di Timur Tengah dan Asia. Justru yang paling banyak diberitakan adalah tentang pesona kawasan ini yang banyak menarik minat para selebriti dunia.

Justru menonjol dalam pemberitaan tentang Maladewa adalah nuansa magis dan klenik. Padahal di pulau ini misalnya sekitar dua tahun yang lalu, Rifdha Mohammed Rasheed mengikuti kontes hafalan Quran. Rifda, bocah perempuan 10 tahun, ini sudah hafal Al-Quran seluruhnya, dan anak-anak seperti Rifdha di Maladewa, walau tidak hafal Al Quran seluruhnya, mulai banyak bermunculan. Sebagai catatan, kisah Rifdha dalam mengikuti kontes hafalan Al Quran di Mesir sudah difilmkan dalam film berjudul Koran by Heart.

Populasi Maladewa sendiri terbilang sedikit (sekitar 400,000 jiwa) dan ukuran kawasannya pun terbilang kecil (hanya sekitar dua kali lebih besar daripada Washington).

Pada tahun 2008, pemerintahan Maladewa menyusun sebuah undang-undang bahwa non-Muslim tidak boleh menjadi warga negara Maladewa.

Maladewa adalah negara dengan dataran paling rendah di dunia ini, hanya 2,3 meter dari permukaan laut. Kecuali kelapa, di Maladewa hampir tidak ada lagi buah-buahan lain yang tumbuh subur. Hasil alam yang paling menonjol adalah produksi ikan tuna mereka yang disediakan oleh laut. Dan keindahan alam Maladewa sudah tidak asing dalam menarik para wisatawan mancanegara.

Penduduk Maladewa sendiri kebanyakan imigran dari Sri Lanka. Awalnya, mereka lebih banyak penganut Hindu, namun kemudian penguasa Maladewa, dari waktu ke waktu mengharuskan siapapun yang ingin tinggal di Maladewa menganut Islam yang sangat dominan akan Sunni-nya. Walaupun Maladewa berjalan dalam kepemimpinan Islam sejak tahun 1153 sampai 1968, namun mereka dikuasai oleh protektorat Inggris dari 1887 sampai merdeka pada tanggal 25 Juli 1965.


Sumber:
http://id.wikipedia.org

0 comments :

Posting Komentar