7 Apr 2013

Telanjang Dada vs. Berjilbab



Sekelompok aktivis perempuan menggelar aksi unjuk rasa di depan Masjid dan kedutaan Tunisia di sejumlah negara Eropa, Kamis (4/4). Parahnya, dalam unjuk rasa bertajuk "International Topless Jihad Day" itu mereka bertelanjang dada.

 Aktivis FEMEN berunjuk rasa di depan Masjid menentang Islam

Pengunjuk rasa yang berasal dari kelompok perempuan Ukraina bernama FEMEN itu mengklaim aksinya sebagai bentuk dukungan terhadap seorang aktivis di Tunisia, Amina Tyler. Beberapa waktu lalu, Tyler memicu skandal setelah memposting fotonya tanpa busana. Demonstran juga mengklaim tengah melakukan perlawanan atas penindasan Islam terhadap hak-hak perempuan di Arab.

Republika mencatat, demonstrasi tanpa baju itu digelar di sejumlah ibu kota negara Eropa seperti Berlin, Kiev dan Paris. Mereka melukis tubuh dengan kata-kata seperti "Bare breasts against Islamism".


"Kita bebas, kita bisa tanpa busana, itu adalah hak kita, ini adalah tubuh kita, aturan kita, tidak ada seorang pun yang bisa menggunakan alasan agama atau hal suci lainnya untuk menindas mereka (wanita)," ujar salah seorang peserta aksi, Alexandra Shevchenko saat menggelar aksi di depan sebuah masjid di Berlin, seperti dikutip dari al-arabiya, Jumat (5/4).


Kampanye Telanjang Dada vs. Kampanye Jilbab

Menanggapi demonstrasi itu, muslimah di Eropa dan Amerika Serikat (AS) membalasnya dengan cara yang cukup menyita perhatian dunia. Mereka memperkenalkan jilbab via kampanye online.

Berbeda dengan kampanye jilbab sebelumnya, kampanye yan digagas Sofia Ahmed ini lebih masif dalam memanfaatkan jejaring sosial. Mereka unggah foto para jilbaber berikut komentar mereka tentang jilbab.

Muslimah Barat melawan kampanye telanjang dada dengan kampanye jilbab online

Sofia mengatakan, satu kebanggaan tersendiri ketika bisa menunjukan jati diri sebagai muslimah. Kebanggaan ini sekaligus menjadi jawaban kepada mereka yang ingin menelanjangi identitas seorang muslimah.

"Mari kita tunjukan kepada dunia, kami menyayangkan FEMEN dan kampanye mereka di Barat," kata Sofia, dikutip Aljazeera, Sabtu (6/4).

Respon luar biasa langsung diterima sejak kampanye jilbab itu digelar. Sebagian mereka menilai FEMEN tidak tahu apa yang dikenakan seorang muslim. Mereka juga tidak tahu apa yang mereka tidak bisa pakai.

"Saya sangat bahagia dan bangga mengenakan jilbab," komentar Noor Firdosi.

Tak hanya mendapat respon dari kalangan Muslimah, komentar juga datang dari kalangan non-muslim. "Sebagai warga AS, saya malu dengan apa yang dilakukan FEMEN. Saya berharap, ini membuat kita peduli dengan apa yang dikenakan muslimah," kata Melody Church seperti dikutip Republika.

Disadur dari http://www.bersamadakwah.com/

1 komentar :

  1. Pemikiran aneh, mereka(FEMEN) memang mulai gerah dengan gerakan Islam yang mulai masif di negara-negara barat, karena "nafsu" mereka bakal terhambat jika Islam sudah berjaya dan mendominasi nilai-nilai negara di Eropa

    BalasHapus