Yesus,
sebuah nama yang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat dunia pada umumnya.
Walau begitu, banyak terjadi perbedaan pandangan terhadap sosok yang berkiprah
di awal masehi ini.
Kaligrafi Arab 'Isa Al-Masih
Yesus di mata Yahudi
Umat
Yahudi tidak mengakui Yesus sebagai Messias atau Juru Selamat. Dalam pandangan
Yahudi, Messias haruslah seorang yang kuat layaknya Raja Daud (Nabi Dawud ‘as).
Tersalibnya Yesus di kayu salib menurut Yahudi menunjukkan kelemahannya
sehingga gelar Messias tak layak diatributkan padanya.
Semasa
hidup, Yesus sering berkonfrontasi dengan umat Yahudi. Hal ini diceritakan
dalam Perjanjian Baru (bagian dari kitab suci umat Kristiani). Para pemuka
Yahudi pernah berusaha menjebak Yesus agar terkesan membelot pada Kaisar Romawi
dengan cara menanyakan tentang perlunya menyumbang pajak. Sedangkan Yesus
sendiri sampai-sampai mencela para pemuka Yahudi dengan berbagai celaan,
seperti mengibaratkan mereka dengan ‘keturunan ular beludak’ dan ‘kuburan yang
dilabur putih’ lantaran kebekuan hati mereka.
Puncaknya, para pemuka Yahudi menghasut seorang hakim Romawi agar bersedia menyalibkan Yesus. Walaupun pada akhirnya sang hakim berlepas tangan, umat Yahudi tetap menyalibkan Yesus setelah sebelumnya disiksa dan diarak. Jalan yang dilalui Yesus saat diarak sebelum akhirnya disalibkan dikenal dengan Via Dolorosa. Gereja Makam Kudus (bahasa Latin: Sanctum Sepulchrum, bahasa Inggris: Church of the Holy Sepulchre) di Yerusalem diyakini umat Kristiani sebagai Golgota, tempat Yesus disalibkan.
Gerbang Gereja Makam Kudus
Lantaran
pandangan yang bertolak belakang mengenai Yesus, umat Yahudi lantas menerima berbagai
siksaan dan tekanan dari kerajaan-kerajaan Krisen Eropa beberapa abad pasca
peristiwa penyaliban. Umat Kristiani kala itu benar-benar menyalahkan umat
Yahudi yang telah lancang menyalib Yesus di kayu salib.
Yesus dalam Pandangan Kristiani
Silsilah
Walaupun
umat Kristiani percaya bahwa Yesus lahir dari rahim seorang perawan suci (Bunda
Maria), tetapi dalam Perjanjian Baru (kitab suci umat Kristiani) Yesus
disambungkan secara silsilah dengan Yusuf si tukang kayu, yang menurut
kepercayaan Kristiani merupakan tunangan dari Maria, hanya saja Yusuf belum
menikah dan hidup layaknya suami istri dengan Maria. Silsilah Yesus direkam
dalam Matius dan Lukas.
Namun, terdapat perbedaan dalam silsilah
Yesus antara versi Matius dan Lukas. Matius 1:6-16 menyebutkan silsilah antara
Yesus sampai Raja Daud (Nabi Dawud ‘as), “1:6 Isai memperanakkan raja Daud. Daud
memperanakkan Salomo dari isteri Uria, 1:7 Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam
memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, 1:8 Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan
Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, 1:9 Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan
Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, 1:10 Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye
memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, 1:11 Yosia memperanakkan Yekhonya dan
saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. 1:12 Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan
Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, 1:13 Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud
memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, 1:14 Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan
Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, 1:15 Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar
memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, 1:16 Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang
melahirkan Yesus yang disebut Kristus.“
Sedangkan silsilah Yesus sampai Raja Daud menurut
versi Lukas 3:23-31, “3:23 Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia
berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak
Yusuf, anak Eli, 3:24 anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai,
anak Yusuf, 3:25 anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli,
anak Nagai, 3:26 anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak
Yosekh, anak Yoda, 3:27 anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel,
anak Sealtiel, anak Neri, 3:28 anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak
Elmadam, anak Er, 3:29 anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak
Matat, anak Lewi, 3:30 anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak
Yonam, anak Elyakim, 3:31 anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan,
anak Daud.”
Penyaliban
Umat Kristiani percaya bahwa Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa
dosa turunan dan memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan
melalui pengorbanan di kayu salib. Dosa turunan adalah dosa yang diwariskan
oleh Nabi Adam dan Hawa karena mereka melanggar perintah-Nya agar menjauhi buah
terlarang di surga. Selain pada akhirnya Nabi Adam dan Hawa diusir dari surga,
dosa Adam dan Hawa yang memakan buah terlarang diwariskan kepada keturunan
mereka.
Kontroversi Status Yesus
Walaupun
ketuhanan merupakan dasar dari suatu agama dan Yesus merupakan tokoh sentral
dalam kepercayaan Kristiani, tapi sejarah mencatat bahwa masalah status Yesus
dalam Kristiani telah menjadi ajang perdebatan ramai antar sekte dalam
Kristiani bahkan terhitung sejak berabad silam di era awal Kristiani.
Konsili Nicea I
Konsili Nicea I, yang diselenggarakan di Nicaea, Bithynia
(sekarang Ä°znik di Turki), merupakan Konsili Ekumenis yang pertama dari Gereja Kristiani. Tujuan diadakannya konsili ini adalah untuk
menyelesaikan konflik pendapat mengenai status Yesus yang terjadi di Gereja
Aleksandria. Hasil utama
konsili ini adalah keseragaman
dalam doktrin Kristiani, yang disebut Kredo Nicea. Konsili
yang dilaksanakan pada tahun 325 ini dihimpunkan oleh Kaisar Romawi
Konstantinus Agung yang saat itu masih menjadi penyembah matahari.
Saat itu, terjadi perselisihan di tubuh
internal umat Kristiani mengenai status Yesus. St. Aleksander dari Aleksandria,
Athanasius, dan pengikutnya yang disebut kaum Homoousian berpandangan bahwa
Yesus memiliki substansi yang sama dengan Bapa, abadi bersama Sang Bapa. Pihak
Homoousian berpijak dengan Yohanes pasal 30 ayat 10 yang tersebut di sana bahwa
Yesus menyatakan, “Bapa dan Aku adalah
satu”.
Di sisi lain, Arius dan para pengikutnya yang
disebut kaum Arian berpandangan bahwa Sang Bapa (Allah) dan Sang Putera
(Yesus) itu berbeda. Sekalipun
mungkin Sang Putera adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, Yesus tetaplah suatu
ciptaan belaka.
Kaum Arian berlandaskan pada perkataan
Yesus pada Yohanes 14:28, “Bapa lebih
besar daripada Aku”.
Pada akhirnya, Konsili
Nicea I dimenangkan kaum Homoousian. Kaisar
menggenapi pernyataan awalnya, “Barang
siapa yang menolak kredo ini akan dihukum buang”. Arius, Theonas, dan Sekundus menolak menerima kredo
tersebut, dan oleh karena itu dibuang ke pengasingan, selain diekskomunikasi. Karya-karya tulis Arius diperintahkan untuk disita dan
dimusnahkan. Meskipun
demikian, kontroversi yang terlanjur marak itu terus berlanjut di berbagai
wilayah kekaisaran.
Tritunggal
atau Trinitas
Setelah Konsili Nicea, perdebatan mengenai pokok
ini terus berlangsung selama puluhan tahun. Mereka yang percaya bahwa Yesus
tidak setara dengan Allah bahkan mendapat angin lagi untuk beberapa waktu.
Namun belakangan, Kaisar Theodosius mengambil
keputusan menentang mereka. Ia meneguhkan kredo dari Konsili Nicea sebagai
standar untuk daerahnya dan mengadakan Konsili
Konstantinopel pada tahun 381 M untuk menjelaskan rumus tersebut.
Konsili tersebut menyetujui untuk
menaruh Roh Kudus pada tingkat yang
sama dengan Allah dan Kristus. Untuk pertama kali, Tritunggal mulai terkonsep dengan jelas.
Tritunggal didefinisikan lebih lengkap dalam Kredo
Athanasia. Athanasius adalah
seorang pendeta yang mendukung St. Aleksander di Nicea. Kredo yang memakai namanya berbunyi, “Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal. Sang Bapa adalah
Allah, sang Anak (Yesus) adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah. Namun mereka bukan tiga allah, tetapi satu Allah.”
Dengan
bahasa yang lebih mudah, konsep Tritunggal adalah bahwa Bapa, Putra (Yesus),
dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun, Bapa berbeda dengan Putra, Putra tak sama
dengan Roh Kudus, Roh Kudus pun bukanlah Bapa. Walaupun begitu, mereka bukanlah
tiga tuhan, tetapi satu Tuhan, Tuhan Yang Maha Tunggal, mereka setara,
sama-sama Maha Kuasa dan Maha Suci.
Tetapi, para sarjana yang mengetahui benar
masalahnya setuju bahwa Athanasius tidak menyusun kredo ini. The New Encyclopedia Britannica
mengomentari, “Kredo itu baru dikenal oleh
Gereja Timur pada abad ke-12. Sejak abad ke-17, para sarjana pada umumnya
setuju bahwa Kredo Athanasia tidak ditulis oleh Athanasius (meninggal tahun
373) tetapi mungkin disusun di Perancis Selatan pada abad ke-5... Pengaruh
kredo itu tampaknya terutama ada di Perancis Selatan dan Spanyol pada abad ke-6
dan ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja di Jerman pada abad ke-9 dan
kira-kira tidak lama setelah itu di Roma.”
Kamus Oxford
Gereja Kristen (The Oxford Dictionary of the Christian Church)
menjelaskan Trinitas sebagai "dogma sentral dari teologi Kristen". Doktrin ini diterima oleh mayoritas aliran-aliran
Kristen, seperti Katholik, Protestan, dan Orthodoks.
Umat Kristiani yang meyakini Tritunggal
percaya bahwa sebenarnya paham ini sudah tersebut di dalam Alkitab dan telah
diajarkan oleh Yesus dan para Rasul (murid Yesus) sendiri. Mereka berpijak pada
ayat-ayat Perjanjian Baru (bagian dari Kitab Suci umat Kristiani), di antaranya Matius 28:19
yang berbunyi "Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus". Sedangkan Konsili hanya menegaskan kembali konsep ini agar lebih mudah
dipahami dan sebagai upaya membendung pihak yang menolak konsep Tritunggal.
Sedangkan pihak yang tidak menyepakati
Tritunggal percaya bahwa konsep ini diadopsi dari kepercayaan penyembah berhala
pra-Kristiani. Daerah Mediterania seperti Mesir, Palestina, Syiria, Romawi, dan
sekitarnya di awal Masehi merupakan ladang subur penyembahan berhala. Kaisar Konstantin
yang menghimpun Konsili juga merupakan penyembah matahari dan baru dibaptis
menjelang wafatnya. Kaum penentang Tritunggal ini juga memiliki pijakan dalam
Perjanjian Baru, di antaranya Yohanes 14:28, “Bapa lebih besar daripada Aku”.
Walau banyak umat Kristiani menyepakati paham Tritunggal, tetapi sebagian menganggap ini merupakan suatu hal yang tidak begitu penting untuk didiskusikan. Kesulitan dalam
memahami konsep Tritunggal juga dinilai hal yang wajar, karena manusia dengan
segala keterbatasannya tidak akan mampu memahami secara utuh hakikat Tuhan Yang
Maha Sempurna, sehingga penganut paham Trinitas lebih menekankan untuk percaya
dengan sepenuh hati daripada mempertanyakan atau menelaah hakikat Trinitas atau
Tritunggal karena hal itu dianggap sebagai kemustahilan mengingat manusia
adalah makhluk yang lemah dengan segala keterbatasan.
Albigensis
Di akhir abad ke-12, muncul
sebuah sekte baru dalam tubuh Kekristenan dan berkembang di Albi, Languedoc,
Perancis Selatan yang disebut Albigensis. Aliran ini termasuk dalam golongan
Katarisme. Dalam sekte ini, Yesus Kristus dipandang sebagai malaikat yang bertubuh semu. Dengan demikian, Yesus tidak
sungguh-sungguh mati dan bangkit. Yesus hanya mengajarkan
manusia tentang ajaran yang benar.
Sekte ini dikecam oleh Gereja Katholik Roma.
Setelah mengabaikan berbagai peringatan sebelumnya, Paus Gregorius IX
memerintahkan pemusnahan aliran ini pada tahun 1233. Akhirnya pada akhir abad
ke-14 aliran ini musnah.
Mormonisme
Di Amerika abad ke-19, muncul pula aliran
baru dalam dunia Kristen yang disebut Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang
Suci Zaman Akhir atau
Gereja Mormon. Nama Mormon
yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan Kitab Suci mereka yang
kedua di samping Alkitab, yaitu Kitab Mormon (The Book of Mormon).
Gereja ini didirikan oleh Joseph Smith. Pria kelahiran Vermont ini lahir dalam keluarga yang menolak doktrin
Trinitas. Dalam pandangan aliran ini, Yesus Kristus juga diyakini sebagai Tuhan
dan Juru Selamat, hanya saja mereka menolak paham Trinitas dan meyakini bahwa
Bapa dan Yesus adalah dua pribadi yang berbeda.
Yesus, Sudut Pandang Islam
Islam
memiliki pandangan yang berbeda dengan umat Yahudi dan Kristiani mengenai
status Yesus. Dalam Islam, beliau disebut dengan ‘Isa. Terkadang juga disebut
dengan Ibnu Maryam (Putera dari Maryam) dan Al-Masih.
Islam
memandang bahwa beliau merupakan salah satu Nabi dan Rasul Allah SWT (Sub-hanahu wa Ta’ala - Maha Suci Dia dan
Maha Tinggi). Bahkan beliau termasuk dalam golongan Ulul Azmi, gelar bagi lima orang rasul yang memiliki ketabahan luar
biasa dalam berdakwah. ‘Isa ibnu Maryam merupakan rasul yang khusus diutus
kepada Bani Israil (keturunan Nabi Ya’qub ‘as). Allah SWT menurunkan kitab suci
Injil kepada Nabi ‘Isa ‘as guna membenarkan Taurat yang diturunkan di masa Musa
‘as dan menjadi pedoman bagi Bani Israil. Namun di sisi lain, Nabi ‘Isa ‘as
hanya merupakan hamba Allah biasa yang juga makan dan minum layaknya manusia
biasa.
Silsilah
Dalam
segi nasab atau silsilah, Nabi ‘Isa ‘as (‘alaihis-salam
– semoga keselamatan terlimpah atasnya) tidak dinisbahkan kepada seorang
lelaki manapun karena sejatinya kelahiran beliau merupakan mukjizat. Dengan
izin-Nya, Maryam melahirkan ‘Isa ‘as tanpa perantaraan seorang lelaki.
“Maryam berkata,
‘Ya Rabbku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah
disentuh oleh seorang laki-lakipun.’ Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril), ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya,
‘Jadilah’, lalu jadilah dia.’” {QS. Ali ‘Imran (03) : 47}
Al-Qur’an juga membandingkan kelahiran Nabi ‘Isa ‘as
yang tanpa bapak, “Sesungguhnya
misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘Jadilah!’
(seorang manusia), maka jadilah dia.”
{QS. Ali ‘Imran (03) : 59}
Dalam
ayat tadi Allah SWT memperbandingkan bahwa kelahiran ‘Isa ‘as tanpa seorang
ayah terjadi karena kehendak Allah SWT semata, layaknya Adam ‘as yang tercipta
tanpa ibu dan ayah, bukan karena beliau adalah anak Allah dan semacamnya.
Gelar
Nabi ‘Isa ‘as digelari Kalimatullah dan Ruhullah.
Beliau disebut kalimatullah karena
beliau terlahir ke dunia tidak melalui hubungan antara seorang lelaki dan
perempuan, tetapi semata dari kalimat dan ketetapan Allah SWT, ‘Kun! Fayakun’
atau ‘Jadilah! Maka jadilah dia’.
Rasul yang hidup sekitar 5 abad sebelum Nabi
Muhammad s’aw lahir ini juga digelari Ruhullah
atau Ruh Allah. Hal ini kembali merujuk dari terciptanya beliau di rahim
Maryam, bukan karena campur tangan lelaki, tetapi semata ditiupkan ruh dari
Allah yang dalam kacamata ilmu pengetahuan manusia hal itu tak mungkin terjadi.
“dan
(ingatlah) Maryam binti ‘Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan
ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat
Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” {QS. At-Tahrim (66): 12}
Misi Kerasulan
Nabi ‘Isa ‘as merupakan nabi terakhir dari kalangan
Bani Israil. Beliau berdakwah khusus kepada Bani Israil semata. Oleh karenanya,
saat berdakwah beliau selalu berkata, “Yaa
Bani Israil” atau “Hai anak cucu
Israil (Ya’qub ‘as)”.
Allah SWT juga menurunkan kitab suci Injil kepada
beliau untuk membenarkan Taurat. Allah SWT berfirman, “Dan Kami iringkan
jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putera Maryam, membenarkan
Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab
Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan
membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk
serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” {QS.
Al-Maidah (05) : 46}
Namun Al-Qur’an juga mengabarkan bahwa kitab suci
sebelum Nabi Muhammad s’aw telah rusak lantaran terjadi berbagai pengubahan di
dalamnya oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Islam memandang bahwa berbagai
pengubahan dalam kitab suci Allah SWT sebagai bentuk penyelewengan akan firman
Allah Yang Maha Tunggal, walaupun diniati untuk penyempurnaan dan dilakukan
oleh para pemuka agama sekalipun.
“Maka kecelakaan
yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka
sendiri, lalu dikatakannya, ‘Ini dari Allah’, (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah
bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan
yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” {QS. Al-Baqarah (02) : 79}
Mukjizat
Dalam Al-Qur’an juga disebutkan mengenai mukjizat
Nabi ‘Isa ‘as dalam berdakwah kepada Bani
Israil. Mukjizat pertama beliau adalah dapat berbicara pada saat masih bayi
untuk membela ibundanya yang dituduh berzina.
Beberapa bagian dalam Surah Maryam menceritakan tentang sepenggal sejarah 'Isa 'as dan ibundanya, Maryam
“Maka Maryam membawa anak itu
kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, ‘Hai Maryam,
sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. [27] Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu
sekali-kali bukanlah seorang pezina’, [28]
Maka Maryam menunjuk kepada
anaknya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang
masih di dalam ayunan?’ [29]
Berkata ‘Isa, ‘Sesungguhnya aku ini
hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi, [30] dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup, [31]
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. [32] Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." [33]
{QS. Maryam (19)}
Selain itu, Nabi ‘Isa
‘as juga memiliki berbagai mukjizat lain. Namun Islam memandang bahwa mukjizat
beliau dapat terjadi atas izin Allah SWT semata, layaknya mukjizat para nabi yang
lain.
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani
Israil (yang berkata kepada mereka), ‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu
dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk
kamu dari tanah berbentuk burung kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor
burung dengan seizin Allah, dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari
lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak, dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah, dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang
kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”
{QS. Ali ‘Imran (03) : 49}
Nabi
‘Isa ‘as atas izin Allah SWT juga dapat menurunkan hidangan dari langit. Allah
SWT berfirman, ‘”Isa putera Maryam
berdoa, ‘Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang
yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan Engkau. Beri rezekilah kami dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling
Utama.’ [114]
Allah berfirman,’Sesungguhnya Aku
akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan
siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat
manusia.’” [115] {QS. Al-Maidah (05)}
Diangkat ke Langit
Al-Qur’an
menjelaskan bahwa ‘Isa ‘as tidak wafat di kayu salib seperti keyakinan umat
Yahudi dan Kristiani. Hal ini termaktub dalam dalam Surah An-Nisa’ ayat
157-158.
Al-Qur'an menjelaskan bahwa Nabi 'Isa 'as tidak wafat di kayu salib, tetapi diselamatkan oleh Allah SWT dan diangkat ke langit
“’Sesungguhnya
kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putera Maryam, Rasul Allah’ (Umat Yahudi
menyebut ‘Isa sebagai Rasul Allah sebagai bentuk ejekan, bukan karena beriman
-red). Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah ‘Isa. [157]
Tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [158]
Selain itu, dalam Islam juga tidak mengenal konsep
dosa turunan. Islam memandang bahwa tiap manusia memikul sendiri hasil
perbuatannya. Nabi ‘Isa ‘as diutus untuk berdakwah dan mengajak Bani Israil ke
jalan Allah SWT, bukan untuk menebus dosa manusia.
“Dan orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat
dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan
dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum
kerabatnya.”
{QS. Fathir (35) : 18}
Kesimpulan
Islam jelas tidak menghinakan Al-Masih ‘Isa putera
Maryam layaknya umat Yahudi. Namun Islam juga tidak sejalan dengan umat
Kristiani yang menganggap beliau sebagai ‘Allah anak’ dan sejenisnya. Islam
menghormati beliau sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT yang suci dan mulia, yang
diutus untuk mendakwahi Bani Israil ke jalan yang lurus. Akan tetapi, Islam
juga memandang bahwa beliau juga hanyalah hamba Allah di sisi lain.
“Al Masih putera
Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya
beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa
memakan makanan.
Perhatikan
bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan
(Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan
ayat-ayat Kami itu).” {QS.
Al-Maidah (05): 75}
Kaligrafi Surah Al-Ikhlas, surah yang menjabarkan keesaan Allah
“Katakanlah, ‘Dialah
Allah Yang Maha Esa [1] Allah tempat bergantung segala sesuatu [2] Tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan [3] dan tiada yang setara dengan Dia.’” [4] {QS. Al-Ikhlash (112)}
Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.
BalasHapusAnak Konci, Anak Bangsa, Anak Negara,
Hapus#onta primitif ojo komen lah #koplak