Ka’bah
dan
Masjidil Haram merupakan tempat ibadah tertua di muka bumi. Tempat paling suci
dalam Islam ini berkali-kali disebut dalam kitab suci Al-Qur’an, baik
dalam hal
kaitannya dengan ibadah haji, maupun terkait masalah lainnya. Haji,
ibadah
dalam Islam yang merupakan salah satu rukun Islam, juga sebagiannya
dilakukan
di Masjidil Haram. Ka'bah, bangunan hampir kubus di tengah Masjidil
Haram merupakan kiblat kedua shalat umat Islam dan sampai sekarang kaum
muslimin di seluruh dunia menghadap ke arah Ka'bah dan Masjidil Haram
saat shalat.
Ka'bah dan Masjidil Haram
Mengenai
Masjidil Haram ini, Penutup barisan para nabi, Muhammad s’aw bersabda, “Shalat
di masjidku (Masjid Nabawi) ini lebih afdol (utama) dari seribu shalat di
masjid-masjid lainnya, kecuali masjidil Haram, dan shalat di masjidil Haram
lebih afdol (utama) dari seratus shalat di masjidku ini.”
{HR. Ahmad}
Sejarah
Allah SWT dalam
Al-Qur’an juga telah menegaskan bahwa Ka’bah dan Masjidil Haram merupakan tempat
ibadah pertama kali yang dibangun di muka bumi. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Sesungguhnya rumah yang
mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” {QS. Ali ‘Imran (3) : 96}. Walaupun begitu, pihak yang membangun
rumah ibadah pertama ini, masih terjadi perbedaan pendapat.
Beberapa
pendapat menyatakan bahwa malaikat yang membangun Ka’bah dan Masjidil Haram
pertama kali. Beberapa juga berpendapat bahwa Adam ‘as lah yang membangunnya.
Akan tetapi, Ka’bah hancur karena banjir bandang yang terjadi di zaman rasul
pertama, Nuh ‘as. Namun tak ada nash yang menyatakan hal tersebut.
Penjelasan
paling gamblang dalam Al-Qur’an tentang pembangunan Ka’bah adalah saat di zaman
Ibrahim ‘as.
Hamparan
pasir gurun Paran mulai terisi saat Hajar dan puteranya yang masih bayi
ditempatkan di sana oleh sang suami, Ibrahim ‘as, tempat kering tanpa manusia
seorang pun di sana. Atas dasar keyakinannya bahwa Allah SWT akan selalu
menolongnya, Hajar rela ditempatkan di tempat tandus tersebut hanya bersama
sang anak dan perbekalan terbatas.
Seiring
waktu berjalan, perbekalan makanan dan air yang dibawa Hajar telah habis.
Melihat Isma’il kecil yang merengek, maka Hajar segera berlari ke bukit Shafa,
mencari sesuatu untuk menyambung hidup. Tak melihat apapun, segera Hajar
berlari ke bukit Marwah, namun hasilnya nihil. Hajar bolak-balik antara Shafa
dan Marwah hingga sampai tujuh kali. Allah SWT mengabadikan perbuatan Hajar ini
saat sa’i dalam ibadah haji.
Jalur Sa'i bagian bukit Shafa
Hingga
keajaiban terjadi. Tiba-tiba air muncul di sekitar Isma’il, sekarang tempat
tersebut menjadi sumur zamzam. Lambat laun, orang-orang mulai berdatangan ke
sana dan membentuk sebuah perkampungan.
Saat
Isma’il beranjak dewasa, Ibrahim ‘as atas perintah Allah SWT mengajaknya untuk
membangun kembali Ka’bah. Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah
bersama Isma’il (seraya berdoa), ‘Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan
kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’”
{QS. Al-Baqarah (2) : 127}
Sejarah
Ka’bah
Zaman Sebelum Kenabian
Saat Muhammad ibn
‘Abdullah berusia sekitar 30 tahun dan belum diangkat menjadi nabi, banjir
bandang terjadi di kota Makkah. Banjir tersebut juga turut mengenai Masjidil
Haram dan Ka’bah hingga beberapa pondasinya rusak.
Dikarenakan banjir,
juga pertimbangan keamanan bahwa dinding dari Ka’bah yang saat itu tanpa
atap hanya setinggi sekitar dua meter
hingga orang mudah memanjat dan mengambil barang berharga di dalamnya,
dilakukanlah renovasi terhadap Ka’bah setelah terlebih dahulu merobohkan
bangunan lamanya. Al-Walid ibn Al-Mughirah Al-Makhzumy bangkit mengawali
perobohan tersebut. Setelah melihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada
Al-Walid, orang-orang Quraisy pun mulai ikut merobohkan Ka’bah sampai ke bagian
rukun Ibrahim.
Pembangunan Ka’bah yang
dipimpin arsitek dari Romawi ini pada akhirnya menjadikan pintu Ka’bah yang
semula dua hanya menjadi satu saja lantaran terkendala masalah biaya. Pintu Ka’bah
dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah agar tak sembarang orang bisa
memasukinya.
Kaum Quraisy juga
menyisakan bangunan Ka’bah di bagian utara seukuran enam hasta yang kemudian
disebut Hijr Isma’il.
Pada saat Nabi Muhammad
s’aw telah menjadi rasul, beliau pernah bersabda, “Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan aku
turunkan pintu Ka’bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijr Ismail ke
dalam Ka’bah.” Nabi Muhammad s’aw ingin agar Ka’bah dibangun sesuai pondasi
Ibrahim ‘as.
Masa Bani Umayyah
Saat ‘Abdullah ibn
Zubair r’a memerintah hijaz, Ka’bah dibangun kembali sesuai sabda Nabi Muhammad
s’aw. Namun itu tak berlangsung lama. Saat terjadi peperangan dengan Abdul
Malik ibn Marwan, penguasa daerah Syam (sekarang Syiria, Palestina, Mesir, dan
sekitarnya), terjadi kebakaran pada Ka’bah. Oleh Abdul Malik ibn Marwan yang
saat itu telah menduduki posisi khalifah, Ka’bah direnovasi kembali seperti
zaman Nabi Muhammad s’aw, tidak berdasarkan pada pondasi Ibrahim ‘as.
Masa Bani Abbasiyah
Di masa kekhalifahan
Harun Al Rasyid, khalifah kelima Bani Abbasiyah ini ingin membangun kembali
Ka’bah sesuai keinginan Nabi Muhammad s’aw, atau berdasar pondasi Ibrahim ‘as.
Namun Imam Malik rahimahullah
berusaha mencegahnya dengan alasan bahwa dikhawatirkan Ka’bah akan menjadi
ajang bongkar pasang setelah ini. Akhirnya Khalifah Harun Al Rasyid
mengurungkan niatnya sehingga bangunan Ka’bah sesuai dengan renovasi Khalifah
Abdul Malik ibn Marwan sampai sekarang.
Bagian Ka’bah
Ka’bah
adalah bangunan berbentuk hampir kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram,
Makkah. Dimensi struktur bangunan ka’bah lebih kurang berukuran 13,10 m tinggi
dengan sisi 11,03 m kali 12,62 m.
Bagian-bagian Ka'bah
Ka’bah juga sering disebut Baitullah atau
rumah Allah. Beberapa bagian penting di Ka’bah dan sekitarnya antara lain :
1. Hajar Aswad dan sudut Hajar Aswad
Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari surga. Orang yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim ‘as. Hajar Aswad terletak di sudut tenggara Ka’bah. Awalnya Hajar Aswad dapat menerangi seluruh Jazirah ‘Arab, lantas semakin lama semakin meredup dan menghitam lantaran dosa Bani Adam. Nabi Muhammad s’aw pernah mencium Hajar Aswad dan hal ini dilakukan oleh umat Islam sepeninggal beliau.
1. Hajar Aswad dan sudut Hajar Aswad
Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari surga. Orang yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim ‘as. Hajar Aswad terletak di sudut tenggara Ka’bah. Awalnya Hajar Aswad dapat menerangi seluruh Jazirah ‘Arab, lantas semakin lama semakin meredup dan menghitam lantaran dosa Bani Adam. Nabi Muhammad s’aw pernah mencium Hajar Aswad dan hal ini dilakukan oleh umat Islam sepeninggal beliau.
Walaupun
begitu, tetap saja Hajar Aswad tak lantas diperlakukan layaknya barang-barang
keramat yang digunakan untuk mencari berkah. Seorang ‘ulama’ besar, Ibnu
Utsaimin, berfatwa, “Adapun dugaan sebagian
orang-orang awam bahwa maksud dari mencium Hajar Aswad adalah untuk mendapat
berkah adalah dugaan yang tidak mempunyai dasar, maka dari itu batil.”
Seorang shahabat Nabi, ‘Umar ibn Khaththab r’a pernah berkata, “Sesungguhnya
aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan dan tidak memberi
manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menciummu, aku tidak akan
menciummu.” {Muttafaq ‘Alaih}
Jadi,
Hajar Aswad bukanlah batu bertuah pencari berkah, keramat, dan pemikiran
sejenis yang berbau mistis dan klenik. Hajar Aswad adalah batu dari surga. Umat
Islam menciumnya bukan karena menyembah batu tersebut atau mencari berkah dan
semacamnya, namun karena meneladani Rasulullah s’aw semata. Dalam Islam, segala
bentuk ibadah, hanya untuk Allah Yang Tunggal, tanpa perantara, tanpa sekutu.
2. Pintu Ka’bah
Dulunya
ada dua pintu di Ka’bah. Namun setelah renovasi di zaman Muhammad berusia 30
tahun, hanya ada satu pintu di Ka’bah, yang ada di bagian tenggara. Tahun 1942,
Ibrahim Badr membuat pintu Ka’bah dari perak.
Tahun 1979, putra Ibrahim Badr, Ahmad, membuat pintu baru untuk Ka’bah yang terbuat dari 300 kg emas, menggantikan pintu perak buatan sang ayah.
Pintu Ka'bah
Tahun 1979, putra Ibrahim Badr, Ahmad, membuat pintu baru untuk Ka’bah yang terbuat dari 300 kg emas, menggantikan pintu perak buatan sang ayah.
3. Talang Emas
Terletak
di Ka’bah atas bagian utara, di atas Hijr Isma’il. Talang yang ditambahkan pada
tahun 1627 ini berfungsi untuk mengalirkan air hujan yang ada di atap Ka’bah.
4. Hijr Isma’il
Area yang terletak disebelah utara Ka’bah, dilingkari oleh tembok lebar (Al-Hathimu) setinggi satu setengah meter yang terbuat dari marmer. Di tempat ini jemaah melakukan shalat, berdo’a dan sebagainya.
4. Hijr Isma’il
Area yang terletak disebelah utara Ka’bah, dilingkari oleh tembok lebar (Al-Hathimu) setinggi satu setengah meter yang terbuat dari marmer. Di tempat ini jemaah melakukan shalat, berdo’a dan sebagainya.
Hijr Ismail, Area di utara Ka'bah yang dibatasi tembok marmer setinggi satu setengah meter
Dulunya
tempat ini juga bagian dari Ka’bah. Diriwayatkan bahwa pada suatu hari ‘A’isyah
r’a ingin sekali memasuki Ka’bah dan beribadah di dalamnya, lalu Rasulullah
s’aw memerintahkan masuk Hijr Isma’il saja dan tidak ke dalam Ka’bah, sebab
shalat / beribadah di Hijr Isma’il sama dengan di dalam Ka’bah.
Itulah
alasan Hijr Isma’il tak boleh dilewati saat umat Islam sedang thawaf.
5. Multazam
Dinding
antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah sepanjang sekitar dua meter.
Syaikh
Islam Ibnu Taimiyah juga berkata, “Jika
mau, sebaiknya jamaah mendatangi Multazam—yang terletak antara Hajar Aswad dan
pintu Ka’bah—lalu menempelkan dada, wajah, kedua lengan, dan kedua telapak
tangannya seraya berdoa dan meminta apa pun kepada Allah SWT. Hal itu sebaiknya
dilakukan sebelum melaksanakan thawaf Wada. Namun pada dasarnya, berdoa seperti
itu di Multazam tidak harus dilakukan saat thawaf Wada atau thawaf lainnya,
tetapi bisa dilakukan kapan saja. Menurut riwayat, para sahabat berdoa di
Multazam ketika baru memasuki Makkah.”
6. Maqam Ibrahim
Ada
yang berfikir bahwa tempat ini tempat jasad Ibrahim ‘as dikebumikan, padahal
tidak. Maqam Ibrahim adalah batu pijakan Ibrahim ‘as saat beliau membangun
bagian atas Ka’bah bersama Isma’il ‘as.
Maqam Ibrahim
Di
zaman Khalifah ‘Umar ibn Khaththab r’a, maqam Ibrahim digeser beberapa meter
dari dinding Ka’bah setelah sebelumnya menempel pada dinding. Hal ini dilakukan
agar orang yang hendak shalat di sekitar maqam Ibrahim tak mengganggu orang
yang sedang thawaf.
7. Rukun Yamani
Sudut
Ka’bah bagian barat daya. Umat Islam memulai ibadah thawaf, mengelilingi Ka’bah
tujuh kali, dari rukun Yamani.
8. Rukun Syiria. Sudut Ka’bah bagian barat laut.
9. Rukun Iraq. Sudut Ka’bah bagian timur laut.
10. Kiswah
Kain
penutup Ka’bah. Terbuat dari 670 kg sutra disulam dengan 15 kg benang emas. Penggantian kiswah dilakukan setiap tanggal 9 Dzulhijjah, saat Masjidil Haram sepi lantaran para jamaah haji sedang wukuf di Arafah.
Sejarah dan Bangunan Masjidil Haram
Masa Kenabian dan
Khulafaur Rasyidin
Peristiwa penaklukan
kota Makkah (Fathul Makkah) pada tahun 630 M menghapus dominasi paganism dari
Makkah, khususnya Masjidil Haram. 360 berhala yang berdiri di sekeliling Ka’bah
dihancurkan satu persatu, menandai era Islam di Makkah.
Imam Abul Hasan
Mawwardi meriwayatkan bahwa di zaman Rasulullah Muhammad s’aw sampai Khalifah
Abu Bakar Ash-Shiddiq r’a, Masjidil Haram masih tidak memiliki dinding.
Menginjak tahun 638 M,
Khalifah ‘Umar ibn Khaththab r’a membeli rumah-rumah di sekeliling masjid guna
memperluas masjid. Khalifah ‘Utsman ibn Affan r’a juga melanjutkan perluasan
masjid pada tahun 647 M.
Masa Umayyah, Abbasiyah,
dan Utsmani
Pada tahun 696 M,
‘Abdullah ibn Zubair yang merupakan cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq r’a melakukan
perluasan masjid dengan membeli bangunan-bangunan di selatan dan timur masjid.
Zaid ibn ‘Abdullah juga melakukan perluasan Masjidil Haram di utara dan barat
atas perintah Khalifah Abu Jaffar Al-Mansur, Khalifah Abbasiyah kedua.
Lambat laun, Masjidil
Haram juga dihiasi berbagai ornament ayat suci Al-Qur’an. Tiang-tiang kayu
dalam masjid digantikan dengan tiang marmer yang juga memiliki ukiran yang
indah.
986 Masehi, Khalifah
Harun Al-Rasyid memasukkan gedung Dar An-Nadwah di sebelah utara masjid dan
membangun Bab (Pintu) Ibrahim di barat masjid. 1243 Masehi, dilakukan perbaikan
Bab As-Salam oleh ‘Ali ibn ‘Umar dari Yaman.
Tahun 1379 Masehi, Amir
Zainal Abidin Al-Utsmani memerintahkan Sudun Pasca untuk menghias pintu masjid
dan memperbaiki atap dan pancuran air di Ka’bah. Tahun 1399 Masehi, terjadi
kebakaran besar di Masjidil Haram hingga berbagai hasil kesenian di Masjidil
Haram turut musnah. Amir Besar Az-Zahiri memperbaiki Masjidil Haram di tahun
berikutnya hingga sampai tahun 1401.
Khalifah Salim II dari
Turki Utsmani memperindah Masjidil Haram dengan menambahkan banyak kubah dan
relung indah di interior masjid.
Masjidil Haram beberapa ratus tahun lalu
Masa Kerajaan Saudi
Raja ‘Abdul ‘Aziz
memulai proyek perluasan Masjidil Haram sejak tahun 1955 M. Dalam kurun waktu
20 tahun, luas Masjidil Haram yang semula 19.000 meter persegi menjadi 160.000
meter persegi. Pelataran Ka’bah tempat para jamaah thawaf juga diperluas sampai
tiga kali lipat dan jalur sa’i juga dibuat tertutup.
Raja-raja Saudi setelah
beliau juga melakukan perluasan terhadap Masjidil Haram. Sampai artikel ini
dibuat, Masjidil Haram yang terdiri dari dua lantai ditambah area atap dapat
menampung 4.000.000 jamaah.
Interior Masjidil Haram
Menara
Tahun 706 Masehi,
Khalifah Al-Mansur dari Abbasiyah membangun menara Bab Al-Umah. Menara ini
mengalami perbaikan beberapa kali pada beberapa ratus tahun berikutnya hingga
menara ini hancur pada tahun 1552 M. Sultan Sulaiman kemudian membangun menara
baru di tempat yang sama dengan nama yang sama pula.
Pada tahun 789 M., Khalifah Mahdi dari Abbasiyah,
membangunkan menara Bab As-Salam dan juga beberapa menara lagi seperti menara
Bab Ali dan menara Bab Al-Hazurah atau Bab Wida'. Namun pada tahun 1392 M., Bab
Al-Hazurah runtuh dan diperbaiki oleh Al-Asraf Sha'ban dari Mesir.
Pada tahun 905 M., atas perintah Khalifah Al-Mu'tadhid
dari Abbasiyah, dibangunlah menara Bab Az-Ziadah dan diperbaiki oleh Asraf
Baresbai pada tahun 1447 M. Kait Bait juga membangunkan menara Kait Bait
kira-kira tahun 1501 M. Menara As-Sulaimaniah juga dibangun kemudian. Selepas proyek
besar yang dilakukan oleh Kerajaan Saudi di masa Raja Fahd Abdul Aziz As-Saud,
Masjidil Haram mempunyai sembilan menara.
Masjidil Haram
Menara paling baru yang dididirikan adalah di Bab
Al-Malik Fahd (Pintu Raja Fahd) yang berhadapan dengan hotel Darul Tawhid, salah
satu hotel bintang lima di Makkah.
Semua menara di Masjidil Haram dibangun secara
berpasangan, kecuali menara tunggal di Bab Ash-Shafa.
Sampai tulisan ini ditulis, Masjidil Haram
mempunyai sembilan menara dan sedang diadakan proyek untuk membangun sepasang
menara lagi.
Masjid yang Tak Pernah Tidur
Kemegahan Masjidil Haram juga diikuti dengan jumlah
jamaah yang juga banyak. Bahkan masjid yang dapat menampung 4.000.000 jamaah ini merupakan satu-satunya tempat di
dunia yang tiap detiknya dikunjungi ratusan jamaah. Setiap ada jamaah keluar,
jamaah lain dari berbagai negara masuk, begitu seterusnya. Bahkan saat tengah
malam sekalipun, Masjidil Haram masih dipenuhi jamaah, pelataran Ka’bah masih
ramai oleh umat Islam yang thawaf, bukit Shafa dan Marwah juga tak pernah sepi
dari orang-orang yang hendak sa’i. Dengan ini, Masjidil Haram bisa dikata
merupakan masjid yang tak pernah tidur.
Terlebih saat shalat berjamaah. Sekitar satu jam
sebelum adzan berkumandang, berbondong-bondong umat Islam dari berbagai negara,
berbeda ras, suku, dan tanah air, mendatangi Masjidil Haram. Laki-laki dan
perempuan, tua dan muda, hingga sampai ada yang menggunakan kursi roda, bersama
hendak mengagungkan asma-Nya. Walau jamaah yang ada merupakan penutur bahasa
yang berbeda-beda, saat iqamah shalat dikumandangkan, semua jamaah bisa bergerak
bersama dalam harmoni yang serasi, untuk bersujud dan mengagungkan asma Ilahi.
Ganjaran di Makkah
Walaupun
memang benar Makkah merupakan tanah haram, tempat pahala dilipatgandakan, akan
tetapi ganjaran dosa juga turut berdampak besar bila dibandingkan di tempat
lain.
Ibnu
Abbas r’a berkata, “Dari apa yang dikatakan Rasulullah s’aw bahwa 'Ada tiga
orang yang paling dimurkai Allah',” Beliau menyebutkan satu di antaranya
adalah mulhid (orang yang berbuat kejahatan atau kekufuran) di tanah
haram.{HR. Bukhari}
Disebutkan
di dalam Fath al-Baari, “Yang nampak jelas dari teks hadits bahwa perbuatan
dosa kecil di tanah haram lebih besar dosanya dari pada perbuatan dosa besar di
tempat yang lain.”
Ikatan
Ukhuwah Terbesar
Masjidil Haram merupakan satu-satunya tempat di
dunia yang bisa menyatukan ribuan hingga jutaan manusia dari berbagai bangsa,
suku, dan ras, dan hal ini tidak ditemukan di tempat hiburan lain maupun tempat
ibadah agama lain.
Di tempat ini pula, prinsip “semua sama di hadapan
Allah” benar-benar terealisasi. Banyak sudah pihak yang menyuarakan slogan
persamaan, namun masih tetap ada saja perlakuan rasisme. Namun dalam Islam,
prinsip persamaan ini tak hanya sebatas prinsip segala. Masjidil Haram menjadi
saksi bahwa
ikatan berlandaskan Islam dapat menembus segala perbedaan suku, ras, warna
kulit, dan tanah air. Terlebih saat ibadah haji, baik raja dan rakyat jelata,
bersama mengenakan pakaian ihram, merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha
Tinggi.
Allah Yang
Maha Tinggi berfirman, “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” {QS. Al-Hujurat
(49) : 13}
Makkah merupakan masjid
tersuci umat Islam. Tempat ibadah pertama kali berdiri, tempat lahirnya Nabi
akhir zaman, Muhammad s’aw, dan kelak menjadi salah satu tempat yang dilindungi
dari fitnah Dajjal. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah Yang Maha Pengasih
untuk ziarah ke Masjidil Haram. Melaksanakan haji dan umrah, merajut ikatan
persaudaraan dengan ribuan umat Islam lain yang berbeda bangsa dan bahasa.
Aamiin.
Subhanallah.. Semoga bisa dimudahkan untuk melaksanakan ibadah haji di sana. Aamiin..
BalasHapusMaha Kuasa Allah, kita lihat sendiei bukti kekuasaan Allah saat berada di masjidil Haram
BalasHapus