Kesultanan Utsmaniyah (1299–1923) adalah negara Islam yang menaungi masyarakat multi-etnis dan multi-religius. Negara ini didirikan oleh Bani Utsman
(dalam bahasa Inggris: House of Osman atau Ottoman dynasty), yang
selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299
- 1923)
dipimpin oleh 36 orang sultan.
Pada
puncak kekuasaannya, wilayah Kesultanan Utsmaniyah meliputi Asia Kecil, Persia (Iran), Afrika Utara, Timur Tengah bagian utara
termasuk Mesopotamia dan Palestina, semenanjung Arabia bagian timur (Asir) dan barat (Hijaz) termasuk Makkah dan Madinah, semenanjung Balkan hingga hampir memasuki Benua Eropa bagian tengah, juga sebagian besar pesisir Laut Hitam, dan terbagi menjadi 29 propinsi dengan total luas wilayah mencapai 5.000.000 km2.
.
Awal
Berdiri
Cikal bakal Turki Utsmani berasal dari bangsa Turki
dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri China.
Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian
Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh,
ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol
pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat
pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk,
di dataran tinggi Asia Kecil. Dipimpin oleh Ertuğrul, mereka
bermigrasi ke Asia Minor beserta dengan empat ratus pasukan kuda, mengabdikan
diri pada Kesultanan Turki Seljuk yang saat itu dipimpin Sultan Alauddin II. Mereka juga
turut berpartisipasi dalam perang dan bersekutu dengan Kesultanan Seljuk melawanan
Kekaisaran Romawi dan dengan izin Allah menjadikan Kesultanan Seljuk memenangkan perang. Atas jasa
beliau, Sultan Seljuk Alauddin II menghadiahi sebuah wilayah di Eskişehir yang berbatasan dengan Bizantium. Sepeninggal
Ertuğrul pada tahun 1281, Osman I menjadi pemimpin dan tahun 1299 mendirikan
Kesultanan Utsmaniyah setelah Kesultanan Seljuk runtuh diserang bangsa Mongol.
Osman I kemudian memperluas
wilayahnya sampai ke batas wilayah Kekaisaran Bizantium dan memindahkan
ibukota kesultanan ke Bursa.
Pada periode ini terlihat terbentuknya pemerintahan formal Utsmaniyah, yang
bentuk institusi tersebut tidak berubah selama empat abad. Pemerintahan
Utsmaniyah mengembangkan suatu sistem yang dikenal dengan nama Millet
(berasal dari Bahasa
‘Arab millah ملة), yang mana kelompok
agama dan suku minoritas dapat mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi
dan kontrol yang banyak dari pemerintah pusat.
Setelah Osman I meninggal, kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah
kemudian merambah sampai ke bagian Timur Mediterania dan Balkan.
Kesultanan ini kemudian mengontrol hampir seluruh wilayah kekuasaan Bizantium terdahulu. Wilayah
Kekaisaran Bizantium di Yunani luput dari kekuasaan kesultanan karena serangan Timur Lenk
ke Anatolia tahun 1402, menjadikan Sultan Bayezid I
sebagai tahanan.
29
Mei yang Bersejarah
Sepeninggal
Timur Lenk, Mehmed II
melakukan perombakan struktur kesultanan dan militer. Sultan yang memerintah
antara tahun 1432 sampai 1481 Masehi ini dikenal sebagai sosok yang selalu
menjalankan shalat fardhu, rawatib, dan tahajjud dari baligh sampai wafatnya.
Sultan ke 8 kesultanan Turki Utsmani ini adalah sultan yang dengan izin Allah
SWT, Maha Suci Dia dan Maha Tinggi, yang telah berhasil merealisasikan sabda
Nabi Muhammad s’aw 8,5 abad sebelumnya saat perang Khandaq.
"Abdullah
bin Amru bin Al-Ash berkata, "bahwa ketika kami duduk di sekeliling
Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang kota manakah
yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW
menjawab, "Kota Heraklius terlebih dahulu (Konstantinopel)"
Sultan
yang juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih “sang penakluk”, dengan izin Allah
SWT, Maha Suci Dia dan Maha Tinggi, pada tanggal 20 Jumadil Ula 857 H atau 29
Mei 1453 pada usia 21 tahun berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel, ibukota
Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) dan kemudian mengubah namanya menjadi
Islambol (Islam keseluruhan), dan menjadikannya ibukota baru Kesultanan
Utsmaniyah. Kini nama kota tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul.
Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah
dibangun di sebelah makamnya.
Diceritakan
bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan shalat wajib
sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud
sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah
meninggalkan shalat wajib, tahajjud & rawatib sejak baligh hingga saat beliau
wafat.
Sebelum Sultan Mehmed II wafat, pasukan Utsmaniyah berhasil
menaklukkan Korsika,
Sardinia,
dan Sisilia.
Masa
Keemasan
Sultan Selim
I
(1512-1520) secara dramatis memperluas batas wilayah kesultanan dengan
mengalahkan Shah
Dinasti Safavid
dari Persia,
Ismail I,
di Perang Chaldiran
dan memperluas kekuasaan sampai ke
Mesir. Suleiman yang Agung (1520-1566)
menaklukkan Beograd
tahun 1521 dan Kerajaan Hongaria dan beberapa wilayah
di Eropa Tengah, juga melakukan serangan ke Kota Wina
tahun 1529, namun gagal. Di sebelah timur, Kesultanan Utsmaniyah berhasil
menaklukkan Baghdad
dari Persia
tahun 1535,
mendapatkan kontrol wilayah Mesopotamia
dan Teluk
Persia.
Di bawah pemerintahan Selim dan Suleiman, Kesultanan
Utsmaniyah mencapai masa keemasan dan angkatan lautnya menjadi kekuatan
dominan, mengontrol sebagian besar Laut Mediterania.
Pada saat itu, Kesultanan Utsmaniyah dianggap sebagai bagian dari politik
Eropa, dan bersekutu dengan Perancis,
Inggris,
dan Belanda
melawan Habsburg Spanyol,
Italia, dan Habsburg Austria.
Baca Juga : Turki Utsmani : Cahaya yang Memudar
Baca Juga : Turki Utsmani : Cahaya yang Memudar
berapa sih luas semua kerajaan Islam mulai dari China sampai Eropa?
BalasHapusKalau total semua kesultanan Islam sangat sulit diukur karena luas sekali.
BalasHapusMisal, di zaman kejayaan Khalifah Abbasiyah, sekitar tahun 1000.an masehi, luas kekhalifahan Abbasiyah sendiri sekitar 11 juta km persegi.
Sedangkan sekitar tahun 1500 sampai 1700 masehi, salah satu kesultanan Islam, Turki Utsmani memiliki luas seitar 5 jt km2. Mughal sekitar 4,5 juta km2. Itu belum dihitung luas kesultanan Islam lain, di Indonesia misalkan.