Marhaban Ya Ramadhan… Bulan yang dirindukan telah tiba. Ramadhan adalah bulan nan penuh barakah, indah penuh maghfirah, yang di dalamnya Allah turunkan kitab mulia, petunjuk dan cahaya, di dalamnya Allah memberikan kemenangan besar bagi hambaNya pada saat perang Badr. Pernahkah terpikirkan oleh kita, Andai ini menjadi Ramadhan terakhir yang (insyaAllah) akan kita lalui apa jadinya? Jika tahun berikutnya tak ada lagi kita? Allah yang memiliki hak penuh menghadirkan kita di tahun berikutnya, tak ada yang mengetahui selain-Nya.
Saudara ku sangat jarang terbersit dipikiran kita, akankah ini menjadi ramadhan terakhir kita. Sehingga kebanyakan dari kita menganggap bulan ramadhan itu sebagai bulan biasa-biasa saja, kebanyakan dari kita pula hanya mengikutu uporia semata bulan ramadhan. Bahkan memperlakukan bulan ramadhan biasa-biasa saja. Padahal keberkahan dan keutamaan serta ampunan yang ada di bulan ramadhan tidak dimiliki oleh bulan lain.
Saudara ku andai saja kita mengetahui kalau ramadhan ini merupakan ramadhan terakhir kita, tentu siang dan malam kita akan sibuk berzikir melagukan syair rindu kepada Allah, Sholat kita kerjakan di awal waktu, sholat yang dikerjaka sungguh khusyuk lagi tawadhu’, tidak akan ada waktu yang disia-siakan tanpa alunan Al-Quran dan andai kita mengetahui ini Ramadhan terakhir tentu tiada malam yang akan terlewatkan tanpa kesibukan demi mengadu, merintih dan meminta belas kasih pada Allah.
Namun tak akan ada manusia yang bakal mengetahui apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi dirinya yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah berusaha, bersedia, meminta belas kasihan-NYA.
Ada sebuah kisah tentang betapa agungnya Ramadhan.
Pada suatu hari, seorang sahabat datang kepada Rasulullah untuk menceritakan mimpinya. “Ya Rasul, aku memimpikan dua orang sahabat, mereka berdua selalu bersama dalam melakukan amal kebaikan. Salah seorang di antara mereka syahid dalam suatu perang. Dan seorang lainnya meninggal di tahun berikutnya ketika ia sedang tidur. Namun anehnya, sahabat yang meninggal saat tidur itu berada di surga yang lebih tinggi daripada sahabat yang syahid di medan perang.” Dan Rasulullah menjawab, “Tahukah engkau, hal itu dikarenakan sahabat yang meninggal setahun setelahnya memiliki kesempatan untuk sampai pada bulan Ramadhan selanjutnya. Dan pada bulan itu ia beribadah dengan sungguh-sungguh.”
Saudara ku mari kita bersama-sama ramadhan tahun ini, kita jadikan ramadhan terakhir dalam kehidupan, yang dengan perasaan seperti itu, membuat kita akan melaksanakan sepenuh hati dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini. Mari kita gunakan seluruh kehidupan kita, semata-mata untuk beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla. Hanya beribadah. Shalat, tilawah Qur’an dan mentadzaburinya, memperbanyak berdzikir, beristighfar, serta bersedekah kepada kaum fuqara dan masakin, yang hari-hari ini jumlah mereka semakin banyak.
Andai ini adalah Ramadhan terakhir kita. Kita akan 'tenang' ketika Allah tentukan takdir kita, jika Ramadhan ini bisa kita isi dengan sebaik-baiknya. 'Melupakan' dunia, mencegah lisan dari berkata yang tidak baik, tidak mengenyangkan perut sepuasnya, menjalankan sunnah-sunnah Rasul dan berupaya sekuat tenaga menjaga ruhiyah di tempat tertingginya. Berharap ampunan Allah dan taubat kita diterima dalam kondisi terbaik disaat kita berpuasa. Apalah yang lebih indah dari berjumpa dengan Allah dalam husnul khatimah? :)
jika dari awal sudah tidak berkah, maka seterusnya tidak akn berkah pula...
BalasHapusmohon admin blog bisa selektif untuk memoderasi comment yang masuk. syukron