24 Agu 2014
Bincang-Bincang Muslimah: Hijab Covers My Head, Not My Mind
Adakalanya manusia itu
sangat kesulitan menjalankan ketaatan, padahal sebenarnya dia tahu bahwa itu
adalah syariat Allah. Dunia menjadi alasan atas pengingkaran syariat dan
menjadi pembenaran atas kesalahan yang telah dilakukan. Dan bahkan apa yang dilakukannya
adalah sebuah kesalahan dan nantinya akan mendapat azab Allah.
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah
menceritakan kepada kami Ibrahim bin Nafi' dari Al Hasan bin Muslim dari
Shafiyyah binti Syaibah bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha pernah berkata; Tatkala
turun ayat: Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.. (An Nuur:
31). Maka mereka langsung mengambil sarung-sarung mereka dan menyobeknya dari
bagian bawah lalu menjadikannya sebagai kerudung mereka. (H.R Bukhari)
Kisah diturunkannya syariat
mengenakan kerudung bagi perempuan muslim di atas adalah salah satu perintah
penting, namun banyak yang terlena. Selalu ingatlah bahwa Allah sebagai Sang
Pencipta Langit dan Bumi lebih mengerti siapa hamba-Nya. Setiap syariat yang
diturunkan yakinlah, pasti terdapat hikmah dibaliknya. Begitu juga, syariat
mengenakan kerudung memiliki hikmah yang sangat mulia. Salah satunya adalah
menjadi bukti bahwa Islam sangat menghargai terhadap wanita. Karena wanita
begitu berharga.
Syariat ini menegaskan bahwa
Islam ingin melindungi wanita dari berbagai terpaan dan godaan syahwat dari
lawan jenis. Islam menginginkan wanita memiliki derajat yang tinggi yang tidak
bisa dibanding-bandingkan dengan laki-laki. Wanita dikatakan terhormat karena
kerudung yang menutupinya. Kata orang “Tidak semua wanita berkerudung itu
sholihah, tapi wanita sholihah itu pasti berkerudung”
Begitu tinggi kemuliaan
wanita dalam Islam, namun banyak umat Islam yang mengingkarinya. Banyak alasan
yang diungkapkan, hanya karena lebih condong kepada nafsu syahwat dan godaan
dunia. Salah satu alasan yang terlihat keren dan cool, tapi sebenarnya
menunjukkan jawaban kebodohan adalah:
X : “Kenapa kamu tidak mengenakan kerudung?” Padahal itu kan sudah
menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslimah.”
Y : “Maaf ya, saya sudah
memakai hijab yang lebih kuat, yaitu hijab hati.”
X : “Bagus nih buat kamu,
ada Bincang-Bincang Muslimah dengan tema “Hijab
Covers My Head, Not My Mind”
Y : “iya.” (jleb)
Bagi kalian yang masih
ragu-ragu atau ingin belajar untuk memakai hijab, ini ada suguhan menarik dari
Badan Pengkajian Pengamalan Islam, yaitu Bincang-Bincang
Muslimah dengan tema Hijab Covers My Head, Not My Mind. Dengan menghadirkan
pembicara:
1.
Umi Pipik Dian Irawati
(Ustadzah
dan Artis)
2.
Yulia Rachman
(Artis
dan Penulis Buku)
Tempat dan Tanggal:
Aula Pascasarjana UNS
(Lantai 6)
Minggu, 14 September 2014
Pukul 07.30-12.00
Cara Pendaftaran
Ketik: nama lengkap_asal
univ_nomor hp.
Kirim ke: Rizky
(085647510719)
HTM
Pelajar/Mahasiswa Rp. 20.000
On the Spot: Rp. 25.000
Umum Rp. 25.000
On the Spot Rp. 30.000
Cara Pembayaran
Rekening a.n Sabilla
Primadevi
BNI Syariah 030423342
21 Agu 2014
Seimbangkan dengan Kecerdasan Spiritual: Sebuah Petuah untuk Kesuksesan Hakiki
Zohar
dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dari pada yang lain.[1] Kecerdasan
spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas
dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang
belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti
adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang
abadi.[2]
Dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia
untuk menyadari dan menilai makna dan nilai terhadap kekuatan yang lebih besar
dan lebih tinggi sehingga akan mengarahkan hidup kepada jalan yang positif
menuju kebahagiaan hakiki.
Dalam
klasifikasi umum dikenal tiga kecerdasan yakni IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional
Quotient), dan SQ (Spiritually
Quotient). IQ berkaitan dengan kemampuan intelegensi seseorang ketika
memimpin, IQ berperan dalam kelancaran pekerjaan secara teknis dan strategis.
Sedangkan EQ menurut Daniel Goleman, meliputi kecakapan pribadi dan kecakapan
sosial. Kecakapan tersebut mencakup lima komponen yaitu pengenalan diri,
pengendalian emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan berempati dan
kemampuan mengendalikan hubungan antar sesama manusia. IQ menentukan sukses
seseorang sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosi (EQ) memberi kontribusi 80%.[3]
Dua kecerdasan ini memang memiliki peran
dalam menentukan kesuksesan hidup manusia, tetapi masih BELUM CUKUP.
Berdasarkan penelitian sepuluh tahun terakhir ternyata adanya EQ dan IQ pun
belum cukup untuk mengatasi keadaan saat ini. Pernyataan yang seringkali muncul
adalah bagaimana jadinya kalau EQ dan IQ tersebut malah digunakan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti Hitler atau Stallin. Bisa saja
didepan seluruh rakyat yang dipimpinannya mereka dapat tercitrakan baik secara
intrapersonal dan interpersonal serta mempunyai intelegensi tinggi, namun
dibalik itu semua mereka menyimpan niat keji terhadap rakyatnya yang hingga
kini kita dapat membaca di buku sejarah tentang pembantaian ribuan manusia tak
berdosa.[4] Ketika IQ dan EQ digunakan tanpa karakter maka
hasilnya adalah kerusakan. Maka inilah peran SQ sebagai bingkai yang akan
menjadi pedoman dalam menggunakan IQ dan EQ dalam koridor kebenaran. Kesuksesan
bukan hanya pada jabatan atau kekayaan, tetapi kesuksesan itu ketika ilmu itu
bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa.
Nah loh, inilah pentingnya menanamkan kecerdasan spiritual dalam diri kita. Ingatlah, tanpa SQ hidup ini tidak akan terarah. Hati ini akan gersang dan kering akan nilai. Maka tanamkanlah dari sekarang.
[1]
Danah
Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berfikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. (Bandung: Mizan, 2001),
hal 4
[2]
Sukidi.
Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa SQ Lebih Penting dari pada IQ dan EQ.
(Jakarta: Gramedia, 2004), hal 77
[3] http://www.alifbraja.wordpress.com/2012/07/06/kecerdasan-spiritual/
[4] Ary
Ginanjar Agustian, 2001, Rahasia Sukses
Membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ berdasarkan 6 rukun Iman dan 5
rukun islam, Jakarta, Arga Wijaya Persada, hal.56.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)