Saya yakin semua orang mempunyai rasa malu. Sobat semua punya kan??Kita patut untuk tahu bahwa rasa malu menjadi bagian penting dalam keimanan seorang muslim. Mengapa?? Karena itu bisa menjaga kita dari perbuatan maksiat. Kadangkala sobat pernah ya, ketika melihat lawan jenis rasanya seperti tertimpa dunia dan seisinya, (hehe). Keringat dingin mengucur begitu deras, hati berdetak dengan cepat, akhirnya menatap pun malu. Fenomena ini ada yang mensyukuri ada juga yang menyesali. Namun kita harus tahu definisi malu.
Al Imam An Nawawi menjelaskan bahwa para ulama berkata,“Hakikat sifat malu itu ialah suatu budi pekerti yang menyebabkan seorang itu meninggalkan apa-apa yang buruk dan menyebabkan ia tidak lengah untuk menunaikan haknya seorang yang mempunyai hak.”Beliau melanjutkan,“Kami meriwayatkan dari Abul Qasim al Junaid rahimahullah, beliau berkata,‘Malu ialah perpaduan antara melihat berbagai macam kenikmatan atau karunia dan melihat adanya kelengahan, lalu tumbuhlah di antara kedua macam sifat yang di atas tadi suatu keadaan yang dinamakan sifat malu’.” (Riyadhus Shalihin)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Keimanan itu ada tujuh puluh sekian cabang atau keimanan itu ada enam puluh sekian cabang. Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan gangguan dari jalan dan malu itu adalah cabang dari keimanan.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan melalui seorang lelaki dari golongan kaum Anshar dan ia sedang menasihati saudaranya tentang hal sifat malu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Biarkanlah ia, sebab sesungguhnya sifat malu itu termasuk dari keimanan.” (Muttafaq ‘alaih)Kenapa malu disebut sebagai salah satu cabang keimanan? Hal ini dengan rasa malu yang ada pada dirinya seseorang akan malu apabila meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah serta malu pula untuk melanggar apa yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.Kalau sobat malu ketika presentasi itu dipertanyakan. Tetapi kalau malu berbuat maksiat itu menjadi kewajiban.(referensi: http://shirotholmustaqim.wordpress.com/)
Al Imam An Nawawi menjelaskan bahwa para ulama berkata,“Hakikat sifat malu itu ialah suatu budi pekerti yang menyebabkan seorang itu meninggalkan apa-apa yang buruk dan menyebabkan ia tidak lengah untuk menunaikan haknya seorang yang mempunyai hak.”Beliau melanjutkan,“Kami meriwayatkan dari Abul Qasim al Junaid rahimahullah, beliau berkata,‘Malu ialah perpaduan antara melihat berbagai macam kenikmatan atau karunia dan melihat adanya kelengahan, lalu tumbuhlah di antara kedua macam sifat yang di atas tadi suatu keadaan yang dinamakan sifat malu’.” (Riyadhus Shalihin)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Keimanan itu ada tujuh puluh sekian cabang atau keimanan itu ada enam puluh sekian cabang. Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan gangguan dari jalan dan malu itu adalah cabang dari keimanan.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan melalui seorang lelaki dari golongan kaum Anshar dan ia sedang menasihati saudaranya tentang hal sifat malu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Biarkanlah ia, sebab sesungguhnya sifat malu itu termasuk dari keimanan.” (Muttafaq ‘alaih)Kenapa malu disebut sebagai salah satu cabang keimanan? Hal ini dengan rasa malu yang ada pada dirinya seseorang akan malu apabila meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah serta malu pula untuk melanggar apa yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.Kalau sobat malu ketika presentasi itu dipertanyakan. Tetapi kalau malu berbuat maksiat itu menjadi kewajiban.(referensi: http://shirotholmustaqim.wordpress.com/)
0 comments :
Posting Komentar