4 Jun 2014

Hakikat Pemimpin Menurut Al-Qur'an


Akhir-akhir ini ungkapan "pemimpin" menjadi trending topic di Indonesia. Tidak heran karena sebentar lagi Indonesia akan memilih pemimpin baru, yaitu Pemilihan Presiden 2014. Maraknya isu-isu yang dihembuskan lewat media maya membuat kita semakin bingung. Blow up isu negatif para calon presiden kini menjadi makanan sehari-hari bagi para pengguna media. "Apakah itu benar?", "Apakah iya seperti itu?". Banyak pertanyaan kemudian muncul di benak kita apakah mereka layak memimpin bangsa ini.

Namun perlu diperhatikan. memilih ataupun tidak, tetap saja akan ada pemimpin yang terpilih. Warga negara tetap saja diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih. Memilih atau golput adalah pilihan. Tetapi, sekali lagi tetap ada pemimpin yang terpilih. Peran kita sedikit banyak akan mempengaruhi kualitas negeri ini, dan itu semua bermula dari seorang pemimpin. 

Bagaimana Hakikat Pemimpin Menurut Al-Qur'an
Berbicara tentang pemimpin, Allah SWT telah menjelaskan kepada kita bagaimana pemimpin yang baik itu, melalui beberapa contoh kepemimpinan yang Allah ketengahkan dalam kitab-Nya, Al-Qur’an.
Diantara sosok yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah Musa as. Dalam QS Al-Qashash: 26, Allah SWT berfirman: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Wahai bapakku, ambillah ia (Musa) sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat (al-qawiyy) lagi dapat dipercaya (al-amin)".
Dalam ayat tersebut, Musa as disifati memiliki dua sifat yaitu al-qawiyy (kuat) dan al-amin (bisa dipercaya). Inilah dua sifat yang harus dimiliki oleh seseorang  yang “bekerja untuk negara”. Dua sifat tersebut adalah al-quwwah yang bermakna kapabilitas, kemampuan, kecakapan, dan al-amanah yang bermakna integritas, kredibilitas, moralitas.
Sosok pemimpin lainnya yang disebutkan oleh Al-Qur’an adalah Yusuf as. Dalam QS Yusuf: 55, Allah SWT mengabadikan perkataan Yusuf as kepada Raja Mesir: “Yusuf berkata: ‘Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Dari ayat diatas, kita mengetahui bahwa Yusuf as itu hafiizh (bisa menjaga) dan ‘alim (pintar, pandai). Inilah dua sifat yang harus dimiliki oleh seseorang yang “bekerja untuk negara”. Dua sifat tersebut adalah al-hifzh yang tidak lain berarti integritas, kredibiltas, moralitas, dan al-‘ilm yang tidak lain merupakan sebentuk kapabilitas, kemampuan, dan kecakapan.
Jadi kesimpulannya, kriteria pemimpin yang baik menurut Al-Qur’an adalah yang kredibel dan juga kapabel. Dua-duanya harus ada pada diri seorang pemimpin, bukan hanya salah satunya. Jika seorang pemimpin hanya kredibel tapi tidak kapabel, maka urusan akan berantakan karena diserahkan pada yang bukan ahlinya. Rasulullah saw bersabda, “Jika urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya”. Sebaliknya, jika seorang pemimpin hanya kapabel tapi tidak kredibel, maka dia justru akan ‘minteri’ rakyat, menipu rakyat, menjadi maling dan perampas hak-hak rakyatnya, dan tidak bisa dijadikan sebagai contoh dan teladan. Dan jika para pemimpinnya bermoral rendah, bagaimana dengan rakyatnya?  

(Referensi: menaraislam.com)

0 comments :

Posting Komentar