KAFE (Kajian Fakultas Ekonomi) Edisi 27 Februari 2014
KAFE kita kali ini special bedah buku ‘Menembus Batas’ sebuah buku yang berkisah tentang perjuangan hidup seorang ayah (mualaf) dengan 6 orang anak dan istri yang sedang sakit parah. Dengan pembicara kita Bapak Budi Setiadi.
Singkat cerita, pada tahun 2009 adalah masa-masa sulit yang dialami oleh Bp. Budi. Istrinya sedang sakit parah dan harus membiayai anak pertama yang kuliah di UGM dan anak yang kedua juga akan memasuki ITB. Dengan keadaan ekonomi yang kurang berkecukupan Bp. Budi meminta petunjuk kepada Allah. Dalam sholat tahajud Bp. Budi mendapatkan petunjuk dan akhirnya memulai untuk menulis. Untuk keluar dari garis kemiskinan kita harus mempunyai keinginan yang kuat. Maka Bp. Budi menulis buku yang berjudul Menembus Batas.
Dalam acara kita kali ini beliau berbagi ilmu agar kita bias meraih “HERO” Happy Ending Full Barokah. Bagaimana cara kita untuk bisa keluar dari keterpurukan.
1. INSPIRASI
Kita dapat melihat dalam Surat Ali Imran ayat 33-40. Dalam ayat tersebut kita mendapat hikmah bahwa ‘Dengan memanjatkan doa, hal yang mustahil akan menjadi kenyataan’ dan Allah melakukan apa yang dikehendakiNya’. Allah akan mengabulkan apa yang kita inginkan selama kita mau berusaha dan berdoa.
2. MOTIVASI
• Cita-cita
Apapun yang kita cita-citakan kita tidak boleh meninggalkan perintah Allah. Kita harus tetap bertaqwa dan beriman kepada Allah. Karena kita akan mempertanggung jawabkan apa yang kita kerjakan di hari kiamat nanti. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu berbisik-bisik sesama sendiri, maka janganlah kamu berbisik-bisik untuk melakukan dosa dan pencerobohan serta perbuatan derhaka kepada Rasulullah; dan (sebaliknya) berbisiklah untuk berbuat kebajikan dan bertaqwa. Dan hendaklah kamu tetap bertaqwa kepada Allah yang kepadaNya kamu semua akan dihimpunkan (pada hari kiamat untuk dihitung amal kamu dan menerima balasan)”. (QS. Al-Mujaadalah: 9)
3. KONSEKUENSI CITA CITA
“Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. “(QS.Al-Ashr: 1-3)
Dalam ayat di atas kita dapat mengambil hikmah yaitu ‘Kunci Kesuksesan adalah mampu membagi waktu’. Waktu itu terus berjalan dan kita tidak dapat mengulangnya kembali, maka dari itu kita harus mengatur waktu sebaik mungkin. Agar kita tidak menyesal suatu saat nanti.
4. BENTENG DIRI
Maka tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk melemparkan dirinya kepada kebinasaan, seperti misalnya seseorang menjatuhkan dirinya dari bangunan yang tinggi dan berkata, “sesungguhnya saya bertawakkal kepada Allah”, atau seseorang yang mengkonsumsi racun dan berkata, “sesungguhnya saya bertawakkal kepada Allah”, atau seseorang menusuk dirinya dengan sebilah pisau atau benda tajam lainnya dan berkata, “sesungguhnya saya bertawakkal dan pasrah kepada Allah”. Semua ini tidak diperbolehkan. Wajib bagi setiap muslim untuk menjauh dan menjaga dirinya dari sebab-sebab kebinasaan. Sebagai manusia kita wajib berusaha dan janganlah menghancurkan masa muda kita dengan tingkah laku kita yang tidak baik yang dapat merugikan diri kita sendiri. Allah berfiman:
“Dan belanjakanlah (apa yang ada pada kamu) karena (menegakkan) agama Allah, dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan (dengan bersikap bakhil); dan baikilah (dengan sebaik-baiknya segala usaha dan) perbuatan kamu; kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.” (QS.Al-Baqarah: 195)
5. AKSI DAN REAKSI
‘Di kisahkan seorang anak muda yang selalu Beristiqfar kepada Allah, selalu memohon ampun kepada Allah dan Allah selalu mengabulkan doanya.’
Dalam hal ini kita akan sama-sama belajar tentang mengenal kepribadian seseorang. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Dalam mengambil keputusan atau dalam menjalani suatu hal kita harus menyesuaikan dengan bakat dan minat kita agar setiap yang kita jalani sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
Dalam acara ini, Bp.Budi juga memberi nasehat ketika mendidik seorang anak, yaitu:
‘ Jika anak meminta sesuatu maka jangan langsung diberi, ditunda terlebih dahulu agar anak tersebut tidak menjadi anak yang manja. Berikan apa yang dibutuhkan oleh anak, bukan apa yang diminta oleh anak.’
‘ Jika menghadapi anak yang mendapat nilai terlalu rendah. Pertama, ubahlah Mindset anak tentang belajar, kembangkan bakat dan minat anak, dan ubahlah semangat belajar anak. “Tidak ada anak yang gagal, hanya pengasuh anak yang gagal.”
Kita dapat mengambil pelajaran dari nasehat yang di berkan oleh Bp. Budi, bahwa Kita harus belajar untuk mengubah Mindset kita, agar kita dapat memaksimalkan apa yang kita miliki. (Tri Haryani)
BPPI 2014
“Bersinergi, Memuliakan Hati”
0 comments :
Posting Komentar