Table manner dapat diartikan sebagai sikap seseorang dalam
mengikuti suatu acara jamuan makan dengan mengikuti tata cara, etika sopan
santun sesuai dengan lingkungan sosial dimana kita berada dan dilakukan oleh
siapa saja.
Bisa dikata, table manner adalah
salah satu parameter sopan santun seseorang, tentu dengan sudut pandang
budayanya.
Tiap bangsa dan budaya memang memiliki table manner mereka masing-masing. Namun Islam juga memiliki table manner tersendiri yang sudah selayaknya diterapkan oleh kaum muslimin saat makan, tanpa memandang asal bangsa dan budaya
Tiap bangsa dan adat
istiadat pastinya punya dong table manner
mereka sendiri. Dari yang ringkes, sampai yang ribet pun juga ada. Tentu ini
dilihat dari pandangan tiap subjektif tiap orang. Di Indonesia misalnya, nggak
boleh bersendawa saat makan, kalo selesai makan sendok dan garpu dibalik, dan
lain sebagainya. Di Arab, justru saat seorang tamu bersendawa, malah itu bagus
dan disukai tuan rumah, karena tamu dianggap puas dengan jamuan yang
dihidangkan. Di tempat lain, berjejer banyak sendok dan garpu di samping
kanan-kiri piring dengan kegunaannya sendiri-sendiri.
Nah, sebagai jalan hidup
yang mencakup semuanya, Islam juga memberikan panduan table manner bagi umat muslim, lho. Islam memang nggak hanya
mengatur hubungan antara individu dan Allah Ta’ala
secara personal, bahkan etika saat makan pun juga diperhatikan. Masya’Allah. Bedanya dengan table manner yang lain, jika kita
melakukan table manner ala Islam ini,
insya’Allah selain akan menunjukkan tingginya kesopansantunan kita sebagai
muslim, juga sebagai pundi-pundi pahala, bahkan saat menyantap hidangan
sekalipun.
Di sini juga dilengkapi
sudut pandang sains mengenai table manner
Islam, biar artikel ini makin komplit.
Etika Makan
Apa aja sih etika makan dalam Islam? Ini dia..
[1] Pertama, makannya sambil
duduk ya mas bro mbak sist. Jangan sambil berdiri. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bahwasanya beliau melarang seseorang untuk minum dengan berdiri.
Qatadah bertanya kepada Anas, “Bagaimana kalau makan?” Anas menjawab, “Kalau makan dengan berdiri itu lebih jelek dan lebih
buruk.” (HR Muslim)
Ditinjau dari kacamata medis, minum
air sambil duduk lebih baik karena air yang masuk dengan cara duduk akan
disaring oleh sfringer.
Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot)
yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.
Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos-pos penyaringan yang berada
di ginjal. Nah,
jika kita minum berdiri,
air yang kita minum
tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika
langsung menuju kandung kemih, maka terjadi pengendapan di saluran ureter.
Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter. Inilah yang bisa
menyebabkan penyakit kristal ginjal, saalah satu penyakit
ginjal yang berbahaya.
Makanan
dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf
yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak
tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila
terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf
(vagal inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi
jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.
Begitu
pula makan dan minum berdiri secara terus-menerus terbilang membahayakan dinding
usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter
melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa
berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.
Sebagaimana
kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada
tenggorokkan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan
terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi
pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan
minum.
[2] Kedua, doa dulu sebelum dan sesudah
makan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
salam bersabda, “Wahai anakku, jika engkau hendak makan ucapkanlah bismillah, makanlah dengan
tangan kananmu dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR
Thabrani dalam Mu’jam Kabir).
Memperhatikan etika makan khususnya dalam sebuah jamuan termasuk salah satu parameter penilai kesopanan seseorang
Habis makan
juga kudu memuji Allah Ta’ala, atas
segala karunia-Nya kepada kita. “Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang
hamba yang menikmati makanan lalu memuji Allah sesudahnya atau meneguk minuman
lalu memuji Allah sesudahnya.” (HR Muslim no. 2734). Simpel tapi sarat
pahala, kan?
[3] Ketiga, pake tangan kanan. Dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena
syaitan itu juga makan dengan tangan kiri.” (HR Muslim no. 2019)
Lantas, gimana dong kalo
makan steak? Kan kita juga ada acara
ngiris pake pisau. Bukannya ribet kalo harus gonta-ganti pisau-garpu saat
ngiris-makan steak? Untuk itu,
masalah itu bisa diakali dengan ngiris-ngiris steak terlebih dulu menjadi beberapa bagian, baru kamu makan.
Segala macam makanan harus disesuaikan dengan table manner Islam
[4] Keempat, jangan meniup makanan yang panas.
Dari
Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.”
(HR. Al-Tirmidzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, dan hadits ini dishahihkan
oleh Al-Albani)
Sebuah
penelitian mengungkapkan bahwa meniup makanan panas bisa menyebabkan asidosis,
yakni turunnya pH dalam darah. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus, kita
akan merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, sering mual dan juga
mengalami kebingungan. Bila asidosis tidak tertangani dengan baik maka tekanan
darah akan menurun, syok, koma, bahkan bisa menyebabkan kematian. Kok bisa???
Saat
bernapas kita menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida
(CO2). Sedangkan makanan / minuman panas akan mengeluarkan uap air (H2O).
Otomatis jika kita meniup makanan/minuman panas, maka akan terjadi reaksi
sebagai berikut:
CO2
+ H2O ----> H2CO3
Hasil
reaksi ini adalah senyawa asam karbonat yang berguna untuk mengatur pH (tingkat
keasaman) di dalam darah. Darah sendiri merupakan bufer (larutan yang dapat
mempertahankan pH) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan
basa konjungsinya berupa HCO3.
Dalam
kata lain, tubuh menggunakan bufer dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Jika kita meniup
makanan/minuman yang masih panas itu artinya kita mengonsumsi makanan yang
mengandung H2CO3 yang mempengaruhi tingkat keasaman dalam
darah menjadi lebih asam dari seharusnya. Alhasil, pH dalam darah menurun.
Keadaan ini disebut dengan istilah asidosis.
Masya Allah. Islam memang aturan yang memiliki hikmah tak
terhitung di baliknya. Sepakat kan?!
[5] Kelima, jangan makan yang berlebihan ya. Allah Ta’ala berfirman, “…Makan dan
minumlah tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” {QS. Al A'raaf (07): 31}
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk makan berlebihan, tetapi secukupnya
Dr. Bradley J. Willcox, dalam bukunya
The Okinawa Diet Plan: Get Leaner, Live Longer and Never Feel Hungry, diet
Okinawa dapat mengatasi kegemukan, membuat perasaan lebih nyaman dan awet muda. Okinawa merupakan nama sebuah pulau di
Jepang. Nama pulau ini begitu terkenal, karena memiliki jumlah penduduk berusia
lebih dari 100 tahun terbanyak di dunia. Data menunjukkan dari sekitar 1,27
juta jiwa, terdapat 427 warga Okinawa yang berusia lebih dari 100 tahun!
Penduduk Okinawa juga memiliki usia harapan sehat tertinggi di dunia.
Rahasia sehat, panjang umur dan awet
muda mereka terletak pada pola makan dan gaya hidup sehari-hari yang sangat
khas. Pola makan mereka hampir sama dengan Anda, bedanya mereka sangat
membatasi mengonsumsi lemak dan protein hewani.Prinsip makan yang mereka anut
adalah mengonsumsi karbohidrat, lemak dan protein yang tepat.
Nah, gimana? Orang Okinawa
aja yang non-muslim menerapkan gaya hidup sehat, mengapa kita yang muslim, yang
sudah diperintahkan oleh Nabi kita sejak dulu buat memperhatikan masalah
makanan, malah bersikap cuek?
Untuk ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam memberikan
solusi menarik. Beliau bersabda, “Tidaklah
seorang manusia mengisi wadah yang lebih buruk daripada mengisi perutnya
sendiri. Bagi seseorang cukuplah beberapa suap yang bisa menegakkan
punggungnya. Dan kalau tidak kuat demikian maka hendaklah sepertiga isi
perutnya untuk makanannya, sepertiga lainnya untuk minumannya, dan sepertiga
lagi untuk udara / nafasnya.” (HR Ahmad, Ibnu Majah
dan Hakim)
[6] Keenam, jangan makan sambil bersandar. Abu Juhaifah
mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat
beliau, “Aku tidak makan dalam keadaan bersandar.” {HR. Bukhari no. 5399}
[7] Ambil makanan yang terdekat dengan kamu dulu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Wahai
anakku, jika engkau hendak makan ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah makanan yang berada
di dekatmu.” (HR Thabrani dalam Mu’jam Kabir).
Peralatan Makan
Sedang dari peralatan makanan,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar sesuai dengan aturan table manner Islami.
[1]
Apapun peralatan makannya, piring, gelas, sendok, garpu, dan lain-lain, jangan pake yang berbahan emas dan perak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda, “Janganlah kalian minum dari bejana emas dan perak dan jangan pula
kalian makan dari piring-piring emas dan perak.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Islam melarang umatnya menggunakan peralatan makan terbuat dari emas dan perak
[2] Bila memungkinkan, gunakan cukup tiga jari saat makan dan menjilati jari usai makan. Tentunya ini
juga tergantung jenis makanan yang kita makan.
Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau
mengatakan, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati
jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim no. 20232 dan
lainnya).
Berkenaan dengan hadits
ini Ibnu Utsaimin mengatakan, “Dianjurkan
untuk makan dengan tiga jari, yaitu jari tengah, jari telunjuk, dan jempol,
karena hal tersebut menunjukkan tidak rakus dan ketawadhu’an. Akan tetapi hal
ini berlaku untuk makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari.
Adapun makanan yang tidak bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari, maka
diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari tiga jari, misalnya nasi. Namun,
makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari maka hendaknya kita
hanya menggunakan tiga jari saja, karena hal itu merupakan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (Syarah Riyadhus shalihin Juz VII hal 243)
Cara makan kayak gini
mengajarkan kepada kita agar makan dengan tampilan yang nggak rakus, sedikit
dan perlahan-lahan.
Tiap
bangsa dan budaya memang memiliki table manner mereka masing-masing. Namun
Islam juga memiliki table manner tersendiri yang sudah selayaknya
diterapkan oleh kaum muslimin saat makan, tanpa memandang asal bangsa
dan budaya.
Jadi, yuk kita praktekkan. Selamat makaaan!! Eits, berdoa dulu. Bismillah.
Dari berbagai sumber.
hm, makan dg 3 jari itu pd saat Nabi karena Beliau makan buah kurma. jd makan dg sendok n garpu itu boleh asal jgn yg brasal dr emas n perak. wallahu'alambinshoaf,,
BalasHapustapi jika memungngkinkan pakai tangan, lebih baik menggunakan tangan karena itu sudah dicontohkan oleh Rosul.
Hapustapi jangan lupa cuci tangan dulu,,,apalagi di forum umum>>>
Hapus