16 Mar 2013

BPH 'Bongkar Pasang Hijab'


Di kampusnya, Bunga –sebut saja begitu- dikenal sebagai remaji (remaja putri) yang ceria dan supel. Kerudung tipis dengan beberapa warna cerah terlihat menemaninya dalam beraktivitas di kampus.




Suatu hari, beberapa remaja termasuk Bunga sibuk meramaikan akun jejaring sosial mereka. Namun kala itu Bunga bukan meramaikannya dengan update status galau, melainkan dengan mengunggah foto-fotonya di jejaring sosial. Tak hanya wajahnya yang bisa dilihat secara jelas oleh pengguna jejaring sosial lain, namun helai demi helai rambutnya pun nampak jelas karena dalam keadaan ‘terbuka’. Tak begitu jelas, apakah foto ini diambil saat Bunga belum berkerudung. Namun yang pasti, Bunga sendirilah, yang sekarang dikenal telah berkerudung, yang mengunggah sendiri foto-fotonya tanpa paksaan. Padahal sama seperti temannya yang lain, di jejaring sosial dia juga berteman dengan banyak lelaki non-mahram yang otomatis mereka bisa juga melihat fotonya tersebut.



Di sisi lain, Mawar –bukan nama sebenarnya- juga mahasiswi yang dikenal berkerudung di kampus. Namun di suatu hari, senior Mawar sekaligus mentor agama Islam-nya melihatnya ‘berlanglang buana’ di sekitar kostnya dengan rambut tergerai. Mawar pun hanya membalas keterkejutan sang senior dengan senyum nyengir kuda. Usut punya usut, ternyata Mawar merasa ribet untuk mengenakan kerudung, sementara dia hanya ingin ke warung yang hanya beberapa langkah dari kostnya.




Kerudung.. oh Kerudung..


Sebenernya sebuah fenomena yang patut disyukuri sih, karena di tengah gencarnya mode yang menawarkan ‘buka-bukaan’, banyak muslimah yang lebih memilih berkerudung walaupun latar belakang mereka bisa dibilang tak begitu agamis. Ditambah menjamurnya berbagai mode dalam berhijab, menjadikan pengguna kerudung lebih percaya diri, sehingga tak kalah dengan mereka yang masih mengibarkan rambutnya.


Walau begitu, ada beberapa muslimah yang kepergok melakukan BPH alias Bongkar Pasang Hijab. Maksudnya, pas ke sini berkerudung, pas ke sana kerudungnya dilepas. Di kampus berkerudung, saat pergi wisata nggak pake kerudung, dsb.


Banyak spekulasi mengenai alasan mereka melakukannya (kok kayak kasus pembunuhan bahasanya), mulai dari ribet, karena sudah merasa ‘di rumah’, terburu-buru, dan lainnya.


Di jejaring sosial, fenomena ‘mengunggah foto saat tak berkerudung’ menjadi trend di sebagian kalangan muslimah berkerudung. Alasan karena itu foto tempoe doeloe, atau karena yang penting tidak bertatap muka secara langsung, menjadi beberapa argumen.




Kapan Harus Menutup Aurat


Menutup aurat menjadi kewajiban tiap muslim saat mulai baligh, ya yang cowok maupun cewek.


Untuk muslimah, semua tubuh adalah aurat, kecuali muka dan telapak tangan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan juga aurat. Nah, para muslimah harus menutupi aurat mereka di depan lelaki non-mahram. Itu juga berlaku saat di lingkungan rumah, bila ada lelaki non-mahramnya. Di jejaring sosial juga sama dong. Walaupun ‘hanya’ buka kerudung di foto, tetep aja itu nggak boleh. Kan sama aja membuka aurat. 




Bagi yang Memilih Berkerudung


Sip! Memilih berkerudung bukan merupakan hal yang salah, namun 100% benar. Sebagai muslimah, ini langkah awal yang memang harus kamu tempuh. Intinya, good job, ladies!


Namun bukan berarti perjuangan kamu sampai di sini saja. Jalan masih jauh, lho.. Dalam permasalahan menutup aurat pun, menutup rambut saja bukan merupakan penyelesaian. Harus ada beberapa kriteria lain yang patut dipenuhi, seperti kerudung harus sampai menjulur menutupi dada, kain kerudung dan pakaian harus tebal dan longgar, dan lain-lain. Juga yang istiqomah ya, jangan BPH (Bongkar Pasang Hijab).


Namun tenang aja, Allah Ta’ala sangat menghargai proses kok. Islam, jalan hidup yang diturunkan Allah Ta’ala buat kita umat-Nya, memang dibuat untuk manusia yang tidak bisa langsung menjadi 100% baik dalam seketika. Contoh kasus, masalah pelarangan miras. Pada awalnya, miras masih ditoleransi asal di luar shalat. Namun lama-kelamaan, miras bener-bener dilarang sama sekali. Jadi Islam memang memperlakukan kita sebagai manusia, sesosok makhluk yang butuh proses untuk menjadi baik, bukan sebagai malaikat yang sekali diperintah langsung melaksanakan.


Sedikit info, tahukan apa itu amal jariyah? Yup, itu adalah amal yang terus mengalirkan pahala bagi pelakunya walau dia telah tiada. Salah satu amal jariyah adalah mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Lantas apa hubungannya dengan berkerudung, berhijab, de el el??


Ilmu itu nggak melulu disampaikan, tapi bisa lewat keteladanan. Jika kamu memberikan contoh berkerudung dan berhijab syar’i, baik dari segi penampilan maupun dari pembawaan akhlak, bisa jadi banyak orang terinspirasi melakukan hal serupa. Nah, jika mereka mengikuti langkahmu, insya’Allah kamu juga akan dapat pahalanya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Jika orang yang ngikutin kamu ini ternyata juga menginspirasi orang lain, insya’Allah kamu juga dapet pahalanya (lagi). Bahkan jika yang terinspirasi sampe tujuh turunan, insya’Allah kamu juga dapet pahalanya, walaupun kamu udah tiada. Subhanallah! Enak kan? Makanya jadi yang pertama dalam kebaikan, khususnya berkerudung.


Eits, tapi ini juga berlaku dalam masalah keburukan lho ya. Jika kamu menginspirasi orang berbuat buruk, kamu juga dapet dosanya, tanpa mengurangi dosa mereka. Missal, Fulanah adalah muslimah berkerudung tapi suka BPH (Bongkar Pasang Hijab), atau udah pake kerudung tapi suka mengumpat atau perbuatan tercela lain lah. Nah, jika ada orang lain yang ‘terinspirasi’ tingkahnya, Fulanah juga ikut dapet dosa karena memberi contoh yang nggak baek. Jika misalkan ada muslimah yang nggak mau berhijab gara-gara melihat ulah Fulanah, lagi-lagi Fulanah juga dapet dosanya. Nggak mau kan kayak gini?


Nah, daripada menjadi inspirator keburukan, kan lebih enak kan jadi inspirator kebaikan? Setuju nggak? Setuju dong!



Didiskreditkan?


Beberapa temen muslimah ada yang gerah juga, soalnya mereka sering dituduh berjilbab nggak syar’i, berjilbab tapi telanjang, berkerudung tapi nggak bener, d el el. Gimana nih enaknya?


Tunggu.. tunggu, jangan marah dulu. Mereka yang mengatakan hal itu sebenernya merupakan bentuk kepedulian mereka, bukan sok suci atau apa. Jika seorang ibu bawel sama anak-anaknya, bukankah itu bentuk kepedulian sang Ibu akan anaknya? Nah, begitu juga temen-temen yang mengatakan kata-kata di atas. Teman sejati kan bukan mereka yang seiya sekata sama kita doang, tapi yang juga selalu mengingatkan kita kala salah. Kita semua nggak ada yang sempurna kan? Jika mereka salah ya kita menasehati. Jika kita yang salah, ya kita juga harus siap dinasehati.


Plus, walaupun Islam menghargai proses, tapi harus diinget juga, jangan menggunakan kata ini terlalu sering. Inget juga, keberhasilan tak bisa dicapai dengan banyak alesan. Allah Maha Mengetahui, mana yang bener-bener sedang berproses, dan mana yang sedang berdalih doang. Juga, hidayah itu bukan dinanti, tapi dicari.



Bagi Para Penasehat


Bagi yang berusaha menasehati saudaranya ke jalan kebenaran, khususnya agar berjilbab syar’i, hendaknya inget panduan Allah Ta’ala dalam berdakwah.


Firman Allah dalam Surah An-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”


Firman Allah yang lain dalam Surah Ali ‘Imran ayat 159, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”


Walaupun debat juga bisa menjadi cara berdakwah, tapi cara itu seringnya tak berhasil menyentuh hati objek dakwah. Raja Namrudz kalah debat dengan Ibrahim ‘alaih as-salam, namun dia tetap saja kafir. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaih wa salam juga pernah berdebat dengan utusan dari Nasrani Najran, tapi mereka tetap tak mau memeluk Islam.


Namun ada kisah menarik mengenai dakwah dengan hikmah. Dulu saat Nabi dan para shahabatnya sedang berada di masjid, tiba-tiba aja ada orang ‘Arab Badui (kalo bahasa kita ya “wong ndeso” lah istilahnya) yang masuk masjid dan, ups, dia buang air kecil di salah satu sudut masjid.


Ngelihat hal itu, jelas para shahabat langsung berusaha menghardik orang Badui tersebut. Tapi Nabi Muhammad justru mencegah para shahabat dan membiarkan Badui tersebut menyelesaikan hajatnya.


Setelah selesai, Nabi mendekati orang Badui tersebut dan menasehatinya dengan lembut,”Sungguh, masjid ini tidak selayaknya dikencingi atau dikotori. Sesungguhnya ia hanya diperuntukkan untuk shalat dan membaca Al-Qur’an.” Mendengar nasehat Nabi tersebut, sang Badui tersebut terpesona dan berkata,”Ya Allah, sayangilah diriku dan Muhammad dan jangan sayangi yang selain kami berdua.” Yang dilakukan oleh Nabi sangat tepat, karena Badui tadi memang nggak tau apa gunanya masjid, maka Nabi memberitahunya dengan halus, bukan justru menghardiknya.


Jadi ayo kita utamakan kelembutan dan keteledanan ya ikhwatifillah..




Bagi yang belum berkerudung


Walau perkembangan pengguna kerudung udah menjamur (maksudnya: banyak banget yang sekarang pake kerudung, bukannya jamuran yang penyakit kulit), namun ternyata masih ada muslimah yang belum memilih berkerudung. Dari yang belum siap, tuntutan profesi, dll. Ada juga yang nggak mau BPH, jadi mereka nunggu hati mereka bener-bener siap dulu. Hingga ada sebuah ungkapan, “Sebelum menjilbabi tubuh, jilbabi dulu hatinya.”


Di samping itu, ada sebuah fakta menarik bahwa ratusan non-muslim di Eropa justru tak sungkan mengenakan kerudung, seperti yang dipaparkan di sini. Bahkan di negara Israel, para Rabi (pemuka agama Yahudi) dipusingkan dengan perilaku sebagian wanita Yahudi yang sangat suka bercadar, seperti yang dipaparkan di sini. Mereka yang non-muslim saja antusias, harusnya muslimah lebih antusias dong!


Plus, berjilbab itu wajib kayak sholat, bukan pilihan. Misal jika ada orang yang nggak sholat dengan alesan “belum siap”, apa bisa dibenarkan? Kan kalo wajib (fardhu) hukumnya, jika dikerjakan mendapat pahala, jika tidak dilaksanakan akan … *jawab sendiri ya..


Untuk masalah ini, ada sepotong syair yang mungkin bisa menjadi renungan.


Berjilbab memang tak menjamin hati pemakainya menjadi suci

Namun berjilbab merupakan realisasi sucinya hati

Karena iman butuh bukti, tak sekedar janji

Ayo ukhti, segera berjilbab syar’i, raih cinta Ilahi, masuk surga di akhirat nanti..




Tips dalam Berhijab


Lantas, gimana biar muslimah tetep istiqomah dalam berkerudung dan berhijab?

a.      Banyak baca artikel ke-Islam-an, baik lewat media cetak ataupun elektronik, khususnya masalah kerudung dan hijab. Sekarang banyak kok bacaan Islam yang menggunakan bahasa yang enak dibaca oleh kalangan muda, termasuk blog ini.

b.      Sering berkumpul dengan orang shaleh / ah, jadi kalo salah selalu bisa diingetin.

c.       Kalo bisa, muslimah harus punya kerudung kaos yang nggak ribet makenya, langsung dimasukin ke kepala, cepet dan praktis.

Hal ini biar saat terburu-buru atau ada agenda yang sifatnya santai, gak ada alasan lagi buat “ribet pake kerudung”.

Namun syaratnya yang menjulur sampai dada ya, jangan cuma yang seleher doang. Cek deh Surah An-Nur ayat 31 tentang syarat batasan kerudung yang kita pake.


Say no to 'BPH'! 
“Hai Nabi,” firman Allah Yang Maha Pengasih dalam Surah Al Ahzab ayat 59, “Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

0 comments :

Posting Komentar