Di kampusnya, Bunga –sebut saja begitu- dikenal sebagai
remaji (remaja putri) yang ceria dan supel. Kerudung tipis dengan beberapa
warna cerah terlihat menemaninya dalam beraktivitas di kampus.
Suatu hari, beberapa remaja termasuk Bunga sibuk
meramaikan akun jejaring sosial mereka. Namun kala itu Bunga bukan meramaikannya
dengan update status galau, melainkan
dengan mengunggah foto-fotonya di jejaring sosial. Tak hanya wajahnya yang bisa
dilihat secara jelas oleh pengguna jejaring sosial lain, namun helai demi helai
rambutnya pun nampak jelas karena dalam keadaan ‘terbuka’. Tak begitu jelas,
apakah foto ini diambil saat Bunga belum berkerudung. Namun yang pasti, Bunga
sendirilah, yang sekarang dikenal telah berkerudung, yang mengunggah sendiri
foto-fotonya tanpa paksaan. Padahal sama seperti temannya yang lain, di
jejaring sosial dia juga berteman dengan banyak lelaki non-mahram yang otomatis
mereka bisa juga melihat fotonya tersebut.
Di sisi lain, Mawar –bukan nama sebenarnya- juga
mahasiswi yang dikenal berkerudung di kampus. Namun di suatu hari, senior Mawar
sekaligus mentor agama Islam-nya melihatnya ‘berlanglang buana’ di sekitar
kostnya dengan rambut tergerai. Mawar pun hanya membalas keterkejutan sang
senior dengan senyum nyengir kuda. Usut punya usut, ternyata Mawar merasa ribet
untuk mengenakan kerudung, sementara dia hanya ingin ke warung yang hanya
beberapa langkah dari kostnya.
Kerudung.. oh Kerudung..
Sebenernya sebuah fenomena yang patut disyukuri sih,
karena di tengah gencarnya mode yang menawarkan ‘buka-bukaan’, banyak muslimah
yang lebih memilih berkerudung walaupun latar belakang mereka bisa dibilang tak
begitu agamis. Ditambah menjamurnya berbagai mode dalam berhijab, menjadikan
pengguna kerudung lebih percaya diri, sehingga tak kalah dengan mereka yang
masih mengibarkan rambutnya.
Walau begitu, ada beberapa muslimah yang kepergok
melakukan BPH alias Bongkar Pasang Hijab. Maksudnya, pas ke sini berkerudung,
pas ke sana kerudungnya dilepas. Di kampus berkerudung, saat pergi wisata nggak
pake kerudung, dsb.
Banyak spekulasi mengenai alasan mereka melakukannya
(kok kayak kasus pembunuhan bahasanya), mulai dari ribet, karena sudah merasa
‘di rumah’, terburu-buru, dan lainnya.
Di jejaring sosial, fenomena ‘mengunggah foto saat tak
berkerudung’ menjadi trend di sebagian kalangan muslimah berkerudung. Alasan
karena itu foto tempoe doeloe, atau karena yang penting tidak bertatap muka
secara langsung, menjadi beberapa argumen.
Kapan Harus Menutup Aurat
Menutup aurat menjadi kewajiban tiap muslim saat mulai
baligh, ya yang cowok maupun cewek.
Untuk muslimah, semua tubuh adalah aurat, kecuali muka
dan telapak tangan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa wajah dan telapak
tangan juga aurat. Nah, para muslimah harus menutupi aurat mereka di depan
lelaki non-mahram. Itu juga berlaku saat di lingkungan rumah, bila ada lelaki
non-mahramnya. Di jejaring sosial juga sama dong. Walaupun ‘hanya’ buka
kerudung di foto, tetep aja itu nggak boleh. Kan sama aja membuka aurat.
Bagi yang Memilih Berkerudung
Sip! Memilih berkerudung bukan merupakan hal yang
salah, namun 100% benar. Sebagai muslimah, ini langkah awal yang memang harus
kamu tempuh. Intinya, good job, ladies!
Namun bukan berarti perjuangan kamu sampai di sini
saja. Jalan masih jauh, lho.. Dalam permasalahan menutup aurat pun, menutup
rambut saja bukan merupakan penyelesaian. Harus ada beberapa kriteria lain yang
patut dipenuhi, seperti kerudung harus sampai menjulur menutupi dada, kain
kerudung dan pakaian harus tebal dan longgar, dan lain-lain. Juga yang
istiqomah ya, jangan BPH (Bongkar Pasang Hijab).
Namun tenang aja, Allah Ta’ala sangat menghargai proses kok. Islam, jalan hidup yang
diturunkan Allah Ta’ala buat kita
umat-Nya, memang dibuat untuk manusia yang tidak bisa langsung menjadi 100%
baik dalam seketika. Contoh kasus, masalah pelarangan miras. Pada awalnya,
miras masih ditoleransi asal di luar shalat. Namun lama-kelamaan, miras
bener-bener dilarang sama sekali. Jadi Islam memang memperlakukan kita sebagai
manusia, sesosok makhluk yang butuh proses untuk menjadi baik, bukan sebagai
malaikat yang sekali diperintah langsung melaksanakan.
Sedikit info, tahukan apa itu amal jariyah? Yup, itu
adalah amal yang terus mengalirkan pahala bagi pelakunya walau dia telah tiada.
Salah satu amal jariyah adalah mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Lantas apa
hubungannya dengan berkerudung, berhijab, de el el??
Ilmu itu nggak melulu disampaikan, tapi bisa lewat
keteladanan. Jika kamu memberikan contoh berkerudung dan berhijab syar’i, baik
dari segi penampilan maupun dari pembawaan akhlak, bisa jadi banyak orang
terinspirasi melakukan hal serupa. Nah, jika mereka mengikuti langkahmu,
insya’Allah kamu juga akan dapat pahalanya, tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun. Jika orang yang ngikutin kamu ini ternyata juga menginspirasi orang
lain, insya’Allah kamu juga dapet pahalanya (lagi). Bahkan jika yang
terinspirasi sampe tujuh turunan, insya’Allah kamu juga dapet pahalanya, walaupun
kamu udah tiada. Subhanallah! Enak
kan? Makanya jadi yang pertama dalam kebaikan, khususnya berkerudung.
Eits, tapi ini juga berlaku dalam masalah keburukan lho
ya. Jika kamu menginspirasi orang berbuat buruk, kamu juga dapet dosanya, tanpa
mengurangi dosa mereka. Missal, Fulanah adalah muslimah berkerudung tapi suka
BPH (Bongkar Pasang Hijab), atau udah pake kerudung tapi suka mengumpat atau
perbuatan tercela lain lah. Nah, jika ada orang lain yang ‘terinspirasi’
tingkahnya, Fulanah juga ikut dapet dosa karena memberi contoh yang nggak baek.
Jika misalkan ada muslimah yang nggak mau berhijab gara-gara melihat ulah
Fulanah, lagi-lagi Fulanah juga dapet dosanya. Nggak mau kan kayak gini?
Nah, daripada menjadi inspirator keburukan, kan lebih
enak kan jadi inspirator kebaikan? Setuju nggak? Setuju dong!
Didiskreditkan?
Beberapa temen muslimah ada yang gerah juga, soalnya
mereka sering dituduh berjilbab nggak syar’i, berjilbab tapi telanjang,
berkerudung tapi nggak bener, d el el. Gimana nih enaknya?
Tunggu.. tunggu, jangan marah dulu. Mereka yang
mengatakan hal itu sebenernya merupakan bentuk kepedulian mereka, bukan sok
suci atau apa. Jika seorang ibu bawel sama anak-anaknya, bukankah itu bentuk
kepedulian sang Ibu akan anaknya? Nah, begitu juga temen-temen yang mengatakan
kata-kata di atas. Teman sejati kan bukan mereka yang seiya sekata sama kita
doang, tapi yang juga selalu mengingatkan kita kala salah. Kita semua nggak ada
yang sempurna kan? Jika mereka salah ya kita menasehati. Jika kita yang salah, ya
kita juga harus siap dinasehati.
Plus, walaupun Islam menghargai proses, tapi harus
diinget juga, jangan menggunakan kata ini terlalu sering. Inget juga,
keberhasilan tak bisa dicapai dengan banyak alesan. Allah Maha Mengetahui, mana
yang bener-bener sedang berproses, dan mana yang sedang berdalih doang. Juga,
hidayah itu bukan dinanti, tapi dicari.
Bagi Para Penasehat
Bagi yang berusaha menasehati saudaranya ke jalan
kebenaran, khususnya agar berjilbab syar’i, hendaknya inget panduan Allah Ta’ala dalam berdakwah.
Firman
Allah dalam Surah An-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik.”
Firman
Allah yang lain dalam Surah Ali ‘Imran ayat 159, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.”
Walaupun
debat juga bisa menjadi cara berdakwah, tapi cara itu seringnya tak berhasil
menyentuh hati objek dakwah. Raja Namrudz kalah debat dengan Ibrahim ‘alaih as-salam, namun dia tetap saja
kafir. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaih wa
salam juga pernah berdebat dengan utusan dari Nasrani Najran, tapi mereka
tetap tak mau memeluk Islam.
Namun
ada kisah menarik mengenai dakwah dengan hikmah. Dulu saat Nabi dan para shahabatnya sedang
berada di masjid, tiba-tiba aja ada orang ‘Arab Badui (kalo bahasa kita ya
“wong ndeso” lah istilahnya) yang masuk masjid dan, ups, dia buang air kecil di
salah satu sudut masjid.
Ngelihat hal itu, jelas para shahabat
langsung berusaha menghardik orang Badui tersebut. Tapi Nabi Muhammad justru
mencegah para shahabat dan membiarkan Badui tersebut menyelesaikan hajatnya.
Setelah selesai, Nabi mendekati orang Badui
tersebut dan menasehatinya dengan lembut,”Sungguh,
masjid ini tidak selayaknya dikencingi atau dikotori. Sesungguhnya ia hanya
diperuntukkan untuk shalat dan membaca Al-Qur’an.” Mendengar nasehat Nabi
tersebut, sang Badui tersebut terpesona dan berkata,”Ya Allah, sayangilah diriku dan Muhammad dan jangan sayangi yang
selain kami berdua.” Yang dilakukan oleh Nabi sangat tepat, karena Badui
tadi memang nggak tau apa gunanya masjid, maka Nabi memberitahunya dengan
halus, bukan justru menghardiknya.
Jadi ayo kita utamakan kelembutan dan
keteledanan ya ikhwatifillah..
Bagi yang belum berkerudung
Walau perkembangan pengguna kerudung udah
menjamur (maksudnya: banyak banget yang sekarang pake kerudung, bukannya
jamuran yang penyakit kulit), namun ternyata masih ada muslimah yang belum
memilih berkerudung. Dari yang belum siap, tuntutan profesi, dll. Ada juga yang
nggak mau BPH, jadi mereka nunggu hati mereka bener-bener siap dulu. Hingga ada
sebuah ungkapan, “Sebelum menjilbabi
tubuh, jilbabi dulu hatinya.”
Di samping itu, ada sebuah fakta menarik
bahwa ratusan non-muslim di Eropa justru tak sungkan mengenakan kerudung,
seperti yang dipaparkan di sini. Bahkan di negara Israel, para Rabi (pemuka
agama Yahudi) dipusingkan dengan perilaku sebagian wanita Yahudi yang sangat
suka bercadar, seperti yang dipaparkan di sini. Mereka yang non-muslim saja
antusias, harusnya muslimah lebih antusias dong!
Plus, berjilbab itu wajib kayak sholat, bukan
pilihan. Misal jika ada orang yang nggak sholat dengan alesan “belum siap”, apa
bisa dibenarkan? Kan kalo wajib (fardhu) hukumnya, jika dikerjakan mendapat
pahala, jika tidak dilaksanakan akan … *jawab sendiri ya..
Untuk masalah ini, ada sepotong syair yang
mungkin bisa menjadi renungan.
Berjilbab memang tak menjamin hati pemakainya menjadi
suci
Namun berjilbab merupakan realisasi sucinya hati
Karena iman butuh bukti, tak sekedar janji
Ayo
ukhti, segera berjilbab syar’i, raih cinta Ilahi, masuk surga di akhirat
nanti..
Tips dalam Berhijab
Lantas, gimana biar muslimah tetep istiqomah
dalam berkerudung dan berhijab?
a.
Banyak
baca artikel ke-Islam-an, baik lewat media cetak ataupun elektronik, khususnya
masalah kerudung dan hijab. Sekarang banyak kok bacaan Islam yang menggunakan
bahasa yang enak dibaca oleh kalangan muda, termasuk blog ini.
b.
Sering
berkumpul dengan orang shaleh / ah, jadi kalo salah selalu bisa diingetin.
c.
Kalo bisa,
muslimah harus punya kerudung kaos yang nggak ribet makenya, langsung dimasukin
ke kepala, cepet dan praktis.
Hal ini
biar saat terburu-buru atau ada agenda yang sifatnya santai, gak ada alasan
lagi buat “ribet pake kerudung”.
Namun syaratnya yang
menjulur sampai dada ya, jangan cuma yang seleher doang. Cek deh Surah An-Nur
ayat 31 tentang syarat batasan kerudung yang kita pake.
Say no to 'BPH'!
“Hai Nabi,” firman Allah Yang Maha Pengasih dalam Surah Al
Ahzab ayat 59, “Katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin,
‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
0 comments :
Posting Komentar