Mbak,
kok kerudungnya kurang panjang? Harusnya kan sampai menutupi dada.
Mas,
kok pas ruku’ nggak lurus sih punggungnya?
Dek,
nyontek tu nggak boleh, lho! Kok masih nekat?
Kamu
kok begini… harusnya begitu.. Harusnya begini.
Tidak Ada Manusia yang Sempurna
Ya,
slogan ini memang benar. Manusia, dari segala sisinya, memang nggak ada yang
sempurna. Ada saja sisi kelemahan dari manusia. Termasuk dalam menjalankan
agama. Misalkan saja, ada orang yang rajin sedekah, tapi nggak kuat kalo puasa
sunnah tiap pekan. Rajin tilawah, tapi sulit bangun buat shalat tahajjud.
Dari awal, Islam memang
tidak menuntut kesempurnaan dalam diri manusia, karena memang itu mustahil
adanya. Allah SWT dalam Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa memang manusia memang
makhluk tak sempurna.
“Dihalalkan bagi kamu pada malam
hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena
itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu…”
{QS. Al-Baqarah (2) : 187}
Allah
SWT juga mengajarkan do’a saat manusia terlupa, karena manusia memang tempatnya
salah dan lupa, “Ya Rabb kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau
kami tersalah.” {QS. Al-Baqarah (2) : 286}
Mereka Juga Tak Sempurna
Tak
hanya dalam tingkatan manusia biasa, bahkan sesosok Nabi pun juga bukan sosok
yang sempurna. Allah SWT memang mengabadikan berbagai sejarah heroik para Nabi,
tapi juga menjelaskan sosok kemanusiaan mereka yang tak luput dari kesalahan.
Para
malaikat, makhluk Allah yang tercipta dari cahaya, selalu patuh pada
perintah-Nya, juga tak sempurna. Mereka merasa keheranan lantaran Allah SWT
hendak menciptakan manusia. Menurut pemikiran malaikat, manusia kelak hanya
menumpahkan darah. Mereka pun menanyakan hal itu kepada Allah SWT, tapi bukan
berarti para malaikat hendak menentangNya.
Allah
SWT berfirman, “Ingatlah ketika Rabbmu
berfirman kepada para Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” {QS. Al-Baqarah
(02) : 30}
Dalam
ayat di atas dijelaskan bahwa sebagai seorang makhluk, para malaikat juga tak
sempurna. Terbukti dalam kasus penciptaan Adam, mereka tidak tahu hikmah di baliknya.
Nabi
Adam ‘as pernah melupakan perintah Allah SWT agar menjauhi buah terlarang. “Lalu
keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman, ‘Turunlah
kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.’ Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat (kata-kata taubat) dari Rabbnya, maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” {QS. Al-Baqarah (02) : 36–37}
Nabi
Musa ‘as pernah secara tak sengaja membunuh seorang manusia, saat beliau belum
diangkat menjadi rasul. “Maka orang yang
dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang
dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan
matilah musuhnya itu. Musa berkata, ‘Ini adalah perbuatan syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata
(permusuhannya).’” {QS. Al-Qashshash (28) : 15}
Nabi
Yunus ‘as pernah marah kepada kaumnya lantaran mereka tidak beriman, padahal
Allah SWT menyuruh beliau untuk lebih sabar. “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan
marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Bahwa tidak
ada Ilah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim.’ Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman.” {QS. Al-Anbiya’ (21) : 87-88}
Bahkan
Nabi Muhammad s’aw juga pernah tersalah. Saat Nabi sibuk berdakwah kepada para
pembesar Quraisy, tiba-tiba seorang buta yang miskin datang kepada beliau
meminta diajarkan tentang Islam. Nabi Muhammad s’aw sebenarnya tidak merasa
sungkan apalagi jijik terhadap shahabat beliau yang buta tersebut, hanya
mungkin beliau merasa bahwa waktunya kurang tepat, hingga wajah beliau bermuka
masam.
Namun
Allah SWT langsung menegur beliau dengan lugas dan jelas, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang
seorang buta kepadanya, Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya
(dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu
memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka
kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak
membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan
bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka
kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran
Tuhan itu adalah suatu peringatan.” {QS. Abasa (80) : 1-11}
Dari
ayat Al-Qur’an yang dijelaskan sebelumnya, kita mengetahui bahwa semua makhluk
tak sempurna. Bahkan para malaikat dan para Nabi pun juga tak sempurna. Hanya
Allah lah satu-satunya Dzat yang Maha Sempurna.
Tapi Bukan Dalih
Tapi
pada kenyataannya, banyak banget yang salah mengartikan masalah ini. Bahkan
banyak yang punya mindset atau pikiran, “Nabi
aja gak sempurna, apalagi aku yang bukan apa-apa. Jadi gak masalah dong kalo
aku berbuat salah atau maksiat sekali-sekali.” Lisan mereka gak ngomong
begitu, tapi alam bawah sadar mereka bilang begitu.
Seharusnya
pemikiran tersebut kita ubah, “Nabi aja udah ibadah segitu khusyuknya, masih
aja gak sempurna. Apalagi aku yang ibadahnya kayak gini. Aibku pasti kelihatan
banyak.”
Islam
memang tidak menyuruh umatnya menjadi sempurna, karena itu adalah kemustahilan.
Namun Islam menyuruh agar kaum muslimin selalu lebih baik dari waktu ke waktu.
Dari
ayat di atas, kita harusnya gak hanya melihat ketidaksempurnaan para malaikat
dan para Nabi . Namun kita juga harus merenungi tindakan mereka setelahnya guna
menjadi lebih baik.
Setelah
mengetahui hikmah diciptakannya Adam, Allah SWT menyuruh para malaikat sujud
menghormati Adam ‘as. Para malaikat langsung melaksanakan titah tersebut penuh
kepatuhan.
Saat
Adam ‘as dan Hawa ditetapkan agar keluar dari surga, mereka lantas berdo’a
memohon ampunan dari Allah SWT. Dengan kemurahan-Nya, Allah SWT pun mengampuni
mereka.
Setelah
tak sengaja membunuh seseorang, Musa ‘as pun lantas bertobat kepada Allah SWT
lantaran kecerobohannya.
Yunus
‘as juga langsung bertobat kepada Allah SWT saat dalam perut ikan lantaran
beliau kurang sabar dalam menghadapi kaumnya. Allah SWT pun dengan izin-Nya
mengeluarkan Yunus ‘as dari perut ikan.
Begitu
pula dengan Nabi Muhammad s’aw. Beliau bertobat atas kekeliruan beliau dan
lantas menerima ‘Abdullah ibn Ummi Maktum yang buta tersebut. Beliau juga kerap
mengamanahi Ibnu Ummi Maktum tersebut hal penting yang menjadi bukti
kepercayaan Nabi pada beliau.
Kesimpulan
Dari
sejarah mereka, kita bisa mengambil pelajaran berharga. Memang manusia tidak
ada yang sempurna dan tidak akan ada. Terkadang lupa, terkadang juga terperosok
dalam lembah maksiat. Namun Nabi Muhammad s’aw bersabda, “Setiap anak Adam (manusia) berbuat
kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat.”
{HR. Tirmidzi}.
Islam memang tidak
menyuruh kaum muslimin tampil sempurna. Namun Islam mengajarkan agar kaum
muslimin selalu berproses lebih baik dari waktu ke waktu. Jadi nggak ada alesan
lagi “aku itu manusia biasa yang tak sempurna” saat kita dinasehati tentang kebaikan. Bukan masalah sempurna atau tidak, tapi mau berproses lebih baik atau
tidak.
“Barangsiapa
yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung. Siapa
yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi. Siapa yang keadaan
hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka.”
Benar, kita sebagai manusia tidak bisa sempurna. Namun kita bisa berproses lebih baik..
BalasHapus