Alkisah,
hiduplah seorang pemuda dengan kedua orang tuanya di lereng gunung. Suatu hari,
sang bapak menitahkan anak semata wayangnya, “Nak, tolong bawakan kotak ini ke
rumah kakek nenekmu. Tapi ingat! Jangan sekali-sekali membuka kotaknya.”
“Baik,
ayah!” sang anak menyanggupi.
“Tapi
batas waktunya,” sambung sang ayah, “hanya sampai matahari terbenam saja. Jika
matahari telah terbenam saat kau belum sempat menyerahkan kotak ini, maka
jangan kau melanjutkan perjalanan. Kembali lagilah ke rumah sambil membawa
kotak tersebut.”
“Baik,
ayah!” kembali sang anak menyanggupi.
Kemudian,
pemuda tersebut memulai perjalanan menuju rumah sang kakek nenek, sebuah rumah
yang terletak di lereng gunung yang lain.
Belum
lama sang pemuda meninggalkan rumah, tampak olehnya seorang kawan yang sudah
lama tak dilihatnya. Mereka bertemu melepas rindu, membicarakan
kenangan-kenangan masa lalu, dan sebagainya.
Tak dirasa, pembicaraan mereka
yang mengasyikkan telah menghabiskan waktu cukup lama. Mereka akhirnya
berpisah, sang pemuda kembali melanjutkan perjalanan.
Beberapa
saat setelah pemuda tersebut berjalan, dia melihat sesosok wanita yang
membuatnya terkesima. Takut kalau tidak dapat bertemu lagi, ia pun membuntuti
sang wanita hingga sampai rumahnya. Setelah pemuda tersebut tahu rumah sang
wanita, ia kembali melanjutkan perjalanan ke rumah kakek neneknya.
Tak terasa,
matahari telah berada di pertengahan langit barat. Sang pemuda yang bahkan
belum menempuh setengah perjalanan segera bergegas mempercepat langkahnya agar
sampai di tempat tujuan. Namun, tubuhnya yang mulai lemas tergoda untuk singgah
di sebuah rumah makan yang menyajikan makanan favorit masyarakat daerah
tersebut. Terkenal dengan rasanya yang lezat dan harganya yang murah, sang
pemuda singgah di rumah makan tersebut untuk sementara waktu. Di sana, ia
bertemu banyak orang yang belum dikenalnya. Watak sang pemuda yang supel
menjadikan ia tak segan untuk berkenalan dengan orang-orang di rumah makan
tersebut, kemudian berbinvcang beberapa saat.
Sang
pemuda akhirnya kembali melanjutkan perjalanan. Namun kala itu, matahari telah
menyentuh cakrawala di ufuk barat. Dengan bermandikan cahaya senja sang surya,
sang pemuda mengambil langkah seribu guna menyelesaikan amanat yang diberikan
kedua orang tuanya.
Namun
saat ia telah menempuh separuh perjalanan, adzan maghrib telah berkumandang
yang menyatakan bahwa matahari telah terbenam sekarang. Sang pemuda yang
teringat pesan sang ayah, akhirnya berbalik kembali menuju rumahnya.
Malam
larut, sang pemuda tersebut sampai di rumah dan menceritakan segala hal terkait
perjalanannya. Walaupun begitu sang anak tetap menjaga pesan sang ayah agar
jangan membuka kotaknya.
Analogi Kehidupan Kita
Kisah
di atas sebenernya merupakan analogi kehidupan kita, lho. Sejak kita di alam
ruh, kita telah berjanji agar selalu beribadah kepada Allah SWT, dan inilah
tujuan penciptaan kita di dunia.
Allah
SWT berfirman, “Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” {QS. Adz-Dzariyat (51)
: 56}
Namun
setelah kita mulai berjalan, menapaki hidup di dunia ini, hari demi hari, bulan
demi bulan, tahun demi tahun, kita lupa akan tujuan kita yang sebenarnya. Orientasi
hidup kita jadi kacau dan justru menjadikan dunia orientasi kita. Gak masalah
memiliki tujuan yang bersifat duniawi, jadi orang kaya misalnya. Namun yang
menjadi peringatan, harusnya segala macam tujuan duniawi tadi bermuara pada
satu tujuan utama, “beribadah kepada Allah SWT.” Misal jika kita ingin kaya,
sejak awal kita harus meniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT, seperti untuk
sedekah, membuka lapangan pekerjaan untuk ribuan fakir miskin, membangun
masjid, dan laen-laen.
Ingat,
inti dari kehidupan kita adalah “MENCARI BEKAL”. Bukan bekal piknik, bukan pula
bekal buat makan siang, tapi bekal meraih ridha-Nya.
Kajian Pengurus
Oleh : Mas Galih Mustofa
Sabtu, 14 Syawal 1433 H / 1 September 2012 M
GOR UNS
PR/KP/II/Kajian Pengurus/01
Kajian Pengurus
Oleh : Mas Galih Mustofa
Sabtu, 14 Syawal 1433 H / 1 September 2012 M
GOR UNS
PR/KP/II/Kajian Pengurus/01
0 comments :
Posting Komentar