Kata
mutiara, sebuah rangkaian kata yang disusun sedemikian rupa sehingga terdengar
lebih indah dibaca. Dengan pemilihan kata yang khusus, pesona kata mutiara
terkadang bisa merasuk sampai hati pembaca atau pendengarnya (ciee, yakin…?).
Kata
mutiara atau kadang disebut kamut (biar gak ribet) banyak banget macemnya. Ada
yang berisikan tentang kasih sayang Sang Pencipta, semangat buat belajar,
kesabaran saat menghadapi musibah, persahabatan, de el el.
Namun
begitu, ternyata ada juga lho kata-kata mutiara yang membawa petaka. What? Apa maksudnya?
Yah,
seperti yang udah dijelaskan, kata mutiara bisa aja khan merasuk hati pendengar
atau pembacanya. Jika udah begini, kemungkinan besar mereka akan melakukan hal
yang “diperintahkan” dalam kamut tersebut. Nah, dari sekian banyak kamut yang
tersebar, memang ada yang isinya mengarah pada hal-hal yang nggak baik, atau
ada juga yang sebenarnya memiliki arti baik tapi disalah artikan. Lantas, apa
saja kamut tersebut? ini dia…
Nasehati Dirimu Sendiri Sebelum
Menasehati Orang Lain
Lho?
Apa salahnya dengan kamut ini?
Dari segi teks, emang gak ada yang
salah sih. Kenyataannya, kamut ini memang bersesuaian dengan firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? [2] Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. [3]”
{QS. Ash-Shaff}
Tapi
pada kenyataannya, kamut yang satu ini sering disalah artikan. Terkadang, ada
orang yang gak mau dinasehati, tapi di satu sisi gak mau nolak secara
terang-terangan. Alesannya banyak. Bisa karena orang yang memberi nasehat
ngasih nasehat ngambil dari Al-Qur’an. Secara gitu lhoh! Walaupun gak terima,
tapi jika nolak mentah-mentah ayat Ilahi urusannya berabe khan?! Masalah
gengsi, prestise, de el el juga menjadi alasan lain. Nah, di saat seperti ini,
mereka akan berkilah dengan ungkapan, “Nasehati dirimu sendiri sebelum
menasehati orang lain.” Padahal maksudnya adalah dia gak mau ngelaksanain
nasehat tersebut di satu sisi, tapi juga gak berani nolak di sisi lain #maaf ya
kalo ada yang kesinggung ^^
Nah,
jika misalkan ada orang yang memberi nasehat kepada kita, padahal nasehatnya bertentangan
dengan perbuatan atau keyakinan kita selama ini, pertama adalah cek nasehatnya
dulu. Jika misalkan nasehatnya bersesuaian dengan syariat Islam, maka di saat
seperti ini, kamut yang kita gunakan bukannya “Nasehati dirimu sendiri sebelum
menasehati orang lain”, tapi “Allah memberi hal yang kita butuhkan, bukan hal
yang kita inginkan semata.”
Segala
perintah dan larangan-Nya, walaupun terkadang bertentangan dengan perbuatan dan
keyakinan kita selama ini, tapi yakinlah, ada hal yang lebih baik di balik
segala perintah dan larangan-Nya tersebut. Percayalah dan Buktikan!
No Body’s Perfect
Lho?
Kamut ini kelihatannya juga gak ada yang salah?
Sekali
lagi kami harus berkata, “Ya! Emang dari segi teks gak ada masalah. Tapi kamut
yang satu ini juga sering disalah artikan san disalah gunakan.”
Kamu
tahu apa itu cinta? Pastinya dong, ya! Pada saat kita jatuh cinta, bisa dengan
pacar (panganan opo kuwi?), idola, de el el, secara sains otak kita cenderung
lambat dalam menangkap hal-hal negatif dari orang yang kita cintai. Jadi
bawaannya, orang yang dicintai itu seolah-olah selalu baik dan positif di mata
orang yang mencintai. *oooh… so sweet!!
Dampak
dari proses jatuh cinta ini adalah bahwa orang yang mencintai tadi cenderung
nggak bersikap objektif terhadap orang yang dia cintai. Saat sang pujaan hati
berbuat baik, wuooh, hati seolah meleleh. Tapi pada saat sang pujaan hati
berbuat salah, dia langsung pasang badan dan berkata dengan lantang, “No Body’s
Perfect! Jangan sok suci nyari kesalahan orang lain!”
Lhoh,
tapi khan emang bener kalo nggak ada orang yang sempurna?
Iya
emang bener. Tapi coba direnungin. Bagi yang cewek, mungkin meng-idola-kan atau
tertarik dengan cowok yang berwajah mengkilap dan bersinar. *uuh…silau, beb! Kalo cowok mungkin
meng-idola-kan seseorang yang dinilai punya punya wibawa atau pejuang tangguh *wow!. Atau kalo tertarik sama cewek,
kemungkinan yang punya fisik yang dinilai ideal.
Pada
saat idola atau orang yang kita suka berbuat salah, kita mungkin bisa memaklumi
dan berkata, “No Body’s Perfect!” Tapi apakah kata mutiara ini juga akan
terlontar saat ada orang lain yang berbuat salah. Sebagai catatan, dia nggak
masuk kriteria kita sebagai idola atau orang yang kita suka.
Dari
segi kesalahan mungkin sama persis, tapi dari segi fisik misalkan, kita
menganggapnya jauh dari kata ideal, cakep, dll. Apa di saat itu prinsip “No
Body’s Perfect!” masih bisa didengungkan? Atau malah diam seribu bahasa? Atau
malah orang tersebut kita caci maki sedemikian rupa? Padahal diasumsikan
kesalahan yang diperbuat sama lho..
Ehm…
masalah ini emang sulit, ya. Masalah suka nggak suka emang lebih dominan
masalah hati, bukan logika. *cieee…
Bahkan ibarat kata, kalo udah suka, tahi kucing serasa coklat. *huweeek!
Dalam
masalah ini, memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama,
ingat nih sabda Rasulullah s’aw, “Cintailah
orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai
suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci
sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu
cintai.” (HR. At-Tirmidzi)
Kedua,
selain para nabi dan rasul, manusia (juga kita semua) itu gak ada yang terbebas
dari kesalahan. Walaupun masing-masing manusia pasti berbuat kesalahan, kita
harus lihat, mana kesalahan yang masih bisa ditolerir dan yang nggak. Tentu
standarnya syariat Islam, bukan semau gue. Jadi jangan main pukul rata.
Ketiga,
dalam Riwayat Bukhari, Nabi Muhammad s’aw bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” Hal ini bisa
dinalar. Jika kita mencintai seseorang, kita pasti akan berusaha menirunya,
menyukai segala hal yang ia suka, dan membenci segala hal yang ia benci juga. *sehati nih yee… swit swit.
Jika
kita mencintai Nabi, insya’ Allah kelak kita juga akan bersama dengan beliau. Tapi
jika kita sangat sangat sangat mencintai orang yang nggak jelas nasib
akhiratnya, yaaah… gimana nasib kita??
So,
jika kita memilih idola, cari yang bisa menuntun kita ke surga. Jika kita jatuh
cinta, labuhkan cinta kita dengan landasan ridha-Nya.
Mungkin
Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum
bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih
atas karunia tersebut.
Nah, kalo kamut ini apanya yang salah? Pada
prakteknya memang begitu khan?
Pada prakteknya, kalimat mutiara ini *kalimat,
bukan kata. Habis panjang, sih.. disalah artikan sebagai legalitas dalam
bersenang-senang. Maksudnya senang-senang itu, menjalin ikatan dengan lawan
jenis, bukan ikatan pernikahan, hanya berlandaskan senang-senang aja.
Harusnya kamut ini menjadikan kita sadar dan
waspada *waspada? Perang nih ceritanya? karena orang yang kita cintai
saat ini bisa jadi bukan orang yang jadi jodoh kita kelak. Gampangnya, cuma
cinta monyet belaka. Jadi, pada saat kita merasa ada “getaran cinta” sama
seseorang sekarang, kita harus mikir, jangan-jangan ini cuma cinta monyet
doang. Jadi kita lebih berhati-hati dalam “menyatakan cinta”.
Yang juga harus diperhatikan adalah cinta tuh butuh
bukti dan pengorbanan. Berani pegang-pegang tangan, berarti siap pula untuk
melindungi. Berbagi suka, juga berbagi duka. Hal ini hanya bisa terjadi secara
utuh dalam bingkai pernikahan. Kalo pacaran, khan gak ada akadnya, jadi
janjinya masih sangat rawan dilanggar. Pembagian tanggung jawab juga gak jelas.
Yang lebih rawan, bisa putus kapan aja.
Wah, masak masih muda ngomongin nikah? Apa gak
terlalu berat?
Jika memang kedengarannya masih terlalu berat,
berarti memang tandanya belum siap menjalin sebuah ikatan. Terkhusus untuk
cewek, masalahnya lebih riweh lagi. Di zaman sekarang, banyak cewek yang
kehilangan keperawanannya karena bermula dari menjalin ikatan di luar
pernikahan lho. Ngeri khan??
Kalo emang gak sampe begitu, jika misalkan kalian
putus, yakin bisa melupakan sang mantan? Kalo setelah nikah, kamu masih
ternginag-ngiang si dia gimana? Nggak menjamin khan kalo bayangan si mantan
bisa ilang 100%?
Atau kalo nggak, liat niat dari menjalin ikatan
tadi. Bukankah niatnya hanya senang-senang aja? Kalo gak percaya, coba Tanya
sama orang-orang yang pacaran, siap gak kamu nikah sama si dia bulan depan?
Pasti jawabannya nggak. Hla wong kata “menikah” belum tentu ada di kamus
mereka. Itu berarti mereka emang gak siap memikul tanggung jawab.
Hmm.. mungkin masih ada kata mutiara di luar sana
yang masih sering disalah artikan. Apapun itu, jadikanlah tiap bait Qur’an
sebagai pedoman hidupmu, karena kumpulan firman Ilahi tersebut merupakan kata
mutiara paling indah yang pernah menghiasi dunia, tetap bersinar tiada pernah
pudar sampai akhir masa.
0 comments :
Posting Komentar