Rencana kedatangan Lady Gaga ke
Indonesia terus menjadi pembicaraan dari hari ke hari, sampai menenggelamkan
beberapa kasus penyimpangan koruptor yang pernah menjadi headline media massa
beberapa waktu lalu.
Tiga Kubu
Dalam kasus Lady Gaga, setidaknya
masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga kubu. Kubu pertama adalah pihak yang
menolak kehadiran Lady Gaga. Penyanyi dari negeri Paman Sam dipandang dapat
menjadikan kerusakan moral generasi muda. Gaya hidup sang penyanyi yang tak
sesuai adat ketimuran, juga kabar yang santer mengatakan bahwa Lady Gaga pemuja
setan, jelas-jelas bertentangan dengan nilai bangsa Indonesia yang termuat
dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Apalagi mayoritas
masyarakat Indonesia adalah muslim. Mengacu pada pemberitaan media massa,
berbagai ormas agama Islam menjadi pentolan dari kubu pertama.
Kubu kedua adalah pihak yang
menyetujui dan mendukung kedatang Lady Gaga. Mereka berpandangan bahwa kedatangan
pelantun tembang Born This Way
harusnya menjadi kebanggaan bagi negara
Indonesia. Artis internasional itu sudah menyiapkan konsep pertunjukkan
spektakuler untuk para Little Monster,
sebutan untuk fans Lady Gaga. Hal ini patut diapresiasi dan dihargai, mengingat
Lady Gaga selama ini juga dikenal sebagai seniman panggung yang tidak pernah
kehabisan kreativitas.
Sedangkan kubu terakhir adalah kubu
yang cenderung apatis. Bukan hanya sekedar tidak peduli, tapi mungkin lebih
karena kedatangan penyanyi kontroversial tersebut tak memberikan perubahan
berarti bagi kehidupan mereka. Kesulitan hidup yang dialami tak lantas menguap
saat kedatangan Lady Gaga. Hadir tidaknya sang penyanyi, tak membuat perubahan
signifikan bagi kehidupan mereka.
Perbandingan
Kubu pertama memberikan beberapa argument terkait penolakan mereka akan kedatangan Lady Gaga. Di antaranya adalah busana sang penyanyi yang terlalu “ala kadarnya”. Tak mau kalah, kubu kedua berpendapat bahwa beberapa artis Indonesia juga tak kalah seronok. Dangdut koplo yang menjamur di Jawa Tengah juga dijadikan perbandingan dengan Lady Gaga, mana yang lebih seronok?
Dalih yang terlihat masuk akal
tersebut menjadikan beberapa pihak mahfum akan kedatangan Lady Gaga. Toh, beberapa
artis lokal dan praktek dangdut koplo juga tak jauh lebih baik dari Lady Gaga.
Salah Kaprah
Akan tetapi, perbandingan semacam ini menurut Nurfita Kusuma Dewi, kontributor tetap majalah Lazis Jawa Tengah , adalah logika berfikir yang betul-betul salah kaprah! Mengapa?
Saat masyarakat membandingkan lagu
dan penampilan Lady Gaga dengan aksi panggung penyanyi dangdut koplo,
sebenarnya akal dan hati kita telah mengamini bahwa Lady Gaga adalah sosok yang
rusak. Karena secara tidak sadar, akal telah berfikir secara otomatis mencari
padanan Lady Gaga dengan aliran musik di Indonesia, dan bertemulah logika
dengan dangdut koplo.
Dalih Lebih Lanjut
Kubu kedua kembali berdalih dan
berpendapat bahwa lebih baik menertibkan dulu praktek-praktek lokal yang
seronok, seperti beberapa artis yang tampil dengan pakaian minim dan praktek
dangdut yang juga tak kalah seronok.
Tapi dalam kasus ini, ada hal yang
patut dicatat : “luasnya pengaruh dan akibat yang ditimbulkan”. Lady Gaga,
sosok penyayi internasional dengan ribuan fans yang tersebar di berbagai belahan
dunia khususnya di Indonesia, jelas membawa dampak kerusakan yang lebih besar. Banyak
pihak yang rela mengantri dan berjuang demi mendapat selembar tiket yang bahkan
bisa menembus harga jutaan rupiah, jelas menjadi bukti kuatnya pengaruh
penyanyi yang memiliki nama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini, terutama
dalam kehidupan remaja sekarang.
Jika dibandingkan dengan praktek dangdut koplo,
apakah sampai seheboh konser Lady Gaga? Apakah ada anak muda yang mati-matian menonton
dangdut koplo dan bergabung menjadi fans
club dangdut koplo? Apakah juga sampai ada insiden berebut tiket seharga
ratusan ribu hingga jutaan rupiah demi menonton konser dangdut koplo?Disarikan dari artikel Opini harian Joglosemar, 25 Mei 2012, "Lady Gaga dan Budaya Salah Kaprah", oleh Nurfita Kusuma Dewi, kontributor tetap majalah Lazis Jawa Tengah.
Baca juga : Kontroversi Lady Gaga II
0 comments :
Posting Komentar