Oleh : MD14
Pagi ini begitu cerah, aku terbangun dari tempat singgasanaku yang nyaman ini dengan hati seringan awan, iya ini istana tempat aku bersandar melepas segala penat dan lelah dari segala hiruk-pikuk kota dan aktivitas hari lalu, inilah, kamar tidurku. Mataku terbuka (lagi) untuk mengucap syukur, sebait kalimat “alhamdulillah” terucap pelan dari bibir ini, ucapan syukur bahwa ternyata aku masih hidup malam ini.
Pagi ini begitu cerah, aku terbangun dari tempat singgasanaku yang nyaman ini dengan hati seringan awan, iya ini istana tempat aku bersandar melepas segala penat dan lelah dari segala hiruk-pikuk kota dan aktivitas hari lalu, inilah, kamar tidurku. Mataku terbuka (lagi) untuk mengucap syukur, sebait kalimat “alhamdulillah” terucap pelan dari bibir ini, ucapan syukur bahwa ternyata aku masih hidup malam ini.
Sekian
menit berlalu. Detak jam yang lembut suaranya masih riang ku dengar, iya,
pagi-pagi buta ini selalu terasa sepi. Tak terdengar lagi keramaian yang biasa
memenuhi telinga di kala siang hari. Masih kurasa harum aroma embun pagi ini,
sungguh aroma yang khas, aroma yang membawa kesejukan luar biasa. Sesaat
terdengar suara yang begitu indah, itu suara yang dinanti setiap kaum kami,
itulah adzan. Terdengar begitu nyaring, indah dan penuh makna, suara yang
selalu menyeru untuk suatu keikhlasan dalam aku beragama. Seusai adzan bergema,
terdengar suara dari balik pintu kamarku, suara yang amat menggetarkan telinga,
suara yang amat lembut dan bijaksana “Sayang, bangun, sudah pagi.” Itu suara
ibu. Begitu mempesona suaranya, hingga melebihi pesona suara penyanyi atau
artis dan semacamnya, bukan karena suaranya yang punya cengkok atau ahli dalam
hal nada atau semacamnya, sungguh, bukan karena itu semua alasannya aku
menganggap suara beliau begitu mempesona, alasannya hanyalah karena suara itu
terucap dengan penuh cinta. “Iya, sudah bangun Bu” sahutku. “Ayo sholat subuh”
suruh ibuku.
Segera saja kubuka pintu kamar dan segera melangkahkan kaki untuk
mengambil air wudhu. Dingin air pagi itu seperti menusukkan suatu kedamaian
entah darimana asalnya, aku merasa air wudhu itu menyejukkan kalbu dan hati
menjadi seringan awan. Sesegera mungkin kuambil mukena, karena ibu sudah siap
menunggu di depan pintu utama rumah kami, karena kami terbiasa pergi ke mushola
kecil dekat rumah untuk berjamaah kala subuh. Saat kaki melangkah ke luar
rumah, sungguh luar biasa, para bintang seakan menyambut riang, kilau mereka
sungguh menyenangkan, juga bulan yang benderang seakan tersenyum kepada kami.
“Pagi yang luar biasa” ucapku dalam hati.
Kami
pun berjamaah di masjid. Di sini aku temukan suatu yang kusebut siluet
bidadari. Iya, sungguh menakjubkan. Selesai sholat, aku terbiasa mencium
punggung tangan ibuku. Kudapati beliau yang duduk di sampingku dengan tenang,
dan terpikir olehku betapa hebat beliau, betapa mempesona. Raut wajahnya yang
tak lagi muda, keriput itu adalah saksi akan perjuangan beliau dalam membesarkan
kami, saksi akan segala jerih payah mengatasi
kenakalan,
segala perkara dan tidak salah kami yang tak terhitung banyaknya. Tangannya tak
lagi halus kurasakan, itu hasil tangannya bekerja untuk menghidupi kami,
bekerja untuk senyum kami, berkarya dengan masakan, bergelut dengan pekerjaan
rumah, dan hal-hal yang beliau lakukan dengan ikhlas untuk mengasuh kami dengan
kedua tangannya.
Sungguh,
aku ingin bilang, bahwa bukan kecantikan rupa, bukan pula kulit yang mulus yang
membuat seorang wanita itu berharga, dan terlampau indah. Tapi kudapati arti
keindahan sejati seorang wanita itu, dari ibuku yang hebat. Ia begitu indah....
begitu indah.... begitu indah. Seindah-indah perhiasan, teramat indah, dan
terlampau indah. Itu dia, bidadariku, beliau lah bidadari di mataku, di hatiku.
Dan aku bersyukur, karena bagiku beliau selayak SILUET[1]
BIDADARI.
You’re my first, my
last, my everything
And the answer to all
my dream
Your my sun, my moon,
my guarding star
My kind of wonderful
That’s what you are....
You’re my
everything..... Love you Mom. (This song for you Mom).
[1] Siluet adalah bayangan yang ditimbulkan akibat suatu pencahayaan pada
kamera atau semacamnya yang menyerupai objek atau dengan kata lain
“menyerupai”.
mom,you're the one and the only one
BalasHapusbagus banget artikelnya;like this