“Jangan
engkau menangis seperti perempuan, karena engkau tidak mampu mempertahankan
Granada layaknya seorang laki-laki”. Ujar ibunda Sultan Muhammad kepada sang
putra.
***
Pada tahun
711, umat Islam mulai memasuki semenanjung Iberia. Dengan misi mengakhiri
kekuasaan tiran, Raja Roderick. Umat Islam di bawak kepemimpinan Thariq bin
Ziyad menyeberangi lautan yang memisahkan Maroko dan daratan Spanyol. Tujuh
tahun kemudian, sebagian besar wilayah semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal
sekarang) berhasil diduduki oleh umat Islam. Dan kekuasaan tersebut berlanjut
selama lebih dari 700 tahun.
Pada tahun
900-an M, Islam mencapai puncak kejayaannya di tanah Andalusia. Lebih dari 5
juta muslim tinggal di daerah tersebut, dengan prosentase mencapai 80%
penduduk. Kerajaan yang kuat kala itu, Dinasti Umayah II menjadi penguasa
tunggal di daerah tersebut dan menjadi kerajaan yang paling maju dan palign
stabil kondisi sosialnya di daratan Eropa. Namun, masa keemasan sosial dan
politik ini tidaklah abadi. Pada tahun 1000-an M, kerjaan ini runtuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang disebut tha-ifah.
Thaifah-thaifah
muslim ini adalah wilayah yang memiliki otonomi masing-masing sehingga sangat
rentan diserang oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang berada di wilayah
Utara. Sepanjang dua ratus tahun berjalan, satu per satu thaifah berhasil
ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa (Reconquista). Dan akhirnya
pada tahun 1240-an M, hanya tersisa satu kerajaan Islam saja di benua biru
tersebut, di ujung Selatan tanah Andalusia, itulah Kerajaan Granada.
Tulisan
yang singkat ini akan memaparkan bagaimana kerajaan Islam terakhir di Eropa ini
runtuh.
Emirat
Granada
Selama
terjadinya reconquista, kerajaan Islam satu per satu jatuh ke wilayah kekuasaan
kerajaan Kristen yang melakukan penyerangan dari Utara. Dimulai dari tahun
1000-an hingga 1200-an, kota-kota utama semisal Cordoba, Sevilla, Toledo bergiliran
dikuasai. Gerakan al-Murabitun dan Muwahidun (yang kemudian menjadi sebuah
daulah pen.) di Afrika Utara, turut memiliki andil membantu Kristen
Eropa, meskipun perpecahan umat Islam adalah faktor utama yang menyebabkan
keruntuhan Islam di Eropa.
Pegunungan
Sierra Nevada yang menjadi benteng alami Kerajaan Granada
Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat berhasil
menghindarkan diri dari penaklukkan kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah jatuhnya
Kota Cordoba, Granada menyepakati perjanjian dengan Kerajaan Castile, salah
satu kerajaan Kristen yang terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut berisikan
kesediaan dan ketundukan Granada dengan membayar upeti berupa emas kepada
Kerajaan Castile setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin
independensi Granada dalam urusan dalam negeri mereka dan lepas dari ancaman
invasi Castile.
Selain
membayar upeti, faktor lain yang membantu Granada terhindar dari penklukkaan
adalah letak geografisnya. Kerajaan ini terletak di kaki pegunungan Sierra
Nevada yang menjadi benteng alami melindungi kerajaan dari invasi pihak-pihak
luar.
Peperangan
Kerajaan Granada
Selama
lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk kepada Castile dengan membayar
upeti. Namun dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak bersahabat
tetap saja membuat Granada dalam keadaan terancam. Mereka tidak pernah aman
dari ancaman penaklukkan.
Peninggalan-peninggalan
Islam di Spanyol
Suratan
takdir tentang keruntuhan Granada pun dimulai, ketika Raja Ferdinand dari
Aragon menikah dengan Putri Isabella dari Castile. Pernikahan ini menyatukan
dua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia yang merajut cita-cita yang satu,
menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak Islam di benua biru.
Tahun 1482
pertempuran antara Kerajaan Kristen Spanyol dan emirat Granada pun dimulai.
Meskipun secara jumlah dan kekuatan materi Granada kalah jauh, namun semangat
juang masyarakat muslim Granada sangatlah besar, mereka berperang dengan penuh keberanian.
Sejarawan Spanyol mengatakan, “Orang-orang muslim mencurahkan seluruh jiwa raga
mereka dalam peperangan, mereka layaknya seseorang pemberani dengan tekad yang
kuat mempertahankan diri mereka, istri, dan anak-anak mereka.” Demikian juga
masyarakat sipil Granada, mereka turut serta dalam peperangan dengan gagah
berani, mempertahankan tanah air mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di
tanah Eropa.
Saat itu,
orang-orang Kristen bersatu padu, tidak lagi berpecah belah sebagaimana keadaan
mereka di masa lalu. Beda halnya dengan Granada yang malah menghadapi
pergolakan politik. Para pemimpin muslim dan para gubernur cenderung saling
sikut, memiliki ambisi yang berbeda-beda, dan berusaha saling melengserkan satu
sama lain. Di antara mereka ada yang berperan sebagai mata-mata Kristen dengan
iming-iming imbalan kekayaan, tanah, dan kekuasaan. Lebih parah dari itu, pada
tahun 1483, Sultan Muhammad, anak dari Sultan Granada, mengadakan pemberontakan
terhadap ayahnya sehingga memicu terjadinya perang sipil.
Raja
Ferdinand benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk membuat Granada kian
lemah, ia mendukung pemberontakan Sultan Muhammad melawan ayah dan anggota
keluarganya. Pasukan-pasukan Kristen dikerahkan oleh Ferdinand turut berperang
bersama Sultan Muhammad menghadapi anggota keluarganya. Akhirnya Sultan
Muhammad berhasil menaklukkan anggota kerajaan dan menguasai Granada. Namun
kekuasaannya ini hanya terbatas di wilayah Kota Granada saja, karena pasukan
Kristen menekan dan mengambil wilayah-wilayah pedesaannya.
Akhir dari
Granada
Tidak lama
setelah menguasai Granada, Sultan Muhammad mendapat surat dari Raja Ferdinand
untuk menyerahkan Granada ke wilayah kekuasaannya. Sang sultan pun terkejut
dengan permintaan Raja Ferdinand, karena ia menyangka Raja Ferdinand akan
memberikan wilayah Granada kepadanya dan membiarkannya menjadi raja di wilayah
tersebut.
Akhirnya
Sultan Muhammad sadar bahwa ia hanya dimanfaatkan sebagai pion oleh Ferdinand
untuk melemahkan dan mempermudah jalan pasukan Kristen menaklukkan Granada.
Muhammad berusaha untuk menggalang kekuatan dengan bersekutu bersama prajurit
Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah untuk memerangi kekuatan Kristen Eropa.
Namun bantuan yang diharapkan Muhammad tidaklah sesuai dengan harapannya. Turki
Utsmani hanya mengirimkan sekelompok kecil angkatan laut yang tidak berpengaruh
banyak terhadap kekuatan Kristen Eropa.
Pada tahun
1491, Granada dikepung oleh pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella.
Dari menara istananya, Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar
telah mengepung dan bersiap menyerang Granada. Muhammad pun dipaksa untuk
menandatangani surat penyerahan Granada kepada pasukan sekutu Kristen.
Peristiwa ini terjadi pada November 1491.
Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki istana Alhambra, mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi istana Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia.
Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki istana Alhambra, mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi istana Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia.
Setelah
itu, Sultan Muhammad diasingkan. Beberapa saat perjalanan, di puncak gunung, ia
menoleh kepada bekas wilayahnya sambil menitikkan air mata. Ibunya yang melihat
keadaan itu tidak simpatik kepada putranya, bahkan ia memarahinya dengan
mengatakan, “Jangan engkau menangis seperti perempuan, karena engkau tidak
mampu mempertahankan Granada layaknya seorang laki-laki”.
Orang-orang
Kristen menjanjikan toleransi dan kedamaian terhadap masyarakat Islam Granada,
walaupun kemudian perjanjian itu mereka batalkan sendiri. Ribuan umat Islam
terbunuh dan yang lainnya mengungsi menyeberang lautan menuju wilayah Afrika
Utara.
Itulah
akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang telah berlangsung lebih dari tujuh
abad lamanya. Cahaya Islam menghilang dari daratan tersebut dengan terusir dan
tewasnya umat Islam di sana, kemudian diganti dengan pendatang-pendatang
Kristen yang menempati wilayah tersebut.
Sumber: http://kisahmuslim.com
0 comments :
Posting Komentar