Saat
membicarakan negara dan Islam di masa modern, pikiran kita mungkin akan menuju
ke sekumpulan negara di kawasan Timur Tengah. Bisa jadi kita juga mengarahkan
pikiran ke Indonesia, negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.
Bisa juga ke negara tetangga kita, Malaysia dan Brunei Darussalam. Namun, banyak
yang belum mengenal Maladewa (Maldives).
Letak Negara Maladewa (Maldives)
Di Maladewa,
Islam begitu penting. Itu sebabnya, jangan heran jika setiap hari Jumat juga
begitu penting di Maladewa. Itu sebabnya pula, sariatu—hukum-hukum syariah di
Dhivehi juga sangat penting. Itu sebabnya pula di Maladewa, mulai dari
presiden, jaksa agung, departemen dalam negeri, dan majelis-majlis begitu
penting.
Maladewa, Sebuah Pengantar
Maladewa adalah
negara kepulauan di selatan India. Dengan luas wilayah sekitar 286 km persegi,
menjadikan negara yang beribukota di Male ini menjadi negara dengan luas
wilayah paling kecil di Benua Asia.
Tinggi
rata-rata permukaan tanah di Maladewa adalah 1.5 meter di atas permukaan laut,
hal ini menjadikannya negara dengan permukaan terendah di seluruh dunia. Puncak
tertinggi Maladewa hanya 2.3 meter di atas permukaan laut sehingga negara ini
juga dikenal sebagai negara yang memiliki puncak tertinggi paling rendah di
dunia.
Keadaan ekonomi
Maladewa bergantung pada dua sektor utama, yaitu pariwisata
dan perikanan.
Negara ini sangat dikenal memiliki banyak pantai yang indah dan pemandangan
bawah laut yang menarik ± 700.000 turis setiap tahunnya. Penangkapan dan
pengolahan ikan menjadikan Maladewa salah satu ekportir ikan ke beberapa negara
Asia dan Eropa.
Nama Maladewa
mungkin berasal dari bahasa Sanskerta mālā (untaian/kalungan) dan dvīpa
(pulau), atau Maala Divaina ("Untaian Pulau-pulau") dalam
bahasa Sinhala.
Orang Maladewa disebut Dhivehin.
Pesona Islam Asia Selatan yang Terlupa
Di pulau itu,
masjid atau lebih dikenal sebagai miski, menjadi simbol penting pusat Islam
dipraktikkan. Setiap hari Jumat, toko dan kantor di kota-kota dan desa sudah
tutup sekitar pukul 11 pagi.
Selalu ada
masjid di beberapa pelosok Maladewa. Kebanyakan bangunan masjid dicat putih dan
terbuat dari batu karang dengan menggunakan seng atau jerami sebagai atapnya.
Di Malé,
Islamic Center dan Masjid Besar yang dibangun pada tahun 1984 dengan dana dari
negara-negara Teluk Persia, Pakistan, Brunei, dan Malaysia, berdiri elegan.
Pada awal tahun 1991 saja, Maladewa sudah memiliki total 725 masjid dan 266
masjid berbeda untuk perempuan.
Di Maladewa,
lima belas menit sebelum adzan, semua toko dan kantor tutup. Selama bulan
Ramadan, semua kafe dan rumah makan juga tutup, dan hanya buka menjelang waktu
berbuka dan pada pada malam hari.
Namun suasana
Maladewa yang seperti itu selama ini selalu terisolasi. Dunia tak banyak
mengetahui, dan Maladewa seolah terisolasi dari pusat sejarah Islam di Timur
Tengah dan Asia. Justru yang paling banyak diberitakan adalah tentang pesona
kawasan ini yang banyak menarik minat para selebriti dunia.
Justru menonjol
dalam pemberitaan tentang Maladewa adalah nuansa magis dan klenik. Padahal di
pulau ini misalnya sekitar dua tahun yang lalu, Rifdha Mohammed Rasheed
mengikuti kontes hafalan Quran. Rifda, bocah perempuan 10 tahun, ini sudah
hafal Al-Quran seluruhnya, dan anak-anak seperti Rifdha di Maladewa, walau
tidak hafal Al Quran seluruhnya, mulai banyak bermunculan. Sebagai catatan,
kisah Rifdha dalam mengikuti kontes hafalan Al Quran di Mesir sudah difilmkan
dalam film berjudul Koran by Heart.
Populasi
Maladewa sendiri terbilang sedikit (sekitar 400,000 jiwa) dan ukuran kawasannya
pun terbilang kecil (hanya sekitar dua kali lebih besar daripada Washington).
Pada tahun
2008, pemerintahan Maladewa menyusun sebuah undang-undang bahwa non-Muslim
tidak boleh menjadi warga negara Maladewa.
Maladewa adalah
negara dengan dataran paling rendah di dunia ini, hanya 2,3 meter dari
permukaan laut. Kecuali kelapa, di Maladewa hampir tidak ada lagi buah-buahan
lain yang tumbuh subur. Hasil alam yang paling menonjol adalah produksi ikan
tuna mereka yang disediakan oleh laut. Dan keindahan alam Maladewa sudah tidak
asing dalam menarik para wisatawan mancanegara.
Penduduk
Maladewa sendiri kebanyakan imigran dari Sri Lanka. Awalnya, mereka lebih
banyak penganut Hindu, namun kemudian penguasa Maladewa, dari waktu ke waktu
mengharuskan siapapun yang ingin tinggal di Maladewa menganut Islam yang sangat
dominan akan Sunni-nya. Walaupun Maladewa berjalan dalam kepemimpinan Islam
sejak tahun 1153 sampai 1968, namun mereka dikuasai oleh protektorat Inggris
dari 1887 sampai merdeka pada tanggal 25 Juli 1965.
Sumber:
http://id.wikipedia.org
0 comments :
Posting Komentar