Al-Masjid An-Nabawi adalah
masjid yang dibangun pertama kali di Madinah. Rasulullah s’aw beserta para
shahabatnya membangun masjid ini sekitar tahun 622 M. Masjid ini adalah tempat
tersuci kedua umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah. Nabi Muhammad s’aw
bersabda, “Shalat di masjidku (Masjid
Nabawi) ini lebih afdol (utama) dari seribu shalat di masjid-masjid lainnya,
kecuali masjidil Haram, dan shalat di masjidil Haram lebih afdol (utama) dari
seratus shalat di masjidku ini.” (HR. Ahmad)
Masjid Nabawi kala senja
Masjid Nabawi dari Masa ke Masa
Awal Mula
Pembangunan Masjid
Nabawi ini dilakukan pasca Rasulullah s’aw hijrah dari Makkah. Pada awalnya,
Masjid Nabawi hanya berbentuk sangat sederhana. Dengan dinding yang dibangun
dari batang kurma dan lumpur beratapkan pelepah kurma, masjid tersuci kedua ini
menjadi pusat kajian ke-Islam-an dan pembinaan ruhiyah para shahabat dan juga
pusat pemerintahan dan berbagai urusan kenegaraan dan peradilan hukum. Masjid
Nabawi yang saat itu berukuran sekitar 30 m x 35 m itu memiliki 3 pintu, Bab
Rahmah, Bab Jibril (Door of Gabriel),
dan Babun-Nisa’ (Door of the Women).
Rumah Nabi s’aw juga bersebelahan dengan masjid.
Tujuh tahun kemudian,
Masjid Nabawi kembali diperluas agar dapat menampung kaum muslimin yang
jumlahnya makin banyak sehingga luas masjid menjadi sekitar 50 x 49,5 m.
Komponen masjid kurang lebih masih sama saat masa kepemimpinan Khalifah Abu
Bakar dan ‘Umar ibn Khaththab r’a yang saat itu luasnya mencapai 3.575 m2. Pada
masa ‘Utsman ibn ‘Affan r’a menjadi khalifah, beliau menambahkan batu dalam
komponen masjid tersebut.
Masa Kekhalifahan Bani
Umayyah
Tahun 707, di masa
kekhalifahan Al-Walid ibn Al-Malik dari Bani Umayyah, bangunan masjid lama
dirobohkan dan pembangunan masjid baru dilakukan. Bangunan masjid yang baru
menggunakan fondasi dari batu yang beratap kayu dengan dilengkapi empat menara.
Dikarenakan perluasan besar-besaran masjid, makam Rasulullah s’aw beserta makam
shahabat Abu Bakar dan ‘Umar yang berada di dalam kamar ‘Aisyah Ummul Mukminin
menjadi satu dengan masjid.
Masa Kekhalifahan Bani
Abbasiyah
Pada masa Khalifah
Al-Mahdi dari Bani Abbasiyah, masjid juga diperluas dengan penambahan dua puluh
pintu pada Masjid Nabawi.
Kemudian pada masa
Sultan Mamluk, Al Mansur Qalawun, dibangun kubah di atas makam Nabi. Tempat
wudhu juga dibangun di luar Babus-Salam (Door
of Peace).
Masa Utsmaniyah
Kekhalifahan Turki
Utsmani mengambil alih kepemimpinan kota suci Madinah dari tahun 1517 sampai
Perang Dunia Pertama. Khalifah Sulaiman Yang Agung membangun kembali dinding
barat dan timur masjid dan membangun menara di sebelah timur laut yang dikenal
As-Sulaymaniyya. Di masa kepemimpinan beliau, dibangun kubah baru di atas makam
Nabi dan diwarnai dengan warna hijau. Kubah tersebut sampai sekarang dikenal
dengan Kubah Hijau (Green Dome).
Kubah Hijau, Masjid Nabawi
Di masa kepemimpinan
Khalifah Abdul Majid I, bangunan masjid kembali mengalami perubahan bentuk,
dengan mengecualikan makam Nabi, tiga mihrab, mimbar, dan menara
As-Sulaymaniyya. Bagian utara diperluas termasuk area untuk bersuci (wudhu).
Tempat shalat di selatan masjid ditutup oleh beberapa kubah yang berukuran
hampir sama, baik dari segi bentuk dan ukuran dan dihiasi dengan ayat suci
Al-Qur’an. Dinding qiblat dilapisi ubin dengan kaligrafi ayat suci Al-Qur’an,
sedangkan lantai masjid dilapisi pualam. Di masanya, dibangun pula lima menara
di barat masjid.
Masa Kerajaan Saudi
Kerajaan Saudi Arabia
mengambil alih kepemimpinan daerah hijaz, termasuk kota suci Madinah dan Masjid
Nabawi pada tahun 1805. Mulai tahun 1925, dilakukan perluasan secara bertahap
terhadap Masjid Nabawi. Kemudian Masjid Nabawi menjalani beberapa perubahan
pokok.
Tahun 1951, Raja Ibnu
Saud memerintahkan pembongkaran di sekitar masjid guna memperluas tempat
masjid. Perluasan dan penambahan berbagai property juga dilakukan oleh
raja-raja Saudi setelahnya. Raja Fahd melakukan perluasan besar-besaran pada
masjid Nabawi, juga melakukan penambahan air conditioning pada masjid.
Sampai tulisan ini
dibuat, Masjid Nabawi mampu menampung 600.000 sampai 1.000.000 jamaah. Pelataran
Masjid Nabawi juga dilengkapi lentera dan kanopi yang terbuka saat udara panas
atau hujan. Masjid berpintu gerbang emas yang bernuansa padang pasir kala siang dan seolah berubah menjadi
istana putih kala malam ini telah memiliki sepuluh menara yang berdiri
menjulang.
Beberapa ruangan dalam masjid dibiarkan terbuka tanpa atap dan dilengkapi lentera dan kanopi. Terdapat ratusan tiang marmer putih di dalam Masjid Nabawi. Di antara tiang-tiang tersebut, dibuat interior menyerupai tapal kuda. Beberapa tiang masjid dilengkapi rak buku tempat puluhan kitab suci Al-Qur’an ditempatkan. Karpet merah tebal telah terhampar guna menjadi tempat sholat para jamaah. Berpuluh rak untuk alas kaki ditempatkan di dalam masjid, sehingga alas kaki para jamaah tidak berserakan di luar, melainkan dibawa masuk ke dalam masjid dan ditempatkan secara rapi. Di dalam masjid juga disediakan berpuluh-puluh tempat air yang berisi air zam zam. Para jamaah bisa meminum secara gratis. Beberapa jamaah juga sengaja membawa tempat minum sendiri agar dapat membawa pulang air zam zam tersebut.
Beberapa ruangan dalam masjid dibiarkan terbuka tanpa atap dan dilengkapi lentera dan kanopi. Terdapat ratusan tiang marmer putih di dalam Masjid Nabawi. Di antara tiang-tiang tersebut, dibuat interior menyerupai tapal kuda. Beberapa tiang masjid dilengkapi rak buku tempat puluhan kitab suci Al-Qur’an ditempatkan. Karpet merah tebal telah terhampar guna menjadi tempat sholat para jamaah. Berpuluh rak untuk alas kaki ditempatkan di dalam masjid, sehingga alas kaki para jamaah tidak berserakan di luar, melainkan dibawa masuk ke dalam masjid dan ditempatkan secara rapi. Di dalam masjid juga disediakan berpuluh-puluh tempat air yang berisi air zam zam. Para jamaah bisa meminum secara gratis. Beberapa jamaah juga sengaja membawa tempat minum sendiri agar dapat membawa pulang air zam zam tersebut.
Bagian dalam Masjid Nabawi
Puluhan kanopi di halaman Masjid Nabawi berfungsi melindungi para jamaah dari panas terik dan hujan
Makam Nabi dan kedua
shahabatnya berada di tenggara masjid. Area antara makam Nabi dan mimbar Nabi
disebut Raudhah. Tiang-tiang di area Raudhah terbuat dari kayu dengan desain yang berbeda dengan tiang yang lain. Karpet warna hijau terbentang untuk membedakan antara area Raudhah dengan yang lain. Area yang tergolong sempit ini hanya dapat menampung beberapa
jamaah saja. Walau begitu, area ini menjadi area terpadat di seluruh masjid. Banyak
jamaah berusaha keras untuk shalat dan berdoa di area ini mengingat Rasulullah
s’aw pernah bersabda, “Tanah yang ada di
antara rumahku dengan mimbarku itu adalah suatu taman dari taman-taman surga.”
{Shahih Bukhari, Kitab Shalat di Masjid Makkah dan Madinah}. Walaupun begitu,
tak setiap saat area ini dibuka.
Raudhah saat tanpa jamaah
Keadaan di depan Makam Nabi
Kemegahan Masjid Nabawi
juga diimbangi dengan jamaah yang selalu ramai megunjunginya. Sekitar satu jam
sebelum waktu shalat, para jamaah, ‘Arab dan non-‘Arab, laki-laki dan
perempuan, tua dan muda, bahkan beberapa di antaranya harus mengenakan kursi
roda, mulai berbondong-bondong menuju Masjid Nabawi untuk beribadah. Puluhan toko
yang berada di sekiar masjid juga turut tutup saat mendekati waktu sholat.
Setiap hari Masjid Nabawi selalu disesaki banyak sekali jamaah dan puncaknya saat ibadah haji. Jamaah dari berbagai bangsa, menuturkan bahasa yang bermacam-macam, beraneka ras, berkumpul bersama guna meraih ridha-Nya, bergerak bersama penuh harmoni saat sholat jamaah ditegakkan. Asas "semua sama di hadapan-Nya" benar-benar terealisasi di masjid tersuci kedua ini. Tidak ada tempat lain yang dapat menandingi Masjid Nabawi dari segi ini selain Masjidil Haram di Makkah.
Setiap hari Masjid Nabawi selalu disesaki banyak sekali jamaah dan puncaknya saat ibadah haji. Jamaah dari berbagai bangsa, menuturkan bahasa yang bermacam-macam, beraneka ras, berkumpul bersama guna meraih ridha-Nya, bergerak bersama penuh harmoni saat sholat jamaah ditegakkan. Asas "semua sama di hadapan-Nya" benar-benar terealisasi di masjid tersuci kedua ini. Tidak ada tempat lain yang dapat menandingi Masjid Nabawi dari segi ini selain Masjidil Haram di Makkah.
Ganjaran di Madinah
Walaupun memang benar
Madinah merupakan tanah haram, tempat pahala dilipatgandakan, akan tetapi
ganjaran dosa juga turut berlipat. Nabi s’aw bersabda, “Madinah itu haram (tanah suci) dari ini sampai ini, tidak boleh
dipotong (ditebang) pohonnya, dan tidak boleh dilakukan bid'ah di dalamnya.
Barangsiapa yang membuat bid'ah (atau melindungi orang yang berbuat bid'ah) di
dalamnya, maka ia terkena laknat Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya.”
{Shahih Bukhari}
Ibnu Abbas r’a berkata,
“Dari apa yang dikatakan Rasulullah s’aw bahwa 'Ada tiga orang yang paling
dimurkai Allah',” Beliau menyebutkan satu di antaranya adalah mulhid (orang yang berbuat kejahatan atau
kekufuran) di tanah haram.{HR. Bukhari}
Disebutkan di
dalam Fath al-Baari, “Yang nampak jelas
dari teks hadits bahwa perbuatan dosa kecil di tanah haram lebih besar dosanya
dari pada perbuatan dosa besar di tempat yang lain.”
Perlindungan Dari
Fitnah Dajjal
Kota suci Madinah
merupakan tempat yang dilindungi sehingga Dajjal tak dapat memasuki kota
Madinah. Abu Bakrah mengatakan bahwa Nabi s’aw bersabda, “Tidaklah masuk kota Madinah ketakutan terhadap Masih ad-Dajal, pada
hari itu Madinah mempunyai tujuh buah pintu gerbang, di atas setiap pintu ada
dua malaikat.” {HR. Bukhari}
Masjid Nabawi merupakan
masjid tersuci kedua umat Islam. Tempat negara Islam pertama kali berdiri, tempat
wafatnya Nabi akhir zaman, Muhammad s’aw, dan kelak menjadi salah satu tempat
yang dilindungi dari fitnah Dajjal. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah
Yang Maha Pengasih untuk ziarah ke Masjid Nabawi. Aamiin.
Terima Kasih pemaparannya :)
BalasHapusdi tunggu nie edisi selanjutnya
@u' Prima : Sama2. Jangan lupa selalu kunjungi blog ini agar dapet update info ke-Islam-an lain yang keren.. ^^
Hapuslbh asyik lagi kalau berkunjung langsung ke Masjid Nabawi ...
BalasHapus@a' Bambang : Ya.. Kami juga berfikiran sama dengan anda. Semoga kita diberi kemudahan Allah agar bisa pergi ke sana..
Hapus
BalasHapusMakam Nabi dan kedua shahabatnya berada di tenggara masjid. Area antara makam Nabi dan mimbar Nabi disebut Raudhah. Excellent post